Chapter 15

938 46 3
                                    

Selamat membaca!!


Dua bulan berlalu begitu cepat bahkan persiapan pernikahan Abima dan Eliza sudah sangat siap.
Abima dan Eliza sepakat hanya melakukan akad saja tanpa ada resepsi pun keluarga sudah menyutujui.

Dengan setelan kemeja dan celana hitamnya Abima duduk di lobby apartment Eliza karena menunggu perempuan itu sedang siap siap, tak berlangsung lama seorang perempuan cantik yang menggunakan long dressnya yang dipadukan dengan outernya membuat Abima sedikit terkesiap.

"Mas? kenapa ngelihatinnya gitu banget? jeleknya?"

Abima menggeleng "Enggak, Ayo keburu siang"

Eliza sengaja menggunakan long dress karena ia sedikit malu ketika pergi bersama Abi dengan rok span yang biasanya ia pakai padahal pakaiannya sudah terbilang tertutup tapi tetap saja ia ingin lebih tertutup lagi soal pakaian ketika bersama Abima.

Didalam mobil terasa lenggang sepi tanpa suara jujur Eliza benci situasi ini biasanya ia mendengarkan musik kesukaannya tapi sekarang ketika bersama abima? hanya tercium bau vanila yang menyeruak didalam mobil, Eliza sedikit heran kenapa pria ini suka sekali dengan wangi vanila? bahkan selama mengenal lebih dari 3 bulan dan pernah mengunjungi apartment Abima, Eliza juga mencium bau pengharum ruangan apartmentnya yang berbau vanila. Aneh sekali bukan seorang laki laki menyukai bau vanila?

Abima melirik Eliza di kaca spion.
Ya Eliza duduk di jok belakang "Kamu hari ini memang tidak ada jadwal kan?"

"Enggak kan mas Abi sendiri yang menyuruh aku buat mengosongkan jadwal"

Abima manggut-manggut ia jadi merasa sedikit malu karena pertanyaannya sangat basa basi sekali.
Hening kembali menerka sampai  mereka tiba di cafe yang mereka maksud.
Hari ini Abima mengajak Eliza pergi ke cafe untuk membahas dan memantapkan kembali apakah Eliza benar benar siap menerima dirinya.

"Mas Abi kira selama dua bulan ini aku pura pura?"

"Bisa aja kan? kamu menggantung saya dua Minggu saja bisa kan?"

"Ck, apa sih jangan buat aku berubah pikiran buat nggak jadi nerusin pernikahan ini ya!" kesalnya

Sudut bibir Abima tertarik ia menyeruput kopinya agar tak ketahuan salting lalu matanya tertuju pada secangkir matcha dihadapannya ternyata gadis yang akan menjadi istrinya itu pencinta matcha karena sudah beberapa hari ini ia selalu mendapati Eliza memesan berbagai macam makanan atau minuman varian matcha.

Eliza menatap Abima dengan perasaan sulit diartikan Eliza sendiri akui abima ini memang tampan bahkan jika dibandingkan dengan Aksara Abimalah pemenangnya dari segi apapun. Mulai dari agama, tingkah laku, dan segala tutur baik pria dihadapannya kini.

Jari Abima mengetuk-ngetuk meja ia merasa Eliza menatap dirinya membuat Abima sendiri tak nyaman.

"Jangan ngeliatin saya kayak gitu, tahan dulu besok kalo kita udah ada ikatan halal kamu bisa sepuasnya memandang saya"

Eliza memutar bola matanya malas.

"Mas Abi selain punya hobi bikin kesel punya hobi lain nggak?"

"Menunggu kepastian dari kamu" jawab Abima santai.

Eliza hampir tersedak minumannya sendiri matanya melotot apa apaan Abima ini untuk menghilangkan kegugupannya ia berdehem "Kepastian apa? kan aku udah jawab kalau aku mau"

Abima tersenyum geli sendiri ia tak pernah berbicara dengan perempuan selain mahramnya, Berbicara dan bergurau dengan Eliza ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan.

"Mau apa El?"

"Apa sih! mas Abi tuh nggak cocok goda-goda kayak gitu!" sungutnya

Tawa Abima seketika pecah dan Eliza baru menyadari jika Abima tertawa seperti ini membuat jantungnya sama sekali tak aman.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang