Chapter 10

925 40 0
                                    

Selamat membaca!!!!


Hari ini Eliza dan Aksara sama sama saling mengosongkan jadwalnya, karena mereka harus pergi kekantor Nindira untuk mengatakan sesuatu hal yang penting.
Eliza sudah sangat yakin dengan keputusannya untuk tidak melanjutkan perjodohan ini dengan kata lain dirinya menolak.

Entah reaksi seperti apa Nindira nanti Eliza tidak bisa membayangkannya.
Tadi malam ia sudah menghubungi Nindira jika ia sempat ingin bertemu dan ia juga bilang kalau ketemunya di kantornya saja.

Pukul 10 pagi Aksara sudah menunggu di parkiran rumah sakit ia berdiri bersandar pada mobil tangannya bersedekap hari ini ia memakai kemeja putih, terlihat dari kejauhan seorang wanita memakai rok yang dilapisi blazer itu sedikit berlari siapa lagi kalau bukan Eliza.

"Maaf tadi aku benerin jilbab dulu" ucapnya pada Aksa

"Ayo keburu siang"

Eliza mengangguk sebelum Eliza masuk ke mobil Aksa lebih dulu memutari mobil dan membukakan pintunya untuk perempuan itu. Ini yang Hati Eliza menerima Aksa walaupun tanpa hubungan yang jelas tapi cinta mereka jelas adanya.

Eliza adalah tipe perempuan yang suka diperhatikan, dimanja, ia tak bisa kalau hubungannya harus silent treatment.
Sebelum menjalankan mobilnya Aksara lebih dulu memberikan bunga mawar putih dan sebuah surat.

Sudut bibir Eliza sedikit tertarik ia mati Matian menahan senyumnya.

"Kenapa ngasih bunga? apakah ada hari spesial?" tanyanya masih dengan menahan senyum.

Aksa mengacak jilbab perempuan dihadapannya ini "Kalau mau senyum senyum aja, nggak usah ditahan"

"Ih apa sih enggak" elaknya.

"Nanti kamu baca suratnya habis kita ketemu mama kamu aja ya? suratnya juga oke? nggak boleh dibaca sekarang" titah Aksa.

"Kenapa harus nanti? padahal aku udah penasaran banget isi suratnya apa" ujar Eliza cemberut.

"Ada deh pokoknya"

Hati Eliza sedikit membaik tidak terlalu buruk sebelumnya, Aksara memang sengaja memberinya bunga karena ia tahu Eliza itu sedang tegang mau bertemu dengan Nindira bahkan dirinya yang hanya menemani saja juga takut. Sebelum pergi ke rumah sakit tadi ia mampir ke toko bunga bahkan tokonya belum buka jadi ia menunggu sebentar didepan tokonya.
Aksara mengendarai mobilnya pelan pelan karena ia ingin mendengarkan cerita dari gadis pencinta matcha itu dari sedari tadi ia belum berhenti bicara, membicarakan hal hal random.

Eliza akan cerita apapun kesehariannya pada Aksa ia akan sangat cerewet jika sudah bertemu laki laki itu dan ya, tentu saja Aksara akan menanggapi dan mendengarkan dengan baik ocehannya.
Hanya dengan Aksa dirinya merasa dicintai dan sedikit melupakan kesedihan dan penderitaan hidupnya.

**********

Hari ini Abima akan berkumpul dengan teman teman masa pondoknya dan mereka juga memutuskan untuk mampir ke pesantren tempat dulu ia menimba ilmu.
Abima itu masuk pondok saat SMP lalu SMA ia pindah lagi sekolah biasa dan saat kuliah ia kembali lagi sebagai santri pengabdian.

Saat SMA imannya benar benar diuji ia sempat jatuh cinta dengan perempuan yang mungkin sampai sekarang masih ada dihatinya walaupun perempuan itu sudah tiada. Abima merasa ia sudah terlalu jauh dari agama dan mungkin ini bukan jalannya, perempuan itu tewas akibat kecelakaan yang tragis.

"Heei bro? apakabar? nggak ada tanda tanda mau menuju pelaminan kah?" canda Raden kepada Abima, diantara 4 sahabatnya Raden lah yang paling dekat dengan Abima sedangkan Hasbi, Galen, dan Raka juga dekat tapi tak sedekat Raden.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang