“Aduh! Gerak mulu kenapa sih, baby? Kamu makin berat ini, bikin Buna sakit pinggang,” omel Mika seraya menatap tajam pada perutnya yang terus bergerak ribut sebab sang bayi sedang aktif di dalam sana.
Dugh!
“Awh! Kok Buna ditendang sih?”
Alis Mika menukik, ia usap-usap lembut perut buncitnya yang kini semakin besar sebab usia kandungan yang bertambah tua.
Ala belum pulang dari kantor, istrinya itu bilang bahwa hari ini dia akan pulang sedikit terlambat dari biasanya dan Mika memaklumi itu. Ala ingin menyelesaikan semua pekerjaannya sekarang agar nanti saat kandungan Mika sudah mendekati tanggal kelahiran, Ala akan terus ada disamping sang istri tanpa harus terganggu oleh pekerjaan.
“Kamu kangen Mimo ya? Mimo masih kerja, sayang.”
Dugh!
Lagi, Mika rasakan tendangan dari dalam perutnya. Kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Ia meringis pelan seraya terus usapi perutnya hingga Mika rasakan nyeri dan penuh pada payudaranya.
Beberapa hari belakangan, Mika memang merasakan tidak nyaman pada kedua payudaranya yang membengkak. Ia sudah tanyakan ke dokter dan dokter bilang bahwa itu normal sebab payudaranya pasti mulai memproduksi asi.
Namun kali ini, rasanya benar-benar berbeda. Biasanya ada Ala yang bersedia memijat lembut area dadanya, walau dibarengi sedikit modus. Namun, kali ini wanita itu sedang tidak ada dirumah.
“Shh ugh.. kenapa ya? Nyeri banget,” ringis Mika, satu tangannya naik memberi usapan lembut pada kedua payudaranya secara bergantian.
Sementara sang jabang bayi masih terus aktif buat Mika sedikit kewalahan, apalagi pinggang hingga area pinggulnya juga terasa sedikit pegal.
“Duh, cepetan lahir deh, baby. Buna udah enggak kuat hamil shh..”
Pukul delapan malam, Ala baru saja pulang. Kakinya melangkah masuk seraya menenteng kantung kresek berisi sekotak martabak telur.
Saat memasuki kamar, Ala mengernyit kala tidak mendapati keberadaan Mika didalam sana. Ia kemudian letakkan barang bawaannya diatas meja serta lepas blazer yang membalut tubuhnya menyisakan kemeja berwarna hitam.
Ala segera melangkah untuk memeriksa kamar mandi, namun tidak menemukan Mika disana. Kaki jenjangnya kembali melangkah menuju connecting room dan betapa leganya Ala saat dapati Mika ada disana, tengah duduk di sofa seraya usap-usap perutnya yang terekspos jelas sebab istrinya gunakan crop top.
Ala mendekat dan berikan kecupan pada pelipis Mika sebelum bergabung untuk duduk disamping gadis tercintanya itu.
“Ngapain disini? Saya panik waktu tahu kamu enggak ada di kamar,” ujar Ala, matanya menatap intens Mika yang acuh tidak acuh terhadapnya.
“Mau aja, sekalian beres-beres dikit tadi,” balas Mika sekenanya.
“Kamu mandi dulu gih sana. Belum mandi kan?” titah Mika setelahnya, ia berdiri menarik tangan Ala agar mengikutinya kembali ke kamar mereka.
Ala menurut, segera ikuti langkah pelan sang istri untuk kembali ke kamar mereka berdua. Sesampainya disana, Mika segera daratkan pantatnya diatas sofa dan mengusap punggungnya yang terasa pegal.
“Ada yang sakit ya?” tanya Ala yang mana dibalas anggukan oleh Mika.
“Saya mandi dulu, setelah itu saya pijitin kayak biasanya. Itu martabak buat kamu, dimakan biar enggak bosen nungguin saya,” ujar Ala sebelum akhirnya berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah ✓
Fanfictiona jiminjeong local au! Mika Cempaka harus membuang jauh-jauh ekspektasinya menikah dengan duda kaya raya karena dinikahkan Mamanya dengan seorang wanita yang sialnya seorang konglomerat; Calandra Candramaya. warn ; gxg content, age gap, g!p, mature...