Malam Minggu

1.3K 132 11
                                    

Malam Minggu, jangan mengira kalau Mika akan pergi keluar seperti yang biasa dilakukan muda-mudi lainnya. Karena Mika akan lebih senang berbaring telungkup diatas ranjang dan menonton film lewat iPad miliknya ditemani aneka makanan ringan.

Seperti sekarang, Mika sedang menonton film Charlie Angels dengan tangan yang sibuk memasukkan keripik singkong balado kedalam mulutnya.

Pintu kamar terbuka, Ala masuk ke dalam seraya menenteng sebuah paperbag berukuran sedang di tangan kanannya. Ia meletakkan barang bawaannya diatas meja serta melepas blazer yang melekat pada tubuhnya sebelum akhirnya bergabung dengan Mika. Lengannya otomatis melingkar pada pinggang ramping sang istri seraya mendusal pada leher Mika.

Mika sendiri diam, ia sedang malas memberontak karena adegan film yang ditontonnya sedang seru. Lihat saja nanti, Mika akan langsung menendang Ala hingga terguling jatuh dari atas ranjang.

"Saya mampir beli macaron tadi. Seingat saya Mama pernah bilang kalau kamu suka macaron," ujar Ala lau mengecup leher jenjang Mika membuat yang lebih muda menegang merasakan geli pada area lehernya.

Dengan sekuat tenaga, Mika berusaha mendorong Ala agar berhenti mencumbu lehernya. Menurut Mika, kelakuan istrinya kali ini sudah benar-benar keterlaluan. Perlu digaris bawahi kalau Mika sama sekali tidak menaruh rasa pada Ala, meskipun duitnya banyak dan usianya sudah matang. Sangat tipe Mika sekali.

Menurut Mika, Ala itu nyebelin. Banget. Walaupun kadang bikin jantung Mika berdebar karena nyatanya Ala adalah wanita act of money.

“Mandi dulu sana! Lo keringetan, bau tau! Enak aja main cium-cium,” omel Mika dengan alis menukik. Walau ucapannya sembilan puluh sembilan persen bohong, Ala memang sedikit berkeringat tapi wanita itu masih begitu wangi. Yang membuatnya tampak sexy, tapi sorry! Apapun kelebihan yang Ala miliki, nyatanya belum berhasil merebut hati Mika yang masih setia pada Refal Hady.

Ala tertawa mendengarnya, perlahan ia lepaskan dekapannya dan bangkit dari atas ranjang. Memilih menuruti ucapan istrinya, tubuhnya memang terasa lengket dan tidak nyaman. Ala hanya ingin modus sedikit dengan Mika, karena sesungguhnya menggoda Mika hingga membuat istrinya itu kesal adalah sebuah kesenangan tersendiri baginya. Hal baru yang tentu saja akan terus Ala lakukan kedepannya.

Yang lebih tua mengambil paperbag diatas meja dan meletakkannya disamping Mika sebelum akhirnya berlalu untuk mandi.

Mika mendengus saat mendengar bunyi gemercik air, tangannya perlahan meraih paperbag yang diletakkan Ala dan mengintip isinya. Ada sekotak macaron dengan warna-warna yang cantik dan terlihat begitu lezat.

Tentu saja, Mika sebagai pecinta nomor satu makanan manis langsung tersenyum kegirangan.

Ala memang menyebalkan dan cabul, namun disisi lain Ala adalah sosok yang begitu penyayang dan perhatian. Ala selalu tahu bagaimana cara menyenangkan hati Mika.

Mika mengangkat bahu, lalu mengeluarkan kotak macaron dan mulai menyantap makanan manis itu dengan mata berbinar.

Pintu kamar mandi terbuka, disusul Ala yang keluar dari dalam sana hanya menggunakan boxer dan sport bra berwarna hitam. Satu tangannya sibuk mengusak rambut pendeknya dengan handuk kecil.

Perlahan, Ala memang mulai menampakkan kebiasaan yang sering dilakukannya dirumah dihadapan sang istri. Dalam waktu dekat, Ala mungkin akan jujur pada Mika tentang kondisinya.

Mika tampak tidak acuh saat Ala duduk disampingnya, masih sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. Ala pandangi Mika yang sibuk menguyah macaron seraya menonton film yang hampir tamat. Wanita itu jadi teringat pembicaraannya dengan kedua orang tuanya tadi siang.

Usia Ala memang sudah begitu matang, yakni tiga puluh tiga tahun. Wajar jika orang tuanya sudah menanyakan perihal keturunan, namun Ala sudah menegaskan bahwa ia tidak akan menyentuh Mika sebelum gadis kesayangannya itu melepas status sebagai pelajar.

Sebetulnya, Ala tidak punya pemikiran untuk menikah sebelumnya. Wajahnya memang begitu cantik bak dewi, proporsi tubuhnya yang ideal pun mampu membuat iri para wanita diluar sana. Namun, Ala tidak sama seperti orang lain. Ia memiliki kelamin laki-laki, yang mana kadang membuatnya takut dipandang menjijikkan oleh orang lain.

Satu-satunya alasan ia menerima Mika adalah karena orang tuanya. Benar, Ala perlu seorang keturunan. Walau sebelumnya ia sempat marah saat mengetahui bahwa sang calon istri masihlah dibawah umur.

Mika menoleh ke arah Ala yang masih sibuk mengeringkan rambut setelah film yang ditontonnya selesai. Mata gadis itu langsung membulat sempurna melihat penampilan Ala. INI ENGGAK SALAH? Mika aja enggak berani begini!

“Pakai baju yang bener!” sentak Mika lalu melempar guling kearah Ala, membuat yang lebih tua tertawa.

“Kenapa? Kan kita sama-sama perempuan,” balas Ala santai, ia melempar handuknya ke dalam keranjang pakaian kotor.

Ala naik ke atas ranjang, duduk bersandar pada headboard. Menatap penuh minat pada pantat Mika yang tampak menggodanya. Memang pada dasarnya otak Ala yang cabul.

Namun, Ala berani bersumpah bahwa selama tiga puluh tiga tahun hidupnya ini Ala belum pernah bercinta dengan siapapun. Selama ini, Ala memilih bermain solo untuk menuntaskan hasratnya. Entah itu pakai jari sambil menonton video porno, pakai sabun batang bolong, atau bahkan pakai mainan-mainan entah itu sex doll dan semacamnya.

Ala akui, ia memang cukup mudah terpancing nafsunya. Mika mungkin jauh dari tipenya―namun cukup membuat Ala ketar-ketir.

Jangan bilang siapapun terutama Mika, kalau sebetulnya Ala sering nyolo pakai celana dalam bekas dipakai Mika. Abisnya, wangi banget. Kadang Ala ngebayangin kalau misal istrinya itu dudukin mukanya dan dirinya bakal nyedot habis vagina istrinya sampai pahanya getar-getar nahan nikmat. Pasti enak.

Stop! Pikiran Ala mulai liar, ia bahkan bisa merasakan selangkangannya mulai mengeras. Wanita itu berusaha tenang, namun gagal. Ala putuskan untuk beranjak, baru saja kakinya menapak pada lantai kamar. Mika sudah berteriak histeris seraya menutupi wajahnya dengan bantal.

“CELANA LO KOK ADA TENDANYA?!”

Iya, Mika sempat melihat gundukan pada selangkangan Ala. Tentu saja, ia tidak sepolos itu. Mika jelas tahu kalau gundukan besar itu mirip seperti penis yang sedang tegang. Jika Ala wanita tulen, bentuk selangkangannya tidak mungkin seperti itu. Apalagi beberapa saat yang lalu Mika pernah tidak sengaja melihat “burung” pada selangkangan Ala.

“Nanti saya jelaskan, Mika. Sekarang kamu mau bantuin saya dulu enggak?”

Sumpah, ini situasi darurat. Kalaupun Mika tidak mau, Ala tidak akan memaksa. Wanita itu akan bermain solo dengan jari seraya menonton video porno saja untuk menuntaskan hasratnya.

“M-mau.”

haruskah ada adegan skidipapap habis ini?
tenang aja, enggak sampe masuk beneran kok. kan mika juga masih minor :3

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang