Calantha Candramaya

700 113 11
                                    

“Good morning, sayang!” sapa Ala seraya memasuki kamar, dimana Mika yang baru saja terbangun beberapa saat yang lalu tengah sandarkan punggungnya pada headboard ranjang mereka.

Kaki Ala melangkah mendekat, hampiri Mika yang tampak masih linglung seraya usap-usap perut buncitnya. Ala terkekeh pelan. Lucu, pikirnya.

“Baru bangun apa udah dari tadi?” tanyanya seraya daratkan pantat ditepi ranjang, ikut mengusap lembut perut sang istri yang terbalut piyama satin berwarna peach.

“Baru bangun, kamu kok masih kaosan begini enggak ke kantor emang?” Mika balik bertanya dengan alis bertaut, bingung karena melihat Ala yang masih kenakan kaos oblong serta celana training padahal waktu sudah tunjukkan pukul setengah delapan.

Ala terkekeh pelan, lalu gelengkan kepala sebagai jawaban. “saya kan udah mulai cuti hari ini, mau nemenin kamu dirumah. Kemarin kan dokter bilang walaupun hpl yang ditetapkan masih lama, kemungkinan bisa maju atau bisa mundur. Jadi saya harus siaga sama kamu,” jelasnya.

Mika berikan anggukan kecil tanda mengerti, ia kemudian meminta Ala untuk membantunya beranjak. Sebab perutnya yang makin membesar buat Mika sedikit kesulitan untuk lakukan apapun sendirian.

Pagi ini, Mika putuskan hanya menyikat gigi dan mencuci wajahnya. Setelah itu, ia dan Ala turun lewat tangga―yang satu ini, Mika yang memaksa. Karena dokter bilang agar Mika memperbanyak bergerak, misalnya jalan-jalan atau olahraga ringan yang di sarankan untuk ibu hamil agar saat persalinan nanti prosesnya berjalan lancar. Apalagi Mika ingin melahirkan secara normal.

Sesampainya di meja makan, sudah tersedia sandwich buatan Ala. Ditemani segelas susu untuk Mika dan secangkir kopi hitam untuk Ala.

Keduanya mulai memakan sarapan dengan tenang. Tidak ada percakapan apapun karena Ala juga fokus dengan ponsel ditangannya, Mika sendiri sibuk dengan pikirannya.

Butuh waktu dua puluh menit saat akhirnya sesi sarapan berakhir. Kini keduanya sudah berpindah ke halaman belakang, bermain dengan Mila―kucing putih peliharaan Mika yang kini semakin makmur saja kelihatannya.

Walau Mika tidak Ala izinkan untuk menyentuh secara langsung makhluk berbulu lebat berwajah menggemaskan itu. Jadilah ibu hamil ini hanya memperhatikan Mila berlarian kesana-kemari seraya kejar mainan tikus kendali jarak jauh yang dikendalikan oleh Ala.

“Kak, jangan deket-deket kolam kasian nanti kalo nyebur,” peringat Mika saat lihat mainan tikus itu mendekat pada area kolam renang. Walaupun sebenarnya Mika adalah kucing setengah aquaman sebab makhluk berbulu itu benar-benar suka air, namun kolam itu bukan kolam yang dangkal. Yang ada kucing peliharaannya akan tenggelam.

Ala menurut, arahkan mainan itu menjauh dari area kolam agar tidak membahayakan bagi makhluk berbulu kesayangan istrinya. Rasanya sudah lama sekali Ala tidak melihat keberadaan kucing ini, tiba-tiba sudah besar saja.

“Udah deh, Kak. Mila nya capek.”

Ala terkekeh, “yaudah berhenti deh.”

Ala menyusul duduk disamping Mika, letakkan remot pengendali di sampingnya kemudian pusatkan perhatiannya pada wajah cantik sang istri yang terlihat begitu menawan saat kenakan long dress warna hijau tua bermotif bunga edelweiss.

“Kamu biasanya sehari ngapain aja coba kalau enggak ada saya?” tanya Ala membuka percakapan.

“Mmm, ga banyak sih. Kalau lagi enggak males kadang aku baking tapi kalau lagi males terus baby aktif di dalam perut. Aku diem seharian, ngemil sambil nonton kartun,” jawab Mika seadanya buat Ala tertawa gemas.

“Sebentar lagi baby udah bisa digendong,” celetuknya seraya menyentuh permukaan perut Mika, ia terkekeh saat rasakan pergerakan dari dalam sana.

“Hmm, udah enggak bisa rasain lagi dia nendang-nendang ribut di dalam. Ahh, tapi aku seneng soalnya udah bisa tidur sesuka aku! Capek tau tidur miring ke kiri terus,” oceh Mika, bibirnya mencebik sebal setelah selesaikan kalimatnya.

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang