Chapter 8

765 40 0
                                    

Selamat membaca!!


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Jalani hidup kamu dengan penuh keikhlasan El, kita nggak tau kehidupan nanti kayak gimana. Ini hidup kamu yang ngejalanin juga kamu maka pilihlah yang jadi pilihan kamu."

_Akasara Nabastala_






Sudah tiga hari ini Abima memikirkan perkataan Aksara, apakah wanita yang dicintai lelaki itu adalah Eliza? ia tak habis pikir kalau iya berarti dunia ini sangatlah sempit.
Tak mau berpikir Abima mengambil ponselnya ada banyak sekali chat dari mahasiswanya mulai dari mengumpulkan tugas hingga meminta untuk bimbingan, tapi tangannya tertuju pada kontak bernama Eliza Anindya.

Ya Abima telah meminta nomor Eliza ke Nindira setelah mereka bertemu dicafe, Abima sendiri yang menamainya ia sengaja tidak menamai dengan nama tengah karena terlalu panjang pikirnya, dan ia suka dengan nama Anindya yang ia pikir cantik.

Sudah hampir mengetik tapi ia urung untuk melanjutkan, katakan saja bahwa abima terlalu pengecut untuk menghubungi wanita yang akan dinikahinya kalau si wanita itu mau.

Abima seperti digantung. "ARRGHHHH" erangnya frustasi.
Lebih baik ia membalas mahasiswa yang mengumpulkan tugas dan memilih mahasiswa yang akan ia bimbing nanti.

*******

Selesai sudah masa cuti Eliza hari ini ia kembali ke Apartment nya tentu ia akan diantar oleh papanya, Padahal ia sudah merengek untuk tidak usah diantar tapi Jonathan dengan sifat keras kepalanya itu tetap kekeh untuk mengantar.

"Padahal Anin bisa sendiri nggak perlu diantar papa!" gerutu Anin didalam mobil.

Jonathan terkekeh, "Kalau papa bisa anter kenapa enggak? kamu kira papa udah tua sayang hm? papa masih muda masih bisa nyetir jarak jauh."

Eliza masih dengan bibir cemberutnya.

"Kamu itu jangan apa apa sendiri, pergi sendiri, ngapa-ngapain sendiri."

"Lah kan emang dari dulu sendiri terus sekarang apa apa dibantuin Anin jadi ngrasa kayak gimana gitu."

Jonathan menghela nafas gusar ia mengusap kepala Eliza "Maafin papa Anin, ini salah papa."

Eliza menggeleng "Nggak, papa nggak salah ini udah takdir." lalu ia merengkuh pinggang Jonathan untuk ia peluk.

Jonathan mengecup kepala Eliza "Papa minta maaf, apa perlu papa beli rumah didekat tempat tinggalmu Anin?"

"IHH nggak usah, nanti kalau papa lihat mama pasti susah move on" celetuk Eliza

"Kamu ada ada aja, papa udah move on kalau kamu tahu, papa udah ikhlasin jalan hidup papa bahkan mama kamu yang memilih pergi dari papa."

"Oh ya?"

"hm, Papa ikut bahagia kalau cintanya papa juga bahagia walaupun bahagianya nggak sama papa, kamu tahu sayang? Mama kamu itu cinta pertama dan terakhir papa, mama kamu baik sayang, ini salah papa  tapi ya nasi udah jadi bubur mau gimana lagi." papar Jonathan dengan sendunya.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang