Dilamar?

995 115 6
                                    

Mika melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil camilan dari sana, ia berencana begadang malam ini untuk menonton beberapa judul film yang direkomendasikan oleh teman-temannya.

Sesampainya di lantai dasar, Mika tidak mendapati Mama. Padahal biasanya, Mama akan menonton sinetron di jam-jam ini. Ia segera melangkah menuju dapur sesuai dengan niat awalnya keluar dari kamar dan melihat Mama yang entah sedang memasak apa disana.

“Bikin apaan, Ma?” tanya Mika, kepalanya melongok untuk melihat apa yang tengah dibuat oleh Mama namun malah berakhir dapat cubitan gemas di pipinya.

“Bikin kue kering,” jawab Mama seadanya, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya sendiri.

“Tumben, udah malem loh, Ma.”

Mika menyempatkan mencomot satu kue yang sudah matang dari atas loyang. Mama memang gemar membuat sesuatu, dan Mika akan siap sedia serta dengan amat senang hati menghabiskan semua makanan yang Mama buat.

“Mau ada acara, penting. Besok kamu enggak kemana-mana kan?”

Mika menggeleng dengan cepat, besok adalah hari Minggu dan engga usah ditanya lagi kegiatan apa yang mau ia lakukan sebab sudah jelas jawabannya adalah molor seharian.

“Acara penting apa sih, Ma? Reunian ya? Atau acara arisan Mama?” tanya Mika, ia langsung mendudukkan diri di kursi pantry. Tangannya aktif mencomot kue yang sudah matang dari loyang membuat Mama berdecak.

“Jangan dimakanin semua sayangku, astaga...” omel Mama lalu menjewer telinga Mika setelah memasukkan loyang ke dalam oven yang sudah di panaskan. Ia berdecak pelan saat mengetahui Mika sudah menghabiskan setengah loyang kue kering yang dibuatnya untuk besok.

“Ih orang Adek cuman nyobain dikit kok..” balas Mika lalu tersenyum tanpa dosa, mengabaikan rasa panas yang menjalar di telinganya yang sudah merah karena jeweran maut Mama.

“Dikit apanya sih,” cibir Mama lalu membuka lemari persediaan dan memberikan sebungkus besar camilan pada Mika agar bocah itu anteng.

Mika jelas saja memekik senang, ia segera membuka bungkus camilan dan makan dengan tenang. Matanya tidak lepas memandangi sang Mama yang sibuk membuat kue yang entah untuk apa, tanpa ada niat sedikitpun membantu. Karena jelas, bukannya membantu, Mika malah akan menambah pekerjaan Mama.

“Mamaaaa,” panggil Mika, sementara Mama hanya menyahut dengan deheman pelan membuat Mika mencebik.

“Ih Mamaaaaaa!”

“Iya kenapa sayangku?”

Mama menatap malas Mika yang tersenyum polos, sungguh, anaknya sudah tujuh belas tahun tapi sikapnya tidak jauh berbeda dengan anak tetangga yang baru saja masuk sekolah dasar. Bahkan Mika masih doyan tantrum kalau panggilannya tidak ditanggapi dengan benar, atau tidak diperhatikan barang sebentar saja.

“Mama belum jawab tau, buat acara apa sih sampe bela-belain manggang dari malem? Biasanya juga cuman manggang brownies dadakan,” celoteh Mika lalu bibirnya mengerucut lucu yang mana membuat Mama langsung menyentil bibir itu.

“Kamu kemaren-kemaren ngomong pengen nikah kan?” Mika mengangguk.

“Besok ada yang datang mau melamar kamu, makanya, jangan lupa dandan yang cantik.”

“HAH?—Uhuk!” Mata Mika melotot sempurna mendengarnya, bahkan ia tersedak sampai terbatuk-batuk saking terkejutnya dengan ucapan Mama.

Mama buru-buru menyodorkan segelas air putih saat melihat wajah Mika sampai memerah karena tersedak. Tapi disisi lain, Mama juga tengah menahan tawa karena reaksi yang diberikan Mika.

“Mama bercanda kan?” tanya Mika memastikan, Mama nya mana bisa serius sih. Lagian, yang bener aja, siapa orang yang mau meminang bocah ingusan doyan bolos serupa Mika Cempaka ini?

Mama menggeleng, “ngapain juga Mama bercanda, toh, mumpung ada yang mau. Mama juga pusing tiap hari dengerin curhatan kamu,” jawabnya.

“Ma.. calon nya Mika bukan om-om kepala pelontos perut buncit kayak Reza Rahadian di film My Stupid Boss, atau bujang lapuk yang mirip Komeng kan?” oceh Mika, ia menangkup wajahnya lalu melamun memikirkan tentang seperti apa orang yang mau melamarnya besok.

Mama tertawa, “lihat aja besok, kamu pasti suka deh.”

“Mukanya seganteng Angga Yunanda enggak, Ma?”

Mama hanya menggelengkan kepala dengan tawa pelan mendengar pertanyaan Mika, lalu sibuk dengan kegiatannya lagi. Berbeda dengan Mika yang mulai berteori.

“Ma..”

“Apa lagi, Adek?”

“Calon nya Mika tajir enggak?”

Mama mendengus, “lihat sendiri besok kamu dilamar pake uang sama perhiasan atau pake seporsi seblak.”

Mika meletakkan bungkus camilannya begitu saja, kemudian menatap sang Mama dengan tatapan melas dan bibir mengerucut.

“Mamaa..” panggil Mika.

“Apa sayang?”

“Mama bercanda kan?”

Mama menggeleng, membuat Mika merengek seraya memukul-mukul meja dengan perasaan campur aduk. Antara bingung, senang, sedih, dan penasaran.

“Udah diem, tidur aja sana ya. Besok bangun pagi, mandi, terus dandan yang cantik pokoknya,” titah Mama dengan senyum manis namun tatapan yang tajam, membuat Mika mau tidak mau beranjak membawa serta camilannya menuju kamar.

Mood nya untuk menonton film hilang begitu saja. Sesampainya di kamar, Mika berbaring telentang di atas kasur empuknya, sibuk memikirkan apa yang akan terjadi besok.

「 Mendadak Nikah 」

Mika turun ke lantai bawah dengan kondisi sudah segar, jika biasanya di jam segini ia baru saja bangun tidur dan enggan untuk mandi, maka hari ini berbeda.

Mika bangun pagi-pagi setelah menyetel alarm yang cukup berisik, mungkin saja dapat membangunkan tetangganya juga. Ia langsung bergegas mandi dan berdandan cantik, sesuai titah Mama semalam.

“Aduh, anak Mama cantik banget. Calon kamu pasti klepek-klepek deh nanti,” puji Mama yang sedang menata toples kue kering diatas meja ruang tamu.

Mika tersenyum malu, kemudian duduk di sofa, memperhatikan sang Mama yang asyik dengan kegiatannya.

“Ma... kasih bocoran dong calon aku kayak gimana?”

“Abis ini juga kamu liat sendiri kok. Sarapan dulu gih, Mama udah bikinin nasi goreng pakai sosis gurita tadi.”

“Oke!” Mika mengacungkan jempol sebelum beranjak menuju dapur, dan memakan sarapannya dengan tenang.

Dahinya berkerut saat mendengar keramaian dari ruang tamu, mungkinkah orang yang hendak melamarnya sudah datang?

Mika meneguk susu cokelatnya hingga tersisa setengah kemudian membuka ponselnya, enggan mengintip atau mengecek ke ruang tamu. Biar nanti Mama yang manggil Mika.

“Adek, udah belum sarapannya? Ayo temuin dulu calon kamu,” ujar Mama yang baru saja datang.

Mika mengangguk, lalu menghabiskan susu coklatnya. Ia meletakkan ponselnya diatas meja makan sebelum berdiri dan berjalan beriringan bersama Mama.

Langkah Mika terhenti ketika mendapati Ala duduk di sofa ruang tamunya, bersama dua orang paruh baya yang ia yakini sebagai orang tua wanita itu. Mata Mika seketika membulat terkejut.

YANG BENER AJA MASA ORANG YANG MELAMAR DIA TERNYATA ALA ALA SI MUKA TEMBOK BEROTAK CABUL ITU?!

SUMPAH, DEMI NENEK TAPASYA YANG GATAU KAPAN MODAR! MIKA ENGGAK MAU NIKAH KALAU CALONNYA MODELAN ALA!

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang