trope : car sex
Matamu mengarah pada Kaeya yang sedang asik berbicara dengan Diluc dan Albedo. Laki-laki itu terlihat sangat menikmati waktunya.
Kau mengembuskan napasmu dan menatap layar ponselmu. Berada di situationship seperti ini sangatlah menyebalkan.
Sejujurnya kau hampir lupa bagaimana kalian berdua bisa seperti ini. Namun, saat kau melihat mata itu, kau tahu kau tak akan bisa melupakannya.
Kalian berdua bertemu di depan sebuah supermarket di tengah malam. Saat itu, kau langsung terpesona dengan wajah tampannya.
Kalian berdua menghabiskan waktu dengan mengobrol kala itu. Kau pun langsung tahu jika laki-laki seperti Kaeya tidak akan mau memiliki komitmen.
"(Nama)? Jadi pulang bareng enggak?" tanya Kaeya dan kau tersentak.
"Eh.. iya," sahutmu.
Laki-laki itu kemudian merangkul bahumu dan segera melambaikan tangan pada teman-temannya. Andai saja mereka tahu bagaimana hubungan kalian yang sebenarnya.
Kau masuk ke dalam mobil dan menatap jalanan yang ramai. Entah mengapa akhir-akhir ini otakmu selalu dipenuhi oleh kejelasan status kalian.
"Tumben kamu diem aja," celetuk Kaeya.
Kau terkekeh. "Ya emang lagi pengen diem aja sih."
Kaeya mengerutkan keningnya dan sesekali menoleh ke arahmu. Kau benar-benar larut dalam pikiranmu dan itu membuat Kaeya bertanya-tanya.
"Kamu lagi ada masalah ya?"
"Hah? Enggak kok," jawabmu spontan.
Memangnya hubungan kalian ini bisa dikategorikan sebagai masalah? Kau sangat yakin jika jawabannya tidak.
Kaeya menyipitkan matanya. "Bohong."
Kau mendesah pelan. "Terserah deh kalau kamu mikirnya gitu."
"Kalau ada masalah, kamu kan bisa cerita ke aku. Aku jadi sedih kalau kamu gak nganggap aku kayak gini," ucap Kaeya.
Kesabaranmu akhirnya habis setelah mendengar itu. Baiklah jika laki-laki itu sangat memaksa untuk mendengar isi kepalamu.
"Sebenernya kita ini apa sih?" tanyamu tiba-tiba.
Kaeya langsung diam, padahal tadi dia memaksamu untuk berbicara. Sikapnya ini sukses membuatmu frustasi.
"Tuh kan. Setiap aku minta kejelasan kamu pasti cuma diem. Kamu kira kita bakal terus selamanya di posisi kayak gini, hah?" lanjutmu.
Kaeya mengusap wajahnya. "Kamu tahu sendiri kan kalau aku belum siap buat berkomitmen-"
"Ya makanya aku mau minta kejelasan. Kamu mau hentiin hubungan kita, oke Kamu mau perjelas hubungan kita, juga oke."
"Kamu tahu kan kalau kita itu teman baik-"
"Teman baik mana yang having sex terus? Teman baik apa lagaknya kayak orang pacaran? Kasih tahu aku, Kaeya," ucapmu tajam.
Laki-laki itu terlihat sangat frustasi. Dia pun segera menerjangmu dan mencium bibirmu dengan kasar. Tanpa sadar air matamu mulai mengalir. Sialan, kau tidak pernah suka terlihat lemah di hadapan orang lain.
Kaeya kemudian keluar dari mobil dan segera menyeret tubuhmu untuk pindah ke bagian belakang. Dia membuka bajumu dan segera menghisap putingmu dengan penuh nafsu.
"Mnh.."
Desahan itu bercampur dengan isakanmu. Semua hal yang kalian lakukan terus berputar di kepalamu. Apakah sesulit itu untuk memperjelas hubungan kalian?
"Kamu cantik banget kalau lagi kayak gini.." bisik Kaeya.
Dia mencium bibirmu dan kedua tangannya memainkan payudaramu. Kau bisa merasakan tonjolan yang mulai menusuk perutmu.
Jarinya kemudian turun dan masuk ke dalam celana dalammu. Kaeya kemudian memasukkan dua jarinya dengan sangat perlahan.
Rasanya selalu menakjubkan. Kau menyukai bagaimana jari-jarinya yang besar itu menggaruk bagian dalam vaginamu.
"Ah.."
Kau bahkan jadi lupa dengan masalah yang baru saja terjadi. Setiap bibir Kaeya menyentuh bibirmu, kau merasa di langit ke tujuh.
Tangan kananmu meremas rambutnya yang panjang. Mata biru itu menatap ekspresi wajahmu dengan penuh pemujaan.
Tanpa sadar, vaginamu sudah mengeluarkan cairan lubrikasi dengan sangat cepat. Kaeya mengambil kondom di dompet dan segera merobeknya.
Dia memakai kondom itu dan mulai memasukkan penisnya dengan perlahan. Kau meremas rambut Kaeya dan menahan desahanmu.
Laki-laki itu kemudian mulai menggerakkan pinggulnya dengan brutal. Kau sedikit berharap jika tidak ada orang lain yang lewat hingga kalian selesai melakukan itu.
"Jangan nangis," bisik Kaeya.
Kau menatap Kaeya yang sedang menghapus air matamu. Kau bahkan tidak sadar jika kau masih mengeluarkan air matamu.
Rasa sakit dan nikmat itu bercampur menjadi satu dan membuatmu kewalahan. Kau tahu jika sebentar lagi kau akan mencapai batas.
"Ngh.. nghh.." desah Kaeya.
"Ahh..." kau berusaha menahan desahanmu namun itu tetap keluar dari mulutmu.
"M-mau keluar.." ucap Kaeya.
Gerakannya semakin cepat dan itu membuatmu mencapai orgasmemu. Tubuhmu mengejang dan mengeluarkan cairan yang mengenai perut Kaeya.
Laki-laki itu terkekeh dan mencium dahimu. "Tunggu aku ya."
Kaeya kemudian memegang kakimu dan kini gerakannya menjadi benar-benar tidak manusiawi. Kau hanya bisa memperhatikannya dengan tubuh lemas.
"NGH- AH! AH!" erangan terus keluar dari mulut Kaeya.
"AHHHH!!"
Laki-laki itu berteriak sangat kencang saat mencapai orgasmenya. Dia kemudian membaringkan badannya di atasmu.
Tentu saja itu terasa berat, dan kau langsung menggerak-gerakkan badanmu sebagai tanda protes. Kaeya tertawa kecil melihat itu.
Kalian berdua pun mengenakan baju kalian dan Kaeya kembali menyetir mobilmu. Kau akhirnya menemukan jawaban untuk situasi kalian berdua ini.
Setelah beberapa lama, akhirnya kalian tiba di rumahmu. Kau mengambil tasmu dan menatap mata Kaeya dengan lekat.
"Kaeya, setelah ini jangan hubungi aku lagi ya? Anggap hubungan kita selesai di sini. Aku harap kita bisa menjalani kehidupan masing-masing seperti semula."
Kaeya membulatkan matanya namun kau segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahmu. Yah, ini adalah keputusan terbaik.
800 words.
next stories dan extended version tersedia di karyakarsa
next stories :
preview extended version (2k words) :
"AKH-!" kau memekik ketika Kaeya menjilat vaginamu dengan lihai.
Dia menusuk-nusukkan lidahnya dan jarinya juga memainkan klitorismu. Kau yang sudah lama tak melakukan hubungan seksual pun sedikit kaget.
"J-janganh! AH!"
"Kenapa? Takut keenakan ya?" kekeh Kaeya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Born To Die [Genshin Male Chara x Fem! Reader]
FanficKumpulan one shot [18+] genshin male chara dan fem reader. kebanyakan ooc.