Mika dudukkan pantatnya ditepi ranjang setelah selesai buang air kecil di kamar mandi, akhir-akhir ini Mika memang sering bolak-balik kamar mandi. Ia juga tidak tau mengapa.
Satu tangan Mika menumpu ke belakang, sedang satu tangannya tahan bagian bawah perutnya. Mika atur nafasnya yang tersengal dan terasa sesak.
Ia rasakan lelah bak habis lari maraton puluhan kilometer padahal kenyataannya Mika hanya berjalan dari ranjang ke kamar mandi kemudian kembali lagi ke ranjang.
Tidak Mika sangka bahwa mengandung akan terasa seberat ini.
Ia kemudian usap lembut perut buncitnya yang semakin besar saja sebab kini kandungannya telah menginjak usia dua puluh sembilan minggu. Yang berarti telah memasuki trimester tiga.
Dan Mika mulai rasakan takut dan cemas menunggu hari kelahiran buah hatinya tiba.
Gimana kalau sakit banget?
Mika kemudian bawa tubuhnya bersandar pada headboard ranjang, setelah letakkan bantal untuk menyangga pinggulnya agar lebih nyaman.
Ia luruskan kakinya kemudian mengusap-usap perut buncitnya hingga Mika rasakan sebuah pergerakan dari dalam sana.
“Ssh―kamu ini cewek, masih di dalam perut juga tapi udah petakilan ya,” dengus Mika kemudian tertawa pelan, ia coba mengobrol dengan sang buah hati yang memang makin aktif saja akhir-akhir ini.
“Tapi enggak apa-apa, Buna seneng kalau kamu gerak terus berarti kamu sehat di dalam. Baik-baik ya, sebentar lagi kita ketemu..”
Lagi, Mika rasakan pergerakan kuat didalam perutnya buat dirinya tertawa. Meski sebenarnya Mika juga rasakan nyeri diperutnya.
“Mimo masih nyari ingkung buat Buna, tiba-tiba pengen makan ingkung satu ekor,” oceh Mika, kini ia singkap bajunya hingga sebatas dada agar dapat melihat jelas bagaimana gelombang di perutnya karena pergerakan si calon buah hati.
“Baby.. semangat banget kenapa sih? Lagi enggak ada Mimo loh ini, biasanya semangat kalau ada Mimo.”
“Jadi pengen es kelapa muda deh,” gumam Mika, ia kemudian cari ponselnya dan menghubungi Ala.
Kira-kira hanya butuh waktu kurang dari dua puluh detik hingga Ala menjawab panggilannya, “kenapa sayang? Saya udah masuk gerbang komplek.”
Mika mengerucutkan bibir, “yahhh.. mau minta beliin es kelapa muda sekalian padahal.”
“Saya putar balik kalau gitu, disekitaran sini ada kok. Tunggu sebentar ya.”
“Yaudah deh, maaf jadi ngerepotin kamu.”
“Ngomong apa sih? Enggak repot, ini istri kamu sendiri loh, bukan orang lain yang disuruh. Udah ya, kamu tunggu sebentar lagi.”
Mika berikan anggukan, kemudian memutus sambungan secara sepihak. Ia kembali fokuskan perhatiannya pada perut buncitnya.
Dua puluh menit berlalu, Mika menoleh saat mendengar pintu kamar terbuka disusul Ala yang masuk ke dalam membawa nampan berisi ingkung utuh dan dua gelas es kelapa muda.
Ala letakkan nampan itu diatas meja lalu menutup kembali pintu, ia melangkah menghampiri Mika yang begitu aktif mengusap-usap lembut perut buncitnya.
“Mau makan dimana?” tanya Ala, ia berlutut disamping sang istri lalu daratkan kecupan kilat pada perut buncit Mika yang terpampang nyata saat ini. Setelahnya, Ala turunkan kembali pakaian yang dikenakan sang istri.
“Di sofa, sambil nonton. Bantuin aku tapi, capek dari tadi bolak-balik kamar mandi mulu,” balas Mika.
Ala mengangguk, ia segera menggendong Mika gaya bridal lalu menurunkannya dengan hati-hati diatas sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah ✓
Fanfictiona jiminjeong local au! Mika Cempaka harus membuang jauh-jauh ekspektasinya menikah dengan duda kaya raya karena dinikahkan Mamanya dengan seorang wanita yang sialnya seorang konglomerat; Calandra Candramaya. warn ; gxg content, age gap, g!p, mature...