Kamu tidak vote dan komen😱
Yang nggak vote, ada masalah hidup apa sih? Saya kudu nangis, wkkk......
~~~~~~~~~~~~~
"Ini nggak adil, tapi ini takdir."
_GiordanoVicenzo_
✨🤍✨
Mutia memasuki rumahnya dengan riang. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam lebih. Kini waktunya untuk menyelesaikan tugasnya. Sudah cukup lelah bermain dengan Karin sampai lupa akan waktu dan tugas. Kalau bukan Karin, dengan siapa lagi Mutia bermain.
Dari kecil dirinya tidak terlalu bisa berinteraksi dengan orang lain, ia takut dengan lirikan dan juga omongan orang-orang yang membencinya. Mutia bisa berbaur dengan siapapun tapi setelah itu dia akan lebih berhati-hati lagi untuk dekat dengan orang itu.
Senyumnya luntur saat melihat Gio yang berdiri di depan pintu rumahnya. Cowok dengan setelan kemeja deep sky blue itu menatapnya intens, membuat Mutia mengerutkan keningnya tidak paham.
"Nggak punya rumah?" tanyanya dengan nada tidak suka.
Mutia merasakan aura dingin dari arah belakang Gio. "Ngapain diam, sini lo!" ujar Gio lagi.
Mutia mengangguk sebagai jawaban. Ia menghampiri tubuh Gio yang sedang menunggunya.
"Lo ngikutin gue, ya?" sela Mutia sebelum Gio berbicara."Gue muak lihat muka lo terus, gue ke sini lo ada, gue ke sana lo ada, lo ada di mana-mana."
"Namanya juga jodoh, selalu ada di mana-mana."
Gio merogoh kantong celananya, Mutia melihat sebungkus es krim berada di tangan cowok itu, angan-angan Mutia sudah tertuju pada sebungkus es krim. Dia yakin kalau es krim itu pasti untuknya.
Dan benar saja, es krim itu sudah berada di depan tubuh Mutia. "Nih, buat lo." ucap Gio seraya memberikan es krim coklat yang sudah mencair.
Mutia mengambil es krim itu, ia mencoba untuk memegang es krim yang ia rasa memang benar-benar sudah mencair dan hanya air yang ada di bungkusan tersebut. "Ngasih air atau ngasih es krim sih," gerutu Mutia, gadis itu masih mencari asal muasal di mana bentuk es-nya.
Sedangkan Gio, cowok itu menggaruk tengkuknya bingung, "Udah dari tadi siang itu es krimnya. Gue lupa kasih ke lo," cengengesan Gio setelah mengatakan hal yang seharusnya tidak usah di bicarakan di depan seorang perempuan.
"Ya ampun, Gio. effort lo keren banget ya, Gi. es krim dari tadi siang aja masih lo simpan." tutur Mutia, gadis itu masih bisa bersabar dengan kelakuan cowok gila ini.
"BRO"
Mereka berdua menoleh bersamaan ke arah jalan, seorang laki-laki sedang berjalan menuju ke rumah Mutia. Siapa lagi kalau bukan Sean. Cowok itu membawa sekantung es krim.
Sean melewati tubuh Mutia dan berhenti di depan tubuh Gio. "Es krim lo ketinggalan tadi, nih." tawa Sean kepada Gio, Gio juga ikut tertawa kecil saat melihat temannya begitu hebat menyembunyikan kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGI
Novela Juvenil''Semesta tak akan membenci kita yang pergi'' Buku ini menggambarkan perjalanan emosional dan refleksi tentang kehilangan dan perpisahan. "Semesta selalu punya cerita untuk setiap penghuninya." "Tolong izinkan saya, Pada saat sebelum ditembak mati...