Kejutan

1.1K 128 12
                                    

“Calandra, ini kamu mau bawa aku ke mana sih?” tanya Mika seraya menatap kearah Ala yang tampak sibuk dengan ponselnya. Kini keduanya sedang ada didalam mobil yang tengah dikemudikan oleh supir yang tujuannya entah kemana, Mika tidak tahu.

Setelah merayakan kelulusan Mika dengan makan siang bersama di salah satu restoran berbintang, Ala langsung menggandeng Mika dan membawanya ke mobil tanpa berkata apapun.

Mika sendiri sudah mencoba bertanya sejak beberapa menit yang lalu, namun Ala tetap fokus pada ponselnya dan mengabaikan Mika.

Memang sejak pagi tadi, Ala belum berbicara pada Mika. Bahkan saat Mika meminta komentar tentang penampilannya, Ala hanya mengangguk singkat membuat suasana hati Mika buruk seketika. Wanita itu seperti sengaja mendiami Mika, entah apa sebabnya.

Mika sudah terbiasa dengan Ala yang sering menggodanya dimanapun, Ala yang tidak malu-malu menggombal dan berucap kotor padanya. Mika tidak suka jika Ala terus diam dengan wajah datar seperti ini. Mika membencinya.

Mika menghela nafas, kemudian memilih memalingkan pandangannya pada jendela yang tertutup. Memandangi jalanan seraya melamun sampai akhirnya Mika menyadari satu hal.

Bandara. Ini adalah jalan menuju bandara. Mika lagi-lagi berpikir, kira-kira kemana Ala akan membawanya?

Bahkan hingga keduanya duduk didalam pesawat, Ala masih betah mendiaminya. Mika yang sudah tidak tahan meraih lengan Ala untuk ia dekap.

“Kamu kenapa sih? Aku ada salah apa? Ngomong, jangan diem begini. Aku enggak suka,” ujar Mika menumpahkan pertanyaan yang tertahan sedari tadi, ia menatap Ala dengan mata berbinar.

Ala menghela nafas, satu tangannya bergerak membelai lembut pipi gembul Mika. “enggak apa-apa,” balasnya lalu mengulas senyum tipis.

Mika yang tidak puas menggeleng, bibirnya mengerucut dengan alis menukik. “Enggak! Kamu dari pagi diemin aku, bahkan aku ajak ngobrol kamu enggak nanggepin. Jangan gini, aku enggak suka kamu begini..”

“Beneran enggak apa-apa, Sayang. Kamu enggak salah apa-apa kok, saya lagi pusing sedikit jadi saya diam aja dari tadi pagi,” jelas Ala.

Bibir Mika melengkung kebawah, kini ganti tangannya yang bergerak untuk membelai rahang Ala. “harusnya bilang sama aku..”

“Saya enggak mau kamu khawatir, sayang. Sekarang kamu tidur aja ya? Perjalanannya bakal lama loh.”

“Tapi kamu elusin ya? Jangan cuekin aku lagi kayak tadi, aku enggak suka. Mending kamu mesumin aku terus dari pada diemin aku,” omel Mika.

Ala yang gemas langsung saja mencium bibir Mika, hanya sekedar menempel, tidak ada lumatan sama sekali sebelum akhirnya Ala melepasnya.

“Udah, tidur okay? Kamu pasti capek,” titah Ala.

“Hmm, capek didiemin kamu.”

Ala tertawa singkat menanggapinya, “iya iya cantik, saya minta maaf. Sekarang tidur ya?”

Mika mengangguk, kemudian mulai menyamankan posisinya sendiri dan memejamkan mata. Sementara Ala sibuk mengusap-usap lembut kepalanya, membantu Mika agar cepat menyapa alam mimpi.

Hingga beberapa saat kemudian, Ala mendengar suara dengkuran halus pertanda sang istri sudah tertidur. Ia tersenyum kemudian berbicara pelan.

“Maaf ya.. harusnya saya diemin kamu nya sampai kita udah disana, tapi kamu bikin saya enggak kuat. Saya enggak kenapa-kenapa kok, cuman mau bikin kamu kesel aja,” ujar Ala pelan, lebih seperti berbisik lalu terkekeh.

Ia daratkan kecupan ringan pada dahi Mika, kemudian segera memejamkan mata, menyusul sang istri menjemput alam mimpi.

 Mendadak Nikah 

Mendadak Nikah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang