Prolog

2.7K 77 1
                                    

Hallo selamat datang dicerita pertama saya!
Jangan lupa untuk meramaikan yaa!!!







"Musibah terbesar adalah ketika kamu mencintai seseorang tetapi ia tidak mencintaimu"

-Imam Syafi'i -









Selamat membaca!!!!!!!





Bau khas rumah sakit menyeruak masuk ke dalam Indra penciuman, seorang dokter baru saja keluar dari ruang operasi setelah bergelut dengan alat alat medis.

Berjalan gontai menyusuri koridor rumah sakit lalu matanya tertuju pada bangku taman rumah sakit, Eliza duduk dengan menghela napas panjang. ia memejamkan matanya sebentar bergelut dengan isi kepalanya yang sangat berisik memikirkan tentang masalahnya dengan sang mama membuat dirinya benar benar muak.

"Anin mama cuma minta satu permintaan aja terima perjodohan ini ya sayang?, mama mohon ya?."

ya Eliza memang punya nama sendiri ketika bersama keluarganya

"ma Anin nggak bisa, untuk kali ini Anin bener bener nggak bisa, Anin masih bisa cari pendamping hidup Anin sendiri kok ma"

"lagi pula Anin udah dewasa kan ma? harusnya mama paham."

"Anin? setelah kamu terima perjodohan ini kan kamu menikah sama abima mama nggak akan ikut campur lagi urusan kamuu."

"oh ya? bukannya waktu Anin mau masuk kedokteran mama juga bilang begitu? Anin udah Mati Matian bilang, Anin nggak mau akhirnya mama tetep maksa buat masuk kedokteran kan? mama tuh nggak pernah nepatin omongannya Mama sendiri tau nggak? mama tuh egois." ucap Eliza dengan suara tercekat

" itu juga buat kebahagiaan kamu Anin!"

"kebahagiaan apa maksud mama? ma Anin Cape ma rasanya Anin mau nyerah,Anin juga mau hidup tenang tanpa ada paksaan apalagi tekanan."

setelah mengucapkan kalimat itu Eliza pergi dari hadapan sang mama tanpa menghiraukan panggilannya

*********

seorang pemuda duduk dikursi balkon kamarnya ia menatap langit yang saat ini terlihat cerah, bertolak belakang dengan hatinya saat ini.

"abang kok belum tidur?" ucap neira sambil memberikan selimut ke badan sang putra

"belum bun" ucap Abi tanpa mengalihkan pandangannya ke langit

"kenapa, anak bunda lagi banyak pikiran ya? tentang perjodohan itu? kalau Abang emang bener bener nggak mau tolak aja, jangan dipaksain ya bang?

seolah tau perasaannya, Abi menoleh menatap wajah ayu sang ibu

"bunda? Abang boleh minta peluk nggak?" tanya Abi dengan tatapan sayunya

neira menggangguk lalu ia duduk disamping putranya, lalu Abi langsung memeluk sang bunda dari samping dan meletakkan keningnya dibahu sang bunda, neira tersenyum walaupun usia Abi sudah menginjak 27 tahun mau bagaimanapun neira tetap menganggap Abi sebagai putranya yang manja.

"yaampun anak bujang bunda lagi capek banget ya? udah ya bang nggak usah terlalu dipikirkan bangettt nanti kalau emang kalian bener bener jodoh nggak bakal kemana, mau sekalipun kalian sama sama menolak kalau emang jodoh yaudah." ucap bunda sambil menyisir rambut Abi dengan tangannya dan memberikan pelukan yang hangat dan menenangkan.

************

"kayaknya aku nggak bisa lanjutin perjodohan ini deh mas" celetuk eliza

"alasannya?"

"ya aku nggak bisa aja, coba deh mas Abi liat sendiri kehidupan aku kayak gimana aku dari keluarga yang hancur mas, nggak kayak mas abi yang harmonis."

"saya nggak nyari istri yang dari keluarga harmonis"

"mas kenapa sih? aku nggak mau mas abi masuk dikehidupanku yang udah hancur ini mas, aku udah capek aku nggak mau melibatkan orang lain lagi udah cukup aku aja yang hancur sendirian." ujarnya dengan suara parau

Abi terkekeh dan manggut-manggut. "kamu lucu bgt ya El? segitu khawatirnya sama saya sampai nggak mau melibatkan saya dan menanggung semuanya sendirian."

Eliza berdecak sebal "apa sih aku lagi serius!"

"iya saya juga serius nanti saya gantikan kehidupan kamu yang hancur itu dengan yang baru, dengan cara saya sendiri mengerti Eliza Harsha Anindia?"

"kenapa nggak cari perempuan lain aja sih yang paham agama, yang tipenya mas abi aja?" tanya Eliza yang masih berusaha mengelak

"kalau tipe saya adalah kamu? mau gimana lagi?" jawab abi dengan tatapan sendunya.






Jangan lupa untuk vote dan komen!!



Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang