Sick

859 122 7
                                    

Mika terbangun saat mendengar suara seseorang yang sepertinya sedang muntah. Ia menggeliat pelan, dan melirik ke arah jam diatas nakas. Masih pukul lima pagi.

Saat Mika hendak beranjak dari atas ranjang, Ala keluar dari kamar mandi. Melangkah pelan menghampiri sang istri dengan wajah pucat.

Mika yang melihatnya jelas saja khawatir, “kamu kenapa?”

“Kayaknya masuk angin, tadi saya kebangun karena ngerasa mual tapi pas muntah enggak keluar apa-apa.”

Mika segera membantu Ala untuk kembali berbaring lalu menyelimuti tubuh istrinya itu hingga sebatas dada. Mika tempelkan telapak tangannya pada kening, pipi, serta perpotongan leher Ala guna mengecek suhu tubuhnya. Sedikit hangat.

“Kamu istirahat aja ya? Enggak usah ke kantor deh hari ini, Kak. Aku bilangin Daddy nanti,” ujar Mika lalu beranjak dari atas ranjang, namun tangannya segera ditarik oleh Ala.

“Jangan, saya enggak apa-apa kok. Cuman agak pusing sama mual aja, masih kuat kerja.”

Alis Mika menukik tajam tanda bahwa ia tidak menyukai perkataan Ala. Gadis itu berkacak pinggang seraya menatap marah pada Ala.

“Enggak ya, Kak. Kamu ini sakit, istirahat aja dirumah, aku temenin. Dari pada nanti tambah parah, mau?” omel Mika.

“Nurut sama aku, istirahat. Jangan kerja mulu, sakit kan jadinya.”

Ala hanya mampu menampilkan senyum kecil mendengar omelan Mika yang tampaknya khawatir, tangan dinginnya ia bawa untuk menyentuh tangan Mika. Mengusap-usap punggung tangan kecil itu dengan lembut lalu perlahan menariknya mendekat ke bibir untuk ia cium.

“Iya, istriku. Makasih,” ucapnya.

“Sekarang tidur aja, oke? Aku mau mandi dulu, habis itu aku buatin kamu sarapan.”

Gelengan Ala berikan sebagai balasan, ia menarik Mika agar lebih mendekat padanya. “disini aja dulu, peluk saya,” pintanya.

“Lagi pula ini masih pagi banget,” lanjut Ala.

Mika mengangguk mengiyakan, ia baringkan tubuhnya disebelah Ala. Sudut bibirnya tertarik ke atas kala Ala langsung memeluk tubuhnya begitu erat.

Tangan Mika terulur untuk membelai rahang tegas Ala, “kamu pucet banget, beneran enggak kenapa-kenapa? Aku telepon dokter ya biar periksa kamu?”

Gelengan Ala berikan, ia genggam tangan Mika yang semula mengusap-usap rahangnya.

“Saya enggak apa-apa, oke? Enggak usah khawatir,” ujar Ala berusaha meyakinkan sekaligus menenangkan Mika yang tampaknya begitu khawatir dengan kondisinya saat ini.

“Yaudah kalau gitu tidur, istirahat. Aku temenin,” titah Mika.

Ala mengangguk mengiyakan, memeluk tubuh Mika begitu erat dan mulai memejamkan matanya. Selang beberapa menit, dengkuran halus terdengar tanda Ala sudah tertidur.

Mika mengulas senyum tipis, mengecup singkat tulang selangka Ala lalu berbisik. “i love you, jangan sakit begini aku enggak suka lihatnya.”

Mika menyamankan posisinya dalam pelukan Ala, lalu menyusul sang istri kembali ke alam mimpi.

 Mendadak Nikah 

Mika masuk ke dalam kamar membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Ala sendiri tengah duduk bersandar pada kepala ranjang, sibuk dengan iPad di tangannya.

“Kak, makan dulu gih. Dari pagi belum makan loh,” ujar Mika seraya meletakkan nampan yang dibawanya diatas nakas samping tempat tidur. Ia daratkan pantatnya pada tepi ranjang, menepuk-nepuk paha Ala agar memusatkan atensi padanya.

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang