Chapter 4

836 43 0
                                    

Selamat membaca!!!

Hari-hari berjalan seperti biasa tentu Abima disibukkan dengan berbagai kegiatan selayaknya seorang dosen yaitu mengajar di kampus dan jangan lupakan
ia juga belajar mengelola perusahaan ayahnya membuat dia melupakan perbincangan keluarga kemarin.

Pukul 5 sore harusnya ia sudah berada dikediamannya tetapi ia harus bersabar karena masih terjebak macet dijalan ibu kota, sudah tidak heran memang. Kaca mobil terketuk ia menurunkan kaca mobilnya melihat keluar ternyata ada anak kecil mungkin seumuran dengan Zara sedang menawarkan bunga mawar.

Abima membeli 2 buah bunga lalu ia menyodorkan selembar uang merah kepada gadis kecil itu.

"Loh kak ini kebanyakan" katanya sambil mengembalikan kepada abima

Abima menolak lalu mengacak rambut gadis itu "Nggak papa buat kamu diterima ya"

Mata gadis itu berkaca kaca lalu segera berlalu dan mengucapkan terimakasih.
Abima menatap punggung gadis kecil itu kian menghilang kasian sekali bukan? seharusnya seusianya bisa merasakan kehangatan orang tua bukan malah mencari nafkah dan merasakan dunia begitu kejamnya pada dirinya.
Jadi alangkah baiknya jika kita selalu bersyukur bukan?.

Untuk kali ini Abima tidak pulang ke rumah ia belum siap jika harus bertemu dengan ayahnya jadi abima tidak melewati jalan biasanya dan beralih jalan untuk menuju ke apartemennya, ia sudah cukup lama tidak tinggal di apartemen karena jaraknya untuk ke kampus dan kantor bisa berlipat ganda.
Oh iya kebetulan abima sudah menghubungi sang bunda kalau ia akan menginap di apartemennya.

Menekan tombol pintu lalu tangannya bergerak gesit memasukkan sandi pin membuat pintunya terbuka.
Harum aroma vanila menyeruak membuat abima bergeming sebentar.

"Zeraa" lirihnya nyaris tak terdengar

Perlahan membuka pintu kamarnya pandangannya mengedar lalu tertuju pada figura berisi dua orang yang sedang berfoto ketika wisuda.
Mata Abima berkaca kaca lalu tangannya bergerak mengelus figura itu "Ray apakabar?"

Lima tahun berlalu namun abima masih teringat mendiang orang yang berhasil membuat ia jatuh cinta selain pada sang bunda. Zerayaa Sakala.
Bisa dikatakan Abima memang sulit untuk jatuh cinta dan ya akhirnya ia bertemu dengan gadis dengan nama panggilan raya itu.
Bukan sepasang kekasih karena Abima
sendiri ingin meminangnya ketika ia selesai wisuda nanti tapi takdir berkata lain raya mengalami kecelakaan tepat setelah wisuda meninggal ditempat saat kembali menuju kediaman orang tuanya.
Abima sempat terpuruk lalu ia bangkit lagi ia berpikir hidup nggak melulu tentang masa lalu.

"Bimaaaa ih jangan gituuu!!!" Raya merengek ketika Abima menggodanya, pasalnya ia habis berebut es krim vanila dengan para bocil padahal sudah mengantre tapi tidak jadi dapat karena sudah habis.

Abima terkekeh lalu mengacak rambut perempuan itu. "oke kita cari tempat lain yang jual eskrim vanila"

"Nggak mauu aku mau disitu" tolak zeraya

"Cari lain aja ra atau mau yang lain selain eskrim?" tawar Abima

gadis itu mengangguk "kita cari yang lain aja."

Duduk manis di kursi taman Zera memegang eskrimnya, eskrim rasa vanilla tentu saja lalu berbincang ria dan kadang keluar tawanya bersama abima.
Zera sangat suka sekali dengan vanila bahkan segala parfum semuanya vanila sampai ketika abima bingung menanyakan parfum apa yang enak untuk apartemennya Zera merekomendasikan vanila.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang