Kangen Brutal

1.2K 125 8
                                    

"Ah anjing akhirnya kelar juga!" seru Mika seraya melompat-lompat kecil karena kegirangan, hari ini adalah hari terakhir ujian praktek dan Mika berhasil melewatinya dengan baik walau banyak ngeluhnya.

"Abis ini tinggal tunggu wisuda," celetuk Michelle yang sedari tadi berdiri di samping Mika, sibuk merenggangkan tubuhnya yang pegal-pegal. Biasa, jiwa remaja, raga jompo.

"Halahh, liat aja habis ini gurunya pasti neror nagih tugas yang belum kelar. Kalo enggak dikumpul nanti ancemannya enggak diluluskan," sambung Cheryl, karena pada nyatanya tugasnya banyak yang bolong. Siap-siap setelah ini ia dibuat pusing mengerjakannya seraya menunggu hari wisuda tiba.

"Untung gue udah," balas Mika menyombongkan diri, berkat Ala yang bawel minta ampun dua minggu sebelum serangan ujian. Mika jadi tidak punya beban lagi setelah tetek bengek ujian terlewati.

"Bodo deh, pikirin nanti. Sekarang ngantin dulu skuy, abis ini dah enggak bisa ketemu Mas Bisma lagi gue," ajak Cheryl, lalu menarik tangan kedua temannya itu menuju kantin. Michelle dan Mika menurut, lagi pula ujian membuat perut mereka lapar.

"Mau pesen apaan?"

"Geprek."

"Samain aja."

Cheryl mengangguk, lalu memesan tiga porsi ayam geprek dan tiga gelas es teh manis ukuran jumbo. Mika sudah melipir beli gorengan, sementara Michelle mencari tempat duduk untuk mereka bertiga.

Mika baru saja mendaratkan pantatnya diatas bangku kantin saat ponselnya berbunyi, tangan kirinya meraih ponsel sementara tangan kanannya mencomot gorengan miliknya yang masih hangat.

"Bet, gue tinggal ya. Mau beli lumpia," ujar Michelle seraya beranjak dari duduknya, Mika hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

Mika menggeser tombol hijau pada layar ponselnya, kemudian menempelkan benda tipis itu pada telinga nya.

"Sayang, gimana ujiannya?"

"Lumayan, udah kelar kok. Kamu kapan pulang jadinya?"

Hening sesaat, dapat Mika dengar jika diseberang sana Ala tengah menghela nafas berat. Seperti ragu untuk mengatakan sesuatu padanya.

"Kenapa? Masih lama ya di Dubai nya?" tanya Mika memastikan, jujur, Mika terlanjur terbiasa bersama Ala. Tidak bisa bertemu seperti ini membuat Mika merasakan rindu yang amat luar biasa. Bahkan kemarin Mika pulang ke rumah mereka, hanya untuk mengambil beberapa jaket dan kaos yang sering dipakai Ala. Sebab wangi khas Ala begitu menempel disana, setidaknya cukup untuk menahan sedikit rindunya.

"Iya, ada sedikit masalah disini. Jadi saya belum bisa pulang dalam waktu dekat. Maaf ya, sayang? Kamu enggak apa-apa kan kalau harus menetap dulu di rumah Mama?" balas Ala dengan nada begitu lembut, berusaha memberi pengertian pada istrinya.

"Berapa lama kira-kira? Nanti kamu enggak datang lagi waktu aku wisuda."

"Mungkin sepuluh hari? Maaf ya, padahal saya janjinya cuman seminggu ke kamu. Soal wisuda kamu, saya pasti datang kok. Saya janji."

"Enggak apa-apa, toh kamu kerja juga duitnya buat aku nanti. Hmm, awas aja kalau enggak datang, enggak boleh grepe-grepe lagi!"

Mika langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan saat dirasa ucapannya terlalu keras, ia lupa jika sekarang dirinya sedang ada di kantin sekolah, bukan dirumah.

Matanya melirik ke sekitar, memastikan tidak ada seorang pun yang mendengar percakapan ambigu nya dengan Ala. Mika langsung menghela nafas saat mendapati sekitarnya sepi, berarti semuanya aman.

"Iya, sayang. Kamu lagi dimana?"

"Di kantin sekolah, mau makan dulu soalnya dirumah juga males masaknya. Mama malam ini katanya pulang telat."

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang