Chapter 27

865 46 1
                                    

Hai, Happy reading!!

don't forget to give a vote or comment on below!


Mata Abi memerah tangannya meremas kertas yang berhasil membuat hatinya sakit. Bukan ini yang Abi inginkan, Abi pulang cepat untuk bertemu istrinya dan meminta maaf untuk menjelaskan kesalahpahaman yang ada bukan mendapat surat seperti ini.

"El aku nggak bisa sembuh sendirian, maaf belum bisa menjadi suami yang baik buat kamu" lirihnya.

Esok harinya kepala Abi terasa pening sekali. Kemeja yang masih melekat ditubuhnya, rambut yang berantakan dan ia mencium bau anyir darah yang mengalir di hidungnya. Sangat berantakan sekali.

"Akhh, kenapa harus keluar sih" Abi beranjak berdiri tangannya meraih tisu diatas nakas dan kakinya melangkah kebawah untuk mengambil minum.

Sampai di dapur Abi merasa aneh, biasanya tercium aroma masakan Eliza atau suara pergerakan Eliza ketika membuatkan sarapan untuk dirinya atau sekedar perbincangan yang tidak berbobot dari keduanya. Sekarang hanya tinggal keheningan dan kesendirian seorang Abima. Abi tersenyum getir biarpun banyak rasa kecewa dan penyesalan tapi dirinya harus tetap menerima toh ini karena salahnya sendiri tidak mau jujur dari awal.

Abi melahap serealnya yang baru saja ia buat. Dirinya lapar tapi hambar tetapi Abi tetap memakannya mau bagaimanapun hidup tetap berjalan ia akan istirahat sebentar dan mencari Eliza nanti.

Dengan balutan kaos putih dan celana selutut Abi berjalan gontai dengan membawa sebuah mug ditangannya ia duduk di sofa balkon kamar dirinya dan Eliza berada. Menyesap kopinya ia menatap langit yang hari ini kebetulan sangat cerah. Berbanding terbalik dengan suasana hatinya saat ini.

"Baru satu hari tanpa kamu aja, aku udah se-berantakan ini El" lirihnya.



****


Dikediaman sang papa. Eliza duduk termenung didekat jendela kamarnya. Menatap langit penuh gemerlap bintang yang indah, Eliza kembali meneteskan air matanya.

"Mas Abi, kamu apakabar? maaf udah lari dari masalah kita" lirihnya.

"Aku selalu rindu kamu mas, bahkan  baru sehari kita nggak bertemu"

Eliza menghela nafasnya, ia tak boleh seperti ini. Ini pilihannya untuk pergi dari Abi. Menenangkan diri setelah semuanya tenang dirinya akan pulang untuk menemui Abi.
Eliza menutup jendelanya ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang lalu memejamkan matanya.

Jonathan membuka kamar putrinya. Dilihatnya Eliza, kakinya melangkah lebih dekat kemudian tangannya terulur mengusap wajah Eliza dan menyusur surai indah sang putri.
Jonathan menghela nafasnya ketika melihat mata sembab Eliza dan matanya tertuju pada leher Eliza yang penuh dengan lebam-lebam keunguan, apakah Abi se-menyeramkan itu pikirnya.

Sayup-sayup Eliza membuka matanya, kemudian ia bangun langsung memeluk sang papa kemudian tak lama dirinya terisak.

"Papa" lirihnya.

"Sutttt, jangan sedih ada papa sayang"

"Mau cerita hm? cerita apapun papa akan mendengarkan semuanya ya?"

Eliza masih terisak. "papa aku mau mas Abi, aku nggak mau kayak gini, tapi mas Abi yang buat diriku ingin pergi darinya pa" dengan nafas memburu Eliza berusaha bercerita pada papanya.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang