Lanjutan dari cerita sebelumnya, bisa dibaca terpisah.
***
"Bunda, Khai mau punya adik."
Sejujurnya kau hampir menyemburkan air yang hendak kau minum. Anak laki-lakimu, Khairi, memang sudah berusia lima tahun dan mulai mengetahui banyak hal. Tapi dari sekian hal yang ia ketahui, kau tidak menyangka dia akan meminta adik.
Al-Haitham menyadari reaksi canggungmu dan lantas menyahuti Khairi. "Kenapa Khai tiba-tiba mau punya adik?"
Khairi menatap kalian dengan mata berbinar. "Soalnya Aliyah punya adik masih bayi! Adiknya lucu banget!"
Kau berdehem. "Tapi kalau Khairi punya adik, apa lagi masih bayi, Bunda sama Ayah mungkin enggak bisa benar-benar memperhatikan Khairi."
"Enggak papa! Pokoknya Khairi mau punya adik!" ucap anak itu kekeh.
Kau dan Al-Haitham melirik satu sama lain selama beberapa saat. Al-Haitham membereskan piring Khairi dan segera menggendongnya. "Kita bahas nanti lagi ya? Sekarang Khairi harus tidur siang."
Khairi mengangguk dan mereka pergi ke kamar Khairi. Kau mencium dahi Khairi dan pergi ke kamarmu. Kau merebahkan badanmu dan wajahmu sontak memerah ketika menyadari apa yang harus kau lakukan untuk memberikan Khairi seorang adik.
"Bunda?"
Kau tersentak dan menyadari jika Al-Haitham sudah masuk ke dalam kamar. Laki-laki itu menghela napasnya dan ikut merebahkan badannya di samping dirimu. Kalian berdua diam selama beberapa saat sebelum akhirnya kau membuka mulut.
"Kamu ada niat buat mengabulkan permintaan Khaira?" tanyamu.
Al-Haitham menoleh padamu. "Aku rasa aku enggak ada hak buat memutuskan itu. Tapi kalau kamu mau, aku sangat amat bersedia untuk memiliki anak kedua."
Kau tersenyum. "Aku enggak masalah sih. Lagi pula aku udah capek harus pakai pengaman terus."
"Mulutnya nakal," ujar Al-Haitham sambil menyentuh bibir bawahmu dengan telunjuknya.
"Memangnya kamu enggak capek?" tanyamu.
Al-Haitham tersenyum miring. "Capek sih. Aku kan maunya vasektomi aja, tapi kamu ngelarang."
Kau menatapnya dengan tatapan cemberut. "Jelaslah aku ngelarang! Aku kan masih mau punya anak!"
Al-Haitham menarikmu ke dalam pelukannya dan mengecup dahimu. "Iya, Bunda. Ayah akan turutin apa pun yang Bunda mau."
Kau tertawa kecil mendengar itu. Sebenarnya kau dan Al-Haitham masih memanggil dengan nama satu sama lain sampai Khaira berusia satu tahun. Dia memanggil Al-Haitham dengan namanya dan bukan 'Ayah'.
"Nanti malam ya?" ucapmu dan Al-Haitham mengangguk.
Jam berlalu dengan cepat. Kini Khaira sudah kembali tidur dan kau juga sudah berada di kamar bersama Al-Haitham. Al-Haitham memang terbiasa melepaskan bajunya saat tidur dan itu membuatmu merasa sedikit bernafsu.
"Kamu lagi masa subur kan sekarang?" tanya Al-Haitham dan kau mengangguk.
Laki-laki itu menahan tawanya. "Pantes kamu kelihatannya nafsu banget."
Sebelum kau sempat menjawab, Al-Haitham langsung mencium mulutmu. Tangan kekarnya itu mengurung dirimu di bawahnya dan kau hanya bisa menerima semua perbuatannya.
"Ngghh.. Ayah..."
"Enggak sabar mau hamilin istriku lagi," ucap Al-Haitham dan kau sontak membulatkan matamu.
Laki-laki itu kemudian menyibak bajumu dan menatap payudaramu yang tidak terlapisi bra. Dia segera menjilatnya sambil menatap matamu. Hal itu sontak membuat wajahmu memerah dan kau semakin bernafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Born To Die [Genshin Male Chara x Fem! Reader]
FanfictionKumpulan one shot [18+] genshin male chara dan fem reader. kebanyakan ooc.