Chapter 12

773 47 0
                                    

Hallo! selamat membaca yaa semoga sukaaa!!!





"Lupakan perjodohan itu, Ayo menikah kita sembuhkan luka kamu lewat pernikahan tanpa perjodohan tapi murni atas ajakan dari hati saya sendiri" ucap Abima lantang lalu berlalu meninggalkan Eliza yang diam mematung.

Sudah 2 hari ini perkataan Abima bak kaset yang tidak bisa berhenti. Ia bingung sekaligus ada rasa sedikit senang dihatinya karena jujur saja ia sangat ketar ketir ketika Abima mengatakan lupakan perjodohan itu tapi ternyata ia terlalu menyimpulkan sesuatu dan sangat terkejut dengan ajakan itu.

Sudah 2 hari ini juga ia tak melihat Abima, padahal ia sudah menunggu pria itu dan berharap dia datang untuk menjenguk dirinya seperti kata Shaka saat dirinya koma kemarin Shaka bilang bahwa Abima selalu datang setiap hari bahkan pria itu masuk keruangan Eliza untuk mengganti bunga yang berada di nakas saat bunga tersebut telah layu.

"Jangan ngelamun mulu" tegur Shaka

Eliza menatap bunga yang berada diatas nakas yang sudah agak layu ia membayangkan ketika Abima mengganti bunganya dengan bunga yang baru pasti terasa sangat romantis bukan? ya ia menyukai itu dirinya menyukai hal hal random yang menurut orang orang tidak masuk akal.

"Mas Abi selalu ganti bunga ini ya shak?" tanyanya pada shaka dengan mata yang tertuju pada bunga itu.

"Cailah nanya itu mulu lo"

Eliza mengernyit "lah baru juga sekali"

"Gue tau kak, lo kangen kan sama bang Abi? segala panggil pakai mas lagi, lagian gue juga udah pernah cerita soal itu"

"Dua hari ini bang abi kemana ya? kayaknya calon istrinya yang keras kepala ini merindukan dirinya" ledeknya.

"Udahlah kak terima aja, nggak baik menolak ajakan dari orang Sholeh" imbuhnya lagi.

"Aku mau tau perjuangan dia sampai mana"

Shaka menggeleng ia benar benar tak habis pikir dengan kakaknya ini Kenapa coba harus pengen tau perjuangan Abima? apakah selama satu setengah bulan ini ia belum cukup? sangat jual mahal sekali bukan?

Shaka sudah tahu semuanya tentang Abima dengan kakaknya bahkan Abima akhir akhir ini sering mengajak dirinya ke pesantren tempat ia mengajar dulu, bukan tanpa sebab Abima mengajak seorang Arshaka yang notabenenya beda agama, Abima pergi ke pesantren memang murni ingin membahas sesuatu pada kyai Hasyim.

Tanpa sadar dan sangat sangat tak terduga Arshaka merasa jatuh cinta pada salah satu santriwati disana. Tapi ia cukup sadar diri dan tidak terlalu menganggap serius, toh perasaan terhadap lawan jenis sangat normal bukan?






"Abangg!!" teriakan anak kecil yang disertai dengan berlari kecil menuju dirinya membuat Abima terkesiap dan menangkap tubuh mungil adik bungsu itu.

Abima tersenyum. Ia menggendong Zara didepan seperti koala. "Zara kangen sama Abang" ujarnya tepat didepan wajah abima.

Abima sudah dua hari ini tidak pulang dirinya menginap di apartmentnya karena alasan apa lagi? tentunya ia tengah diselimuti rasa galau memikirkan dirinya dengan Eliza, kenapa terlalu gegabah sekali mengajak Eliza menikah?

"Bunda sama ayah kemana?"

"Ke panti"

"Kamu kenapa nggak ikut?" pasalnya Zara selalu ikut ketika ayah dan bundanya berkunjung kepanti. Panti yang dimana keluarga Al-ghafi mengangkat Zara untuk dijadikan keluarga Al-ghafi.
Zara memang bukan adik kandung Abima, Bundanya selalu menginginkan seorang anak perempuan dan ya mereka memutuskan untuk mengangkat Zara setelah banyak proses yang dilalui.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang