Epilog

620 34 0
                                    

Hai.




“Ibuu!!!!!!!!”

Tepat pukul 5 sore Eliza menyambut dua anak laki-lakinya keluar dari mobil neneknya-bunda Abima.

“Gimana hari ini sama nenek? seneng? ada yang mau kalian ceritakan sama ibu hm?”

Eliza memandang gemas dua anak laki-laki tampannya itu lalu beralih ke ibu mertuanya.

“Kamu baru pulang sayang? Abang belum pulang ya?”

“Belum Bun, mas Abi katanya lembur kayaknya jam 8 baru sampai rumah.”

“Ck, anak itu bandel banget kerjaannya cuma kerja mulu, oh iya bunda langsung pulang aja ya. Ayah lagi nggak enak badan katanya.”

“Oh ya? titip salam aja ya Bun sama Ayah, nanti kalau ada apa-apa kabari Eliza aja atau sekarang aja Eliza kerumah sekalian Eliza periksa?”

“Udah nggak usah kamu sama sikembar aja sama tungguin suami kamu pulang.”

Bunda merunduk mencium sembari memeluk kedua cucunya dengan sayang. “Jangan nakal ya baik-baik kamu sama ibu sama ayah ya sayang? dadahhh.”

Setelah berpamitan pada kedua cucunya Eliza mengantar bunda untuk masuk ke mobil.

“Bunda hati-hati ya, terimakasih udah mau El repotin dengan titip anak-anak El ke bunda.”

“Ih ya nggak papa lah bunda seneng tau, liat keluarga anak sama menantu bunda bahagia gini. Bahagia terus ya nak? terimakasih sudah membalas cintanya anak bunda.”

Eliza mengangguk ia tak tahu lagi harus bagaimana ia sangat bersyukur memiliki ibu mertua sebaik bundanya Abi. Bagi Eliza dicintai Abi saja ia sudah merasa cukup apalagi ini dicintai oleh semua keluarga Abi. Rasanya ah sudahlah tidak bisa dijabarkan.

“Ibuuu Abang laper”

“Hm? laper? Adek juga laper engga?”

Zefanya Abimanyu
Zelandra Abiyasa

Keduanya lahir hanya berjarak beberapa menit saja. Abi dan Eliza tentu sangat bahagia dengan kehadiran mereka. Setelah sikembar lahir Abi dan Eliza sempat terdapat percekcokan. Eliza ingin berhenti menjadi dokter dan mengurus anak mereka sementara Abi menolak dengan keras tetapi setelah beberapa bujukan dari Abi dan Bunda-Ayah Abi Eliza menurut dan tetap melanjutkan profesinya.

Walaupun Eliza terkadang merasa kwalahan sendiri untuk mengatur waktu antara pekerjaannya dan keluarga, Abi selalu meyakinkan dirinya kalau dirinya bisa. Bersama Abi Eliza selalu merasa aman dan nyaman, Abi selalu menjadi tameng untuknya selalu membantu dirinya dikala Eliza merasa lelah dan selalu mendukung dirinya dengan perlakuan dan tindakan yang membuat Eliza merasa dicintai. Eliza akui itu bahkan rasanya Eliza kembali merasakan jatuh cinta (lagi) pada sosok Abima Al-ghafi itu.

“Ibu ayo makan!”

“Iya sayang bentar ya” Eliza bingung sekali ia belum memasak apapun ia juga heran kenapa sikembar akhir-akhir ini cepat lapar.

“Emm gimana kalo kita makan Snack dulu? Ibu kemarin habis bikin puding kesukaan Abang? mau ya?”

“Hali ini Abang nggak mau makan puding” ucap Zefan menghentakkan kakinya.

“Tumben kenapa? biasanya semangat banget kalau ibu bikin puding?”

Zefan menggeleng, terdengar helaan nafas dari Zelan. “Adek mau Bu, tolong ambilin ya siapin buat adek.”

“Okei sayangnya ibu” Eliza mengecup pipi Zelan dan berlalu berjalan ke arah dapur.

“Ihhh ibuuuuuu” rengek Zefanya berlari mengikuti Eliza.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang