Hari ini, Ala dan Mika disibukkan dengan kegiatan mereka mendekor kamar untuk calon anak mereka. Ala sengaja tidak ke kantor hari ini sebab Mika mengatakan tidak ingin menyewa jasa tukang.
Jadi, keduanya mengerjakan semuanya sendiri. Ala bertugas mengecat tembok sementara Mika sendiri rapihkan barang-barang yang kemarin mereka beli.
Sebenarnya, Ala meminta Mika agar diam dan memperhatikannya saja, namun istrinya itu kekeuh ingin membantu.
Kamar untuk anak mereka ini memang terhubung dengan kamar Ala dan Mika―ya, connecting room yang sebenarnya ingin Ala jadikan red room untuk bersenang-senang bersama Mika kini dialih fungsikan sebagai kamar bagi calon anak mereka.
Walau sebetulnya, anak mereka akan ditempatnya satu kamar bersama Ala dan Mika. Mana tega orang tua baru itu benar-benar biarkan bayi mungil tidur sendirian di kamarnya meski kamarnya sangat dekat dengan kamar mereka.
Kegiatan mengecat kamar yang dilakoni Ala sejak pukul delapan pagi itu akhirnya selesai saat jam makan siang. Ia letakkan roll cat ditempatnya kemudian hampiri Mika yang duduk sofa, memperhatikan Ala.
Tubuh Ala yang hanya dibalut tanktop hitam dan celana kargo senada kini terlihat mengkilap karena keringat. Mika dengan senang hati menarik beberapa tissue dan mengusap keringat Ala saat istrinya itu sampai di hadapannya.
Ala usap-usap perut Mika yang terpampang nyata sebab istrinya hanya kenakan sport bra dan bawahan rok selutut karena cuaca yang amat panas. Wanita itu memekik gemas kala rasakan pergerakan dari dalam.
"Makan siang sama istirahat dulu ya? Nanti dilanjut lagi," ujar Mika, ia mengusap keringat yang ada di wajah, leher, dan dada Ala dengan telaten.
Ala mengangguk sebagai jawaban, ia kini menumpu lutut guna memudahkan Mika mengusap keringatnya serta berinteraksi dengan calon anaknya.
"Aktif banget dia didalam," celetuk Ala kemudian daratkan sebuah kecupan singkat diatas permukaan perut buncit Mika.
"Emang, ribut banget. Perut aku sampe bergelombang, ngeri kadang takut tiba-tiba robek kayak di film sundel bolong."
"Hushhh omongannya," tegur Ala kemudian cubit pelan hidung mungil sang istri.
Mika memasang senyum tanpa rasa bersalah, ia kemudian membuang tissue bekas keringat Ala ke dalam tempat sampah.
“Minggir dulu aku mau masak buat makan siang,” ujar Mika, ibu hamil itu hendak berdiri namun pahanya langsung ditahan oleh Ala.
“Enggak usah, kan ada juru masak, sayang. Nanti kamu capek gimana?”
“Astaga, aku masak doang loh buat kita, santai. Enggak ikut MasterChef yang disuruh cepet-cepet.”
“Yaudah aku bantu.”
Dan ya, akhirnya mereka berdua turun ke dapur. Ala sendiri hendak menggendong Mika namun istrinya itu dengan tegas menolak dan ingin berjalan sendiri. Sebab, ia harus perbanyak bergerak agar saat proses persalinan nanti lancar.
“Mau masak apa emang?” tanya Ala kala keduanya sampai di dapur, ia perhatikan Mika yang baru saja mengusir keluar para juru masak dan maid yang tadinya ada di dapur.
“Panas-panas gini kayaknya makan sayur asem enak deh, sama tolong orderin es tebu dong,” balas Mika.
Ala menggeleng, sudah kepalang hafal dengan istrinya yang ada saja permintaannya. Ia segera melangkah tinggalkan dapur menuju kamar, mengambil ponselnya.
Sementara Mika sendiri mulai memasak dengan tenang, rasanya sudah lama sekali ia tidak berkutat dengan dapur semenjak hamil. Padahal sebelumnya, Mika mulai aktif memasak di dapur.
Sesekali, Mika akan diam untuk mengatur nafasnya yang terasa sedikit sesak. Di usia kehamilan yang memang sudah tua ini, Mika rasa segalanya menjadi lebih berat.
Mika padahal sudah senang saat dirinya tidak mengalami morning sickness, ternyata, lebih baik mengalami morning sickness saja.
「 Mendadak Nikah 」
Setelah menghabiskan makan siang dan bermanja ria menikmati waktu istirahat, keduanya lanjutkan menyiapkan kamar.
Mulai dari menata lemari, pakaian, peralatan, ranjang, mainan dan banyak hal lagi.
Tentu saja semuanya Ala yang melakukannya, di bantu sedikit oleh para maid. Mika bagian mandor. Dan tidak butuh waktu lama sampai akhirnya kamar untuk anak mereka selesai.
Ala daratkan pantatnya disamping Mika, menyandarkan kepalanya pada bahu yang lebih muda dan berusaha mengatur nafasnya yang tersengal.
Mika tersenyum kecil, ia meraih tangan Ala dan mengusapnya lembut. “Makasih,” cicitnya.
Ala balas dengan senyum lembut kemudian menarik Mika mendekat untuk ia cium.
“Kak,” panggil Mika, kemudian arahkan tangan Ala untuk mengusap-usap perutnya.
“Kenapa, sayang?”
Ala pusatkan perhatiannya pada sang istri, tatapannya begitu dalam penuh cinta yang mana mampu buat Mika tersipu karenanya.
“Aku tiba-tiba kepikiran soal lahiran nanti gimana, takut banget. Soalnya review di internet banyak yang bilang kalau itu sakit pakai banget. Aku kepikiran terus..” ungkap Mika, bibirnya langsung melengkung ke bawah setelah menyelesaikan kalimatnya.
Ala mengulas senyum lembut, ia membelai pipi lembut Mika. “mau operasi aja? Biar enggak terlalu sakit,” balas Ala memberi tawaran.
Mika langsung menggeleng, “selagi aku masih kuat, aku mau normal aja, Kak. Tapi takut.. nanti kamu bakal nemenin aku selama prosesnya kan?”
“Pasti, sayang. Saya pasti nemenin kamu berjuang melahirkan anak kita. Walaupun nanti saya enggak bisa ikut merasakan rasa sakit yang kamu rasakan, setidaknya saya melihat dengan mata saya sendiri bagaimana kamu berjuang keras mempertaruhkan nyawa demi melahirkan bayi kita ke dunia.”
Ala bawa tubuh Mika mendekat, kemudian mendekapnya dengan penuh kasih sayang. Tidak berani terlalu erat karena takut menekan dan menghimpit bayi mereka.
Yang lebih muda mulai meneteskan air mata, terharu mendengar kata-kata yang keluar dari bilah bibir yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah ✓
Fanfictiona jiminjeong local au! Mika Cempaka harus membuang jauh-jauh ekspektasinya menikah dengan duda kaya raya karena dinikahkan Mamanya dengan seorang wanita yang sialnya seorang konglomerat; Calandra Candramaya. warn ; gxg content, age gap, g!p, mature...