“HUAAA MAMA ADEK KAN MINTANYA YANG KAYAK REFAL HADY! POKOKNYA ADEK ENGGAK MAU NIKAHH!” teriak Mika nyaring dengan nafas tersendat karena menangis.
Mama sendiri hanya mampu geleng-geleng kepala dengan tangan terlipat didepan dada, memperhatikan sang anak yang tidak berhenti menangis dan meraung setelah kepulangan Ala dua jam yang lalu.
“Yang modelan Refal Hady juga pasti milihnya nikah sama Mama, bukan sama kamu,” balas Mama malas, yang mana membuat Mika tambah histeris.
“Enggak mau nikah Mama...”
“Kemarin-kemarin yang minta siapa? Udahlah adek, tanggalnya juga udah Mama tentuin dari jauh-jauh hari. Lagi pula, Ala orangnya baik kok.”
“Enggak mau Mama... Adek enggak mau,” isak Mika dengan kepala menggeleng ribut, membuat Mama gemas bukan main.
“Kenapa sih emang kalau sama Ala? Dia orangnya emang jarang senyum, tapi Ala baik kok.”
“Sayang..,” rayu Mama seraya mengusap lembut kepala Mika, bibirnya mengulum senyum.
“Mama enggak mungkin menyerahkan anak kesayangan Mama ke sembarang orang, selain karena Ala anak sahabat Mama. Mama juga tau gimana watak Ala, Mama bisa percaya sama dia buat jagain kamu,” jelas Mama dengan nada lembut, berusaha memberi pengertian pada putrinya yang mendadak tidak mau menikah, padahal sebelumnya memohon-mohon.
Mika menggeleng ribut, “kenapa harus Ala? Kenapa harus cewek Maaaa? Apalagi dia kayaknya udah tua ih! Mika maunya sama cowok!” balas Mika dengan wajah memelas.
“Karena Mama percaya sama Ala, lagi pula, kamu sendiri yang dari kemarin mintanya sama yang umurnya matang. Enggak ada salahnya kok kalau kamu sama Ala, meskipun dia cewek. Mama yakin, kamu bakal bahagia sama Ala, Adek.”
“Enggak mau, Maa..”
Mama menghela nafas, “kamu punya kontaknya Ala kan? Coba kamu ngomong berdua, lusa kalian harus fitting baju buat acara pernikahannya.”
Mama kemudian beranjak, meninggalkan Mika sendirian di dalam kamarnya. Sementara Mika menarik ingus, ia bangkit dari posisinya yang semula telungkup diatas ranjang.
“Pokoknya gue enggak mau nikah sama Ala!” seru Mika kesal, tangannya bergerak untuk memukuli guling kesayangannya sebelum melempar benda itu hingga mendarat mengenaskan di sudut ruangan.
Air mata perlahan mulai turun membasahi pipinya, lagi, yang bisa dilakukan Mika hanyalah menangis dan meraung. Bukan, bukan hal seperti ini yang Mika inginkan.
Memang benar, ekspektasi tidak akan selalu sesuai dengan realita.
「 Mendadak Nikah 」
Mika menggeliat dari tidur nyenyak nya, setelah puas menangis dan meraung untuk meratapi hidupnya sendiri, ia tertidur dengan keadaan berantakan.
Matanya perlahan terbuka dan mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam penglihatannya. Mika melirik ke arah jam digital diatas nakas, sudah pukul 4 sore.
Mika segera beranjak dan keluar dari kamarnya, ia celingukan mencari keberadaan Mama. Hingga akhirnya saat menginjak dapur, ia temukan sebuah sticky notes tertempel pada pintu kulkas yang mana menjadi jawabannya.
Mama keluar sama calon mertua kamu, baik-baik dirumah ♡
Mika berdecak, kemudian membuka kulkas untuk melihat isinya lalu menutupnya lagi saat dirasa tidak ada sesuatu yang bisa dimakan didalam sana.
Gadis itu mendudukkan bokongnya pada kursi, meraih ponselnya yang sejak tadi pagi tergeletak mengenaskan diatas meja makan hingga dingin.
Baru saja jemarinya hendak menekan aplikasi ojol untuk memesan makanan, terdengar bel rumah yang ditekan oleh seseorang hingga beberapa kali.
“Siapa sih!” dengus Mika kesal, ia segera beranjak menuju pintu utama untuk membukakan pintu.
Mika mengerjap bingung kala mendapati seorang pengantar makanan berdiri didepan pintu rumahnya dengan seulas senyum, kedua tangannya menjinjing beberapa kantung plastik dan paper bag.
“Atas nama mbak Mika?” tanya pengantar makanan itu dengan seulas senyum ramah.
Mika mengangguk, “tapi Mas, saya enggak pesen apa-apa,” ujar Mika bingung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Oh, ini dari Mbak Ala buat Mbak Mika,” jelas nya, masih dengan senyum yang sama.
Mika hanya ber-oh ria kemudian menerima apa yang di berikan si pengantar makanan padanya.
“Tapi.. ini udah dibayar kan, Mas?” tanya Mika ragu.
Si pengantar makanan lantas tertawa lalu mengangguk, “udah kok Mbak,” jawabnya.
“Oh yaudah, makasih.”
Mika segera meletakkan barang bawaannya diatas meja makan lalu berlari kembali ke depan untuk menutup dan mengunci pintu.
Jemarinya langsung meraih ponselnya diatas meja, kemudian memotret meja makannya yang dipenuhi paperbag serta kantung plastik kiriman dari Ala.
Mika kemudian mencari-cari kontak Ala yang seingatnya sempat ia simpan, setelah dapat, ia langsung mengirim pesan.
A(njing)la
*send a picture*
Ini beneran dari lo?Oh? Udah sampai?
Iya, dari sayaKenapa tiba-tiba?
Gapapa
Buat naikin mood kamuMakasih
Sama-sama, Mika
Mika meletakkan kembali ponselnya setelah merasa sesi berbalas pesannya dengan Ala sudah cukup. Ia meraih salah satu kantung plastik untuk melihat apa isinya dan ternyata, coklat yang menjadi kesukaannya.
Netra Mika berbinar, sebetulnya ia kerap dimarahi Mama karena terlalu sering mengonsumsi sesuatu yang manis dan tidak sehat ketimbang makanan pokok atau makanan sehat dan bergizi namun Mika abai.
Mika memutuskan untuk memeriksa satu-persatu pemberian Ala, ia memekik girang. Ala memang tidak seburuk kelihatannya.
“Cewek muka tembok itu bisa sweet kayak gini juga ya ternyata,” gumam Mika, ia mulai memakan coklatnya dengan tenang, satu kakinya bahkan sudah naik ke atas kursi.
“Kalo gue jadi istrinya.. gimana ya?”
Beberapa detik kemudian, Mika menggeleng ribut.
“Gila kali ah! Masa gue nikah sama cewek!” oceh Mika dengan alis bertaut sebal.
Mika mengedikkan bahu, berusaha abai dengan pemikirannya, fokus menyantap makanannya tanpa ia tahu bahwa hari pernikahannya hampir didepan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah ✓
Fanfictiona jiminjeong local au! Mika Cempaka harus membuang jauh-jauh ekspektasinya menikah dengan duda kaya raya karena dinikahkan Mamanya dengan seorang wanita yang sialnya seorang konglomerat; Calandra Candramaya. warn ; gxg content, age gap, g!p, mature...