''Aku punya Ayah disaat bersamamu. aku mendapatkan seorang Ayah yang tampan dan juga bekerja keras untuk anaknya.
''Pelukan seorang Ayah itu hangat, ya, Mutia? sampai kapanpun aku akan merasakan pelukan dari Ayah surya yang hangat ini. terima kasih.''
-Giordano Vicenzo
''Nggak ada cobaan tanpa air mata, nggak ada cobaan yang ringan, nggak ada cobaan tanpa rasa sakit, capek dan trauma.''
"Terimakasih untukmu. Karena mu aku merasakan pelukan seorang Ayah dan juga Ibu meskipun itu orangtuamu."
-ucap dia laki-laki hebat.
•••••••••••••
Pukul lima pagi, Gio sudah berada di halaman rumah Mutia. Cowok dengan setelan baju putih polos dan celana Kendy itu tengah disibukkan dengan memperbaiki rem sepeda dan juga rantai sepeda onthel milik gadisnya. dengan tenang dan santai cowok itu mengerjakannya. berbeda dengan Mutia yang sibuk mencuci motornya.
Gio sibuk memperbaiki sepeda dan Mutia sibuk dengan mencuci motor. setiap menit gadis itu mendekat kearah Gio untuk melihat kinerja cowok itu. dan bertanya apakah Gio sudah selesai atau belum.
''Udah belum sepedanya? bentar lagi mau gue bawa kesekolah.'' tanya Mutia kepada Gio.
Gadis itu bertanya seraya melangkah kearah keran air, ia berniat untuk mematikan selang air dan juga membereskan beberapa benda-benda yang tergeletak begitu saja disekitar tempat mencucinya. Mutia sudah selesai dengan aktivitas mencuci motornya dan akan berniat untuk mandi karena ini adalah hari pertama dia sekolah setelah di skors satu minggu lamanya.
Gio menoleh kearah Mutia, raut wajah dari cowok itu penuh dengan bekas olesan oli dan bodohnya memang, Gio mengusap keringatnya menggunakan baju dan juga lengannya. Usapan itu membuat olesan oli semakin menyebar di setiap wajahnya dan juga baju putihnya.
''Bentar lagi, ini lagi bersihin bekas oli.'' jawab Gio. Cowok itu sedikit membungkuk untuk mencoba Rem tangan sepeda itu dan juga Rantai sepeda yang sudah ringan untuk di kayuh Mutia nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGI
Ficção Adolescente''Semesta tak akan membenci kita yang pergi'' Buku ini menggambarkan perjalanan emosional dan refleksi tentang kehilangan dan perpisahan. "Semesta selalu punya cerita untuk setiap penghuninya." "Tolong izinkan saya, Pada saat sebelum ditembak mati...