Chapter 21

1.2K 91 0
                                    

Selamat Membaca!!!!

Tiga hari berturut-turut Abi tidur seorang diri tanpa ditemani sang istri, Bahkan sampai hari ini ia sudah tak tinggal di apartmennya pun ia tidur seorang diri. Abi akan bertemu Eliza hanya saat pagi hari setelah itu ia akan pergi untuk kembali mengajar dan mampir kekantor sang ayah.

Rumah yang ia beli sebagai hadiah pernikahannya ia desain dengan 2 ruang kerja dan perpustakaan mengingat dirinya dan Eliza memiliki hobi membaca, dan tiga hari ini Abi bahkan belum menempati kamar utamanya dengan Eliza karena ia lebih memilih menghabiskan waktunya di ruang kerja untuk mengoreksi tugas mahasiswanya.

Pukul enam pagi Eliza sampai dirumah ia langsung menuju ke kamar itu bebersih, mengingat hari ini hari libur tentu Abi tidak masuk tapi ia tak mendapati pria itu sama sekali, ketika ia ingin bebersih diri alhasil Eliza bergegas untuk membersihkan diri dan segera mencari keberadaan sang suami.

Menuju dapur dengan balutan baju terusan selutut Eliza membuat infus water  yang ia seduh di tumbler dan membawanya, matanya tertuju pada kamar dengan pintu bercat putih yang tertutup rapat. Ruang kerja Abi, Kakinya melangkah membawa dirinya untuk ingin segera memasuki ruangan itu, entah mengapa nalurinya begitu kuat untuk memasuki ruangan itu.

Terlihat seorang pria yang sedang duduk dikursi dengan laptop yang terbuka namun dengan layar yang tak hidup.

Eliza melangkah mendekat dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke wajah Abi.

"Mas abii?" panggilnya dengan nada lembutnya.

Abi belum bereaksi apapun ia masih dengan mata terpejam nya hingga Eliza sendiri tak tega jika harus membangunkan.

Mengusap lengannya yang masih berbalut kemeja yang kemarin ia pilihkan semakin membuat Eliza khawatir.

Eliza mengusap kening pria itu dan menyisir surainya dengan menggunakan tangannya dan itu berhasil membuat pria itu membuka matanya.

"El?" kata pertama yang ia dengar.

Eliza tersenyum "Iyaaa? bangun yuk? udah pagii"

Abi membenarkan posisi duduknya lalu ia mengambil pinggang Eliza untuk ia bawa lebih dekat dengan dirinya yang membuat Eliza menahan nafasnya.

"Kangen banget" ucapnya serak kemudian meletakkan wajahnya di ceruk leher Eliza.

Terpaan nafas abi terasa hangat, Eliza meletakkan tangannya di dada abi untuk menahan agar diri mereka tidak bersentuhan.

"Aku juga kangen kamu, maaf ya tiga hari ini kita nggak ada waktu berdua"

Abi memejamkan matanya "hm"

Hening, keduanya sama sama diam masih dengan posisi Eliza yang berdiri dengan tubuh sedikit condong.

"Mas aku capek kalo kayak gini" cicit Eliza.

"Hm?" tanpa aba aba ia mengambil pinggang Eliza meletakkan dipangkuan nya.

"Kalau kayak gini udah nggak capek lagi kan?"

"Iyaa tapi jantungku yang nggak aman"

Abi terkekeh geli ia menatap wajah Eliza lalu dibelainya lembut pipinya hingga sang empu memejamkan mata, Abi menatap bibir Eliza dirinya dengan susah payah meneguk air liurnya ketika melihat bibir istrinya yang membuatnya candu.

"Nanti sore Raden mengundang kita buat datang kesyukuran anaknya yang kedua" ucap abi dengan maksud untuk memulai percakapan.

"Loh kok udah punya dua anak aja?"

"Kenapa emangnya hm? kamu mau?" tanya abi dengan alis terangkat.

"Ya-ya kita kan baru aja menikah" gugup Eliza.

Jalan Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang