39. HADIAH TERAKHIR DARI DIA

1.5K 111 6
                                    

''Cinta ini abadi untuk mu yang belum pernah ku miliki namun sudah melekat di hati.''

-BintangBaraAltezza

''Meskipun terasa sakit--''

''_ Jadilah orang yang selalu terlihat bahagia di hadapan manusia, Walaupun hatimu menyimpan banyak kesedihan dan luka yang tak pernah sembuh.''

-Bara, dia yang pergi.


•••••••••••••••••••

19 July, Tahun terbaik di semesta.

Hari ini, Mutia sudah beranjak dewasa bukan remaja lagi bahkan gadis itu bukan lagi anak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, Mutia sudah beranjak dewasa bukan remaja lagi bahkan gadis itu bukan lagi anak kecil. Perayaan kecil di pagi itu menjadi kenangan yang indah di setiap dirinya berulang tahun. Ayah Surya menyempatkan dirinya untuk merayakan ulang tahun anaknya meskipun hanya bermodal jajan dan nasi goreng.

Senyum yang terukir indah itu terlukis di bibir Mutia, dengan tawanya gadis itu meniup api yang berasal dari korek api. Tidak ada lilin hanya bermodal api dari korek api saja, Itu sudah menjadi memori indah bagi Mutia.

''Selamat ulang tahun anak Ayah yang paling cantik.'' ujar Ayah Surya kepada Mutia. Gadis itu mengangguk dan menerima kecupan di dahinya dari sang Ayah.

''Terima kasih, Ayah.'' Gadis itu memeluk tubuh rentan Ayahnya. ''Terima kasih atas semua yang Ayah kasih sama Mutia. Ayah selalu ada buat, Mutia. Ayah selalu jadi Ayah yang hebat. Terima kasih, Ayah.'' tuturnya di saat pelukan itu terlepas dan mereka saling pandang.

Ayah Surya menitihkan air matanya. Ia pandang kedua mata indah itu. Mata yang sangat-sangat mirip dengan mata sang istri. ''Sudah dewasa, 'ya? Jadi anak yang selalu baik dan selalu jadi diri sendiri tanpa harus merubah apa pun dari diri kamu, kamu anak hebat! sudah berjuang di titik ini. Terima kasih untuk semua-nya. Ayah bangga sama kamu.'' tutur Ayah Surya.

Mutia mengangguk lagi dan lagi. Gadis itu melepas pelukan sang Ayah lalu mencium pipi kanan Ayahnya yang sudah keriput. Mutia pegang tangan Ayahnya lalu dia sedikit menunduk kemudian mencium tangan Ayahnya berkali-kali. ''Terima kasih sudah membesarkan Mutia sampai di detik ini tanpa bantuan siapa pun dan Ayah masih tetap mau sendiri setelah di tinggal meninggal sama Ibu. Mutia bangga sama Ayah yang cukup sama satu perempuan bukan seperti Ayah teman-teman Mutia yang tak pernah cukup dengan satu perempuan.''

''Mutia bangga sama Ayah! Mutia sangat-sangat bangga sama Ayah. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk Ayah yang sudah merawat Mutia sampai besar. Mutia sayang sama Ayah.'' sambung Mutia lalu mencium kedua punggung tangan Ayahnya lagi.

''Selamat ulang tahun putri kecil Ayah. Walaupun kamu sudah dewasa, Kamu akan selalu menjadi putri kecil Ayah yang selalu Ayah manja dan Ayah timang-timang.'' ucap Ayah Surya kepada putri kecilnya yang sudah beranjak dewasa itu.

Gadis itu kembali memeluk sang Ayah. Tangisannya pecah. Mutia belum siap bahkan gadis itu tidak akan mau jika nanti dirinya di tinggal pergi selama-lamanya sama Ayahnya. Kulit itu sudah kendur, keriput bahkan Ayah Surya sudah mulai membungkuk.

SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang