Overthink

693 104 5
                                    

Mika baru saja menyelesaikan kegiatan mandinya setelah menghabiskan waktu seharian penuh diatas ranjang, bermalas-malasan seraya menonton beberapa series berbayar.

Tubuhnya hanya berbalut bathrobe saat ini, ia melangkah menuju lemari pakaian sebelum langkahnya akhirnya berhenti di depan kaca.

Mika tatap lamat-lamat tubuhnya yang mengalami banyak sekali perubahan setelah kehamilan. Dulu, tubuh Mika begitu kecil dan ramping. Sekarang, tubuhnya sedikit lebih berisi, pipinya pun makin bulat, dengan payudara yang membengkak karena mulai memproduksi asi.

Mika buka ikatan bathrobe nya hingga menampakkan tubuh bagian depannya, ia perhatikan perut buncitnya yang semakin besar dari hari ke hari.

Ibu hamil itu menghela nafas berat setelahnya, menyadari bagaimana penampilannya semakin tidak menarik pula dari hari ke hari.

Memang, Mika tidak mengalami kenaikan berat badan yang berlebihan, semuanya normal dan sehat sampai-sampai dokter selalu memujinya tiap melakukan pemeriksaan rutin.

Namun, akhir-akhir ini Mika mulai sering berpikiran buruk. Terutama tentang Ala. Istrinya mungkin saja bisa berpaling ke lain hati karena penampilannya yang menurutnya jelek sekarang.

Dulu, Mika bisa dengan mudah menggoda Ala saat gunakan pakaian seksi. Sekarang? Ala akan menolak bahkan saat Mika terang-terangan mengajaknya berhubungan intim, seperti wanita itu sudah bosan dengan tubuhnya.

Kadang sisi positif Mika berusaha meyakinkan dirinya sendiri, bila Ala lakukan itu karena tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada calon buah hati mereka.

Dan akhir-akhir ini berbeda, Mika mulai teringat bagaimana ia beberapa kali melihat sekretaris Ala yang selalu berpenampilan seksi. Mungkin saja, Ala mulai bandingkan tentang apa yang lihat di kantor dengan apa yang ia lihat dirumah.

Hal itu buat Mika takut, takut bila Ala menjalin hubungan gelap secara diam-diam dibelakangnya bersama sang sekretarisnya yang bak penggoda handal.

Ditengah lamunannya, tubuh Mika berjengit kala rasakan sebuah lengan melingkar pada perutnya, serta ia mulai rasakan sedikit beban pada bahu sempitnya.

“Bathrobe nya kenapa dibuka, hm? Habis mandi harusnya langsung pakai baju, nanti masuk angin loh.”

Mika diam tidak menjawab, buat Ala terheran dengan tingkah sang istri.

“Kamu kenapa sih, sayang? Mikirin apa hm? Cerita sama saya, inget loh kata dokter ibu hamil enggak boleh sampai stress. Nanti berdampak juga sama baby di perut,” oceh Ala, tangannya dengan telaten mengikat kembali tali bathrobe Mika lalu berikan usapan lembut pada perut buncit sang istri dari luar bathrobe.

Ala menghela nafas saat lagi-lagi Mika tidak menanggapi ucapannya, ia lepaskan pelukannya kemudian membawa tubuh sang istri agar menghadap padanya.

Ala dengan lembut sentuh dagu sang istri lalu memintanya agar mendongak, dan menatap wajahnya. Ia tersenyum lembut, lalu bawa Mika masuk ke dalam dekapannya.

“Enggak apa-apa kalau belum mau ngomong sekarang, saya enggak maksa. Tapi kamu harus tau, apapun beban pikiran kamu, jangan ragu buat bagi ke saya. Karena itu gunanya kamu punya pasangan, jangan sampai kamu stress dan akhirnya sakit. Saya enggak mau kalau itu sampai terjadi,” ujar Ala begitu lembut, ia kemudian berikan kecupan ringan yang cukup lama pada pucuk kepala Mika.

Dan tanpa sadar, Mika mulai meneteskan air matanya. Perasaannya yang begitu sensitif saat ini benar-benar berhasil dibuat terharu oleh kata-kata yang keluar dari bilah bibir Ala.

Apa Mika salah sudah berpikiran buruk tentang Ala? Padahal jelas-jelas wanita itu amat mencintainya, hanya dirinya.

Mika beruntung dapatkan Ala di hidupnya.

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang