Anaknya Temen Mama

1K 98 1
                                    

“Makasih udah nebengin gue, Ray. Besok gue traktir di kantin,” ujar Mika setelah turun dari atas motor temannya, Raya.

“Sip, gue cabut dulu. Nitip salam ke Mama lo ya, Bet!” balas Raya lalu melajukan motornya meninggalkan area rumah Mika.

Mika mengangguk, memperhatikan punggung Raya yang mulai menjauh hingga tak terlihat lagi oleh matanya. Mika masuk, tak lupa menutup kembali pagar rumahnya.

“Mama udah pulang atau belum, ya?” gumam Mika sembari menutup pintu utama, rumah terlihat sepi, yang berarti Mama belum pulang.

Mika segera menuju kamarnya untuk berganti baju, dan beres-beres. Setelah semuanya sudah dilakukan, Mika merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya, tidak lupa menyelimuti seluruh tubuhnya dan dengan cepat tertidur.

Sekitar tiga jam kemudian Mika terbangun, kepalanya terasa pusing, sepertinya Mika terlalu lama tidur. Gadis itu langsung bangun dari kasurnya dan berjalan keluar sembari mengucek mata, tanpa menyadari keberadaan orang asing yang sedang duduk di ruang tamunya, di lantai satu.

“Mamaaaa udah pul-WAAAA SIAPA?!” Mika terkejut ketika melihat seorang wanita dewasa yang sepertinya berusia sekitar dua puluh tahunan akhir duduk diam dengan wajah dingin di ruang tamunya.

Masa mama pindah haluan jadi lesbi sih anjir... batin Mika lalu mencubit lengannya sendiri cukup keras, siapa tau dirinya masih ada didalam alam mimpi. Namun, rasanya sakit, berarti Mika tidak sedang bermimpi.

“Adek udah bangun? Padahal Mama baru mau bangunin tadi.” Mama datang dari dapur membawa secangkir teh, lalu meletakkannya di meja tepat di hadapan wanita asing itu.

“Diminum ya. Tante enggak kasih racun kok,” canda Mama, wanita itu pun tersenyum kecil sebagai respon.

“Iya Tan, terima kasih. Jadi ngerepotin,” balas wanita itu.

“Enggak, enggak ngerepotin kok. Oh iya, ini anak Tante yang sering Tante ceritain ke kamu. Adek, kenalan gih sama anaknya temen Mama,” ujar Mama sembari menarik Mika untuk duduk disampingnya. Mika dengan wajah bantalnya menjulurkan tangan.

“Mika cempaka. Panggil aja Mika,” ujar Mika malas.

“Ala,” ujar wanita itu tanpa membalas uluran tangan Mika membuat Mika langsung menarik kembali tangannya dan memasang raut tidak suka.

Singkat amat, emang tiap ngomong lo kudu bayar apa?” batin Mika kesal, ia melirik tajam pada wanita yang bernama Ala itu.

“Ma, Adek ke atas dulu ya. Mau mandi. Gerah abis bangun tidur,” ujar Mika lalu beranjak untuk kembali ke kamarnya.

“Jangan lama-lama loh. Nanti kalo udah beres jangan ngedekem aja dikamar, kita ngobrol bareng,” balas Mama, Mika hanya memberikan jempolnya sebagai balasan.

Setelah Mika pergi, Mama dan Ala membicarakan tentang Mika. Mama menceritakan semua tentang Mika, kebiasaannya, kesukaannya, semuanya dan Ala pun mendengarkan dengan baik.

“Tante tadi kan udah bilang ke kamu tentang rencana Tante dan Mommy kamu, seharusnya sih nunggu Mika kuliah dulu baru kalian dijodohkan. Tapi kayaknya, secepatnya aja deh. Tante pusing juga lama-lama denger Mika setiap hari ngeluh mau berhenti sekolah, pengen nikah aja katanya,” ujar Mama, Ala tertawa singkat mendengarnya.

“Memangnya separah itu ya, Tan?” tanya Ala.

“Udah nggak kehitung berapa kali Tante harus menuhin panggilan dari guru BK karena Mika suka bolos pelajaran dan manjat tembok buat bolos sekolah. Dari pada makin parah, turutin aja deh kemauannya,” jawab Mama sembari memijat pelipisnya.

“Saya sih nurut aja, Tan. Tapi nanti Mika gimana? Apa dia akan setuju? Karena kadang remaja seperti Mika mempunyai pikiran yang labil.”

“Gampang nanti Tante bujuknya, gampang tergiur Mika mah.”

Setelah mengobrol cukup lama, Ala memutuskan untuk pamit. Lagi pula hari sudah malam, ia tidak mungkin pulang terlalu larut. Selain itu, ia juga sudah melihat secara langsung gadis yang dalam waktu dekat akan menikah dengannya. Gadis itu punya pesonanya sendiri, dan Ala merasa bahwa ia tertarik pada Mika.

“Ala nggak mau nginep aja di rumah Tante?” tanya Mama main-main sembari mengantar Ala ke depan.

Ala tertawa singkat, “besok saya ada banyak urusan Tan, jadi nggak bisa. Lain kali kalau lagi free, saya sempatkan main kesini sama Mommy. Titip salam buat Mika ya, Tan,” balas Ala lalu masuk ke dalam mobilnya, Ala membuka kaca mobilnya dan melambai pada Mama lalu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Mika.

Setelah mobil milik Ala menjauh, Mama masuk kembali ke dalam rumah dan mengunci pintu lalu berjalan menuju kamar Mika.

Mama mengetuk beberapa kali pintu kamar Mika yang terkunci dari dalam, hingga sang pemilik kamar membukakan pintu dan mempersilahkan Mama masuk.

“Lama banget mandinya dek,” cibir Mama, lalu masuk ke dalam kamar anaknya.

“Hehe tadi berendam, Maa. Enak tau pake air anget,” balas Mika, gadis itu tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang rapih.

Mama menggelengkan kepala maklum, “pantesan lama,” cibirnya.

“Tamu Mama tadi udah pulang?” tanya Mika penasaran, walau dalam hatinya masih menaruh dendam pada wanita yang ia ketahui bernama Ala itu, angkuh banget.

“Udah, baru aja pulang. Kamu lama sih, padahal kan mau diajak ngobrol-ngobrol,” jawab Mama.

“Ngobrol gimana? Kayaknya angkuh banget tuh, aku nggak suka Maaaa.”

“Namanya juga baru kenal. Inget, don't judge a book by the cover. Tadi Ala titip salam buat kamu juga.”

Mika memutar bola matanya malas, “tapi beneran Ma, Mika nggak suka pokoknya.”

“Nanti kalo udah kenal deket juga klepek-klepek kamu,” balas Mama ambigu, tapi Mika tak ambil pusing kata-kata Mama.

“Terserah deh. Mama masak nggak? Aku laper, belum makan dari siang,” ucap Mika sembari mengelus perut ratanya, membuat Mama seketika menepuk jidatnya.

“Astaga! Mama lupa, dek! Tunggu sebentar ya Mama masakin dulu, nggak pake lama!” selesai berkata, wanita itu langsung berlari tergopoh-gopoh meninggalkan kamar Mika.

Mika menatap Mamanya dengan tatapan melas, “bisa-bisanya anak sendiri lupa dikasih makan...” gumamnya disertai gelengan kepala, lalu segera beranjak untuk menyusul sang Mama.








Raya

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang