Manja

1.2K 134 7
                                    

Setelah kejadian beberapa hari lalu di kantor Ala, Mika menjadi semakin menempel dan bersikap manja pada istrinya. Ala sih senang-senang saja, walau kadang masih merasa aneh.

Hari Minggu, jam sembilan pagi kurang lima menit. Mika baru saja bangun dari tidur cantiknya. Kurang enak apa dirinya jadi istri Ala? Kalau bangun kesiangan, tidak akan ada yang berani mengomeli dan memarahinya.

Kakinya melangkah menuju luar setelah sempat membasuh wajah dan menggosok gigi, mencari keberadaan Ala yang selalu hilang saat dirinya membuka mata.

Sungguh, Mika berjanji kalau suatu saat nanti giliran dia yang bangun jauh lebih dulu dari Ala.

"Sayang, mau sarapan?" tanya Ala lalu mengulas senyum, mereka berpapasan didepan pintu lift. Ala hendak naik, sementara Mika baru saja turun.

Mika menggeleng, "nyari kamu, darimana?" balasnya, lalu memeluk lengan Ala. Total abai dengan kondisi tubuh Ala yang dibanjiri dengan keringat, toh keringatnya tidak bau.

"Habis jogging keliling komplek, udah mandi?" Mika menggeleng sebagai jawaban.

Ala membawa sang istri ke ruang makan, setelah meminta Mika untuk duduk, ia lantas memanggil kepala juru masak dan menyuruhnya membuatkan sarapan.

"Hari ini mau kemana?" tanya Ala, tangannya menarik beberapa lembar tisu yang tersedia diatas meja untuk mengelap keringat yang membanjiri pelipisnya.

"Dirumah aja, mager. Besok ujian praktek," jawab Mika seadanya, kepalanya ia letakkan diatas meja dengan lesu.

Ala tersenyum teduh, tangannya bergerak untuk mengusap lembut kepala istrinya. Mika sendiri mulai memejamkan mata karena merasakan nyaman karena usapan Ala.

"Terus mau ngapain hari ini?" tanya Ala lagi, nada bicaranya begitu lembut. Bagaimana bisa Mika tidak luluh?

Ala adalah tipe pasangan yang diidam-idamkan oleh semua orang. Mika beruntung karena memilikinya.

Mika membuka mata, "enggak tau," jawabnya dengan bibir mengerucut.

Ala tertawa, "terus gimana?"

"Pikirin nanti aja huh, aku biasanya juga mager-mageran tanpa rencana."

"Iyain deh."

Setelah agenda sarapan selesai, Mika kini berbaring di sofa ruang santai dengan paha Ala sebagai bantalan kepalanya. Telapak tangan yang lebih tua aktif mengelus lembut kepala Mika membuat gadis itu merasa nyaman.

Layar televisi menayangkan film My Life With the Walter Boys, dan tentu saja Ala yang memilih tayangan itu.

"Ala.." panggil Mika, matanya menatap Ala dari bawah. Istrinya itu tengah fokus pada layar televisi didepan mereka.

"Hm?"

"Ish! Kalau dipanggil noleh dong," dengus Mika kesal, tangannya bahkan memukul pelan perut Ala.

"Panggil yang bener dulu," balas Ala lalu tertawa kecil.

Dahi Mika berkerut, "Kak Ala?" ujarnya ragu.

"Bukan, coba panggil Sayang gitu. Masa saya doang yang sayang-sayangin kamu."

Pipi Mika otomatis bersemu merah tanpa diminta, ia memukuli perut Ala yang mana dibalas gelak tawa oleh yang lebih tua.

"Ayo, saya mau dengar coba," pinta Ala.

"Sayang.." cicit Mika, suaranya begitu pelan.

"Hm? Apa? Saya enggak dengar tuh," balas Ala main-main, ia hanya ingin menjahili sang istri. Padahal dalam hati sudah berbunga-bunga karena sang istri mau menuruti permintaan sederhananya.

"Ish! Sayangggg," panggil Mika dengan suara yang cukup keras, detik berikutnya Mika buru-buru menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Dalem sayangku," balas Ala, kepalanya menunduk untuk melihat wajah cantik sang istri yang bersembunyi dibalik kedua telapak tangannya.

Tangan Ala bergerak untuk menyentuh tangan istrinya, berusaha menyingkirkannya agar tidak menutupi wajah cantik Mika.

"Jangan ditutupin, saya mau lihat wajah cantik kamu," ujar Ala lalu tertawa setelah terkena pukulan dari istrinya.

"Nyebelin!" seru Mika.

Ala tertawa, ia kemudian mendaratkan kecupan bertubi-tubi pada permukaan wajah cantik Mika hingga si empu protes.

"Ish! Udah, jangan cium-cium!"

"Iya, iya. Terus kamu tadi mau ngomong apa?"

Pipi Mika sontak merona, mendadak merasa malu untuk mengatakan sesuatu yang akhir-akhir ini mulai memenuhi pikirannya.

Tatapan Ala melembut, ia kecup kening istrinya lalu kembali mendaratkan usapan lembut pada kepala Mika. "ngomong aja," pinta Ala.

"Saya enggak akan marah," tambahnya yang mana membuat Mika menghela nafas.

"Kemarin Mommy sama Mama telepon aku," ujar Mika dengan suara lirih.

"Terus kenapa?"

"Mereka, khususnya Mommy tanya kapan kita mulai progamnya karena kan aku udah mulai ujian. Bulan depan kemungkinan udah wisuda juga."

Ala mengangguk mengerti, "terus kamu jawab gimana?"

"Ya.. aku jawab enggak dalam waktu dekat ini, soalnya aku sama kamu sepakat buat mengenal satu sama lain dulu lebih dalam. Biar nanti kita bener-bener siap dan bisa jadi orang tua yang baik. Komunikasi kan penting juga dalam hubungan apalagi kita udah berumah tangga bukan pacaran," jelas Mika.

Ala tersenyum bangga, ia mencubit kedua pipi Mika bersamaan dengan perasaan gemas.

"Pinter banget jawabnya, istri siapa sih?" ujarnya memuji.

"Istrinya Refal Hady," balas Mika lalu menjulurkan lidahnya mengejek. Sebelum akhirnya, "aduh! LEPWAS ISHH! AKU GABISA NAFAS!"

Iya, Ala mengapit hidung mungil istrinya kuat-kuat karena merasa gemas bukan main dengan Mika. Dapat Ala lihat ujung hidung Mika memerah setelah ia menjauhkan tangannya, wanita itupun berinisiatif untuk mengecup ujung hidung Mika cukup lama.

"Sakit?" tanya Ala setelah selesai membubuhkan kecupan pada hidung Mika, ia lagi-lagi terkekeh melihat wajah kesal Mika. Alis istrinya itu menukik tajam dengan bibir mengerucut lucu.

"Pake nanya! Tanggung jawab!"

"Hm? Orang kamu yang salah kok."

Mika mendelik, "kok gitu?!"

"Kamu itu milik saya, istrinya Calandra Candramaya, sayangku. Bukan punya orang lain."

"Beli stok es krim setahun buat aku dulu baru aku akuin," ujar Mika berniat bercanda, walau dalam hati ia takut Ala malah beli pabriknya.

"Sebentar." Ala meraih ponselnya diatas meja, hendak menghubungi sang sekretaris untuk mengurus pemintaan Mika namun istrinya itu buru-buru menahan lengannya.

"Stop! Aku bercanda doang ya, please jangan begini kamu NYEREMIN tau gak?"

"Loh, katanya mau?" tanya Ala dengan satu alis terangkat, bingung.

Mika buru-buru menggeleng, "gajadi! Sekarang ayo kita keluar aja, aku mau porotin kamu," jawabnya bermaksud meralat ucapannya sendiri beberapa saat lalu.

"Gajadi males-malesan dirumah?" Mika menggeleng, kemudian bangkit dari posisinya.

"Aku dandan dulu sebentar!" serunya sebelum akhirnya berlari meninggalkan Ala yang duduk diam disana dengan senyum lebar.

"Jangan lama-lama loh ya!"

"BAWEL!"

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang