RAJENDRA GHAZIAN VICENZO— SEBUAH AWAL BARU DI TENGAH AKHIR YANG TAK TERHINDARKAN.
Setelah melewati perjalanan panjang yang penuh perjuangan dan pengorbanan, keindahan hadir dengan gemilang. Seorang Ibu, yang telah bertarung melawan segala rintangan, kini memandang buah hatinya dengan mata yang dipenuhi kebahagiaan dan rasa syukur. Setiap tetesan keringat dan air mata yang terjuah terasa sebanding saat ia melihat senyuman bayi yang baru lahir, menciptakan keajaiban yang tak terlukiskan.
Keberanian seorang Ibu tidak hanya terletak pada perjuangan fisiknya, tetapi juga pada harapan yang ditanamkan dalam jiwa sang anak. Dengan penuh kasih, menyadari bahwa keindahan sejati bukan hanya tampak, tetapi juga dalam pelajaran yang dipetik dari setiap tantangan. Momen-momen ini akan menjadi harta yang tak ternilai, membentuk masa depan yang cemerlang, yang dipenuhi cinta yang akan selalu menguatkan.
****
Saat akhirnya tangisan bayi pecah di udara, Gio dan Mutia bersamaan menatap jagoan kecil mereka. Bayi itu, anak mereka, adalah simbol dari cinta mereka yang tertahan di tengah semua badai yang telah mereka lalui. Dokter itu meletakkan bayi berjenis laki-laki mungil itu berada di atas dada Mutia, dan dengan tangan gemetar, Mutia mengusap-usap tubuh anaknya dengan lembut.
Sedangkan Gio, laki-laki itu tersenyum, memandangi bayi itu dengan mata yang penuh air mata. Ia tahu bahwa waktunya bersama mereka terbatas, tetapi pada saat itu, tidak ada hal lain yang lebih penting selain keberadaan mereka bertiga dalam satu ruangan.
Gio menatap wajah dua manusia hebat dan kebanggaanya. Seolah-olah mencoba mengukir momen ini dalam ingatannya untuk selamanya. Dalam keheningan yang penuh arti, ia menundukkan kepalanya ke arah Mutia dan menciumnya. Ia juga berkata lirih pada Mutia, ''Terima kasih telah memberiku kesempatan ini.''
Dari tadi, mata laki-laki itu tak pernah lepas dari wajah Mutia yang pucat.
Suara bayi itu—nyaring, kuat, dan penuh kehidupan. Bayi itu begitu kecil, begitu rapuh, tetapi penuh dengan harapan. Gio mendekat, menatap dalam-dalam wajah bayi mereka dengan mata yang penuh cinta. Meskipun sebelahnya cacat!
Ia mengulurkan tangannya, dengan hati-hati menyentuh jemari kecil bayinya, seakan-akan takut bahwa momen ini hanyalah mimpi yang hilang kapan saja. Dalam ruangan itu, tangan Mutia terus menggenggam erat tangan Gio. Tak pernah diizinkan untuk lepas oleh sang pemilik.
Perjalanan mereka belum berakhir, tetapi untuk saat ini, mereka berkomitmen untuk memberikan yang terbaik, menyalurkan semua cinta dan perjalanan hidupnya kepada sang anak. Keindahan setelah perjuangan ini adalah sebuah simfoni cinta, harapan, dan ketahanan, yang akan terus bergema dalam hidup mereka berdua.
''Terima kasih sudah menepati janjimu,'' ujar Mutia, suaranya bergetar di antara isakan yang masih tersisa.
''Sebuah janji, harus ditepati, Sayang. Apa pun resikonya. Apa pun rintangannya.'' senyum Gio. Mutia seperti mimpi, dia tidak menyangka kalau kejaksaan benar-benar menyanggupi permintaanya. Tanpa dia tahu kalau ini mungkin saja termasuk empat permintaan terakhir Gio.
''Mau Adzan-i jagoan kita, nggak? Aku selama hamil belum nemu nama yang baik dan pantas buat anak kita, kalau kamu ada, kamu aja, 'ya.''
Gio terdiam sejenak, tatapannya jatuh pada bayi kecil yang terlelap dalam pelukan Mutia. Di tengah keheningan itu, pikirannya melayang, merenungi nama yang ia berikan kepada buah hatinya. Nama bukan sekadar rangkaian huruf; bagi Gio, itu adalah harapan, doa, dan warisan yang akan terus melekat pada anaknya sepanjang hidup.
Ia ingin nama yang kuat, yang mencerminkan segala perjalanan dan perjuangan yang telah mereka lalui. Sebuah nama yang tak hanya indah, tapi penuh makna—seperti hidup yang mereka jalani, yang penuh liku namun selalu diwarnai oleh cinta dan keberanian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGI
Fiksi Remaja''Semesta tak akan membenci kita yang pergi'' Buku ini menggambarkan perjalanan emosional dan refleksi tentang kehilangan dan perpisahan. "Semesta selalu punya cerita untuk setiap penghuninya." "Tolong izinkan saya, Pada saat sebelum ditembak mati...