Chapter 17

1K 43 1
                                    

"Sekarang kamu punya aku El, lepaskan hal-hal yang membuat kamu sakit"

-Abima Galandra Al-ghafi -







Pukul setengah 4 pagi. Biasanya Abima telah terbangun untuk menunaikan shalat tahajud tapi untuk kali ini ia tidak mengerjakannya.

"Selamat pagi?" ucapnya pada perempuan dihadapannya yang sedari ia tatapi wajahnya tanpa berkedip.

Ternyata seperti ini ya pemandangan setelah melepas masa bujang.

Eliza membuka matanya ia menatap Abim yang juga menatap dirinya "Hm?" suaranya terdengar serak serak membuat Abima semakin menatap Eliza intens.

"Sudah bangun? hari ini aku ngelewatin sesuatu yang berharga banget."

"Apa?"

"Shalat tahajud" jawab abima sambil terpejam.

"Lah salah mas-

"Jadi salahku? tapi nggapapa masih ada hari besok, shalat tahajud juga Sunnah" potongnya cepat sebelum dirinya disalahkan kesekian kali.

Abima semakin mempererat pelukannya pada perempuan dihadapannya ini, padahal dirinya dulu sangat malu untuk menyentuh perempuan yang bukan mahramnya jangankan menyentuh untuk berbicara saja ia malu.

Tapi sekarang ia jadi malu sendiri ketika harus bersikap demikian dihadapan Eliza iya tahu kalau mahram tapi ini sangat berlebihan bukan? Tapi tidak apa apa istri sendiri ya kan?

"Mas bisa lepas nggak?" ucap Eliza sedikit.

"Sebentar aja, aku baru pertama kali ngerasain hal yang kayak gini."

Eliza membiarkannya sebentar, ia tak bohong jika dirinya juga merasa nyaman, pikirannya berputar kembali ketika dengan sangat keras kepalanya menolak mentah-mentah lelaki yang sedang memeluk dirinya saat ini.

"Aku pikir mas Abi nggak mau seranjang sama aku"

"Kenapa berpikiran seperti itu? malah aku yang berpikir kamu yang nggak mau tidur sama aku gara gara kamu menolak keras perjodohan ini."

Eliza menggeleng, "aku menolak itu punya alasan tau"

"Apa alasannya?"

Eliza menelan ludahnya kasar, sial ia gugup sekarang dirasa Abima menatap dirinya intens. "yya-ya itu, mas abi sama aku itu sangat bertolak belakang ."  ucapnya sambil menatap dada Abi.

"Bertolak belakang dengan konteks?" Abima menghela nafas "buang jauh-jauh pikiran negatif kamu, aku nggak suka kalo kamu terus bilang kayak gitu."

Abima mengurai pelukannya ia tatap wajah ayu Eliza ia usap juga kepala Eliza yang entah kapan sudah tidak memakai jilbab dan apakah dirinya juga belum sadar jika tidak menggunakan jilbab, "cantik juga istriku kalau nggak pakai jilbab, bidadari dari mana neng?" ucap abima gurau.

Eliza yang belum sepenuhnya tersadar itu langsung mencubit perut Abi hingga memebut sang empu meringis, lalu mengubah posisinya menjadi duduk. "Sekarang bangun kita sholat subuh dulu"

Lalu keduanya berdiri dan segera melaksanakan sholat subuh perdana setelah mereka berdua menikah. 

"Bunda masak apa?, Eliza bantuin"

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang