Happy Reading!!!!
***
Sudah sepuluh menit aku menunggu di depan gerbang kos khusus putra guna mengambil ponselku yang ketinggalan. Sialnya aku tidak membawa ponsel cadangan untuk menelepon orang yang menemukan ponselku. Hanya berbekal alamat yang aku dapat dari Chinta yang membantuku tadi.
Awalnya Chinta juga ikut, tapi cewek berambut gelombang itu mendadak ada urusan sehingga aku harus pergi sendiri menggunakan ojol karena takut tersesat. Perihal motor, aku meninggalkannya di asrama putri. Entahlah sepertinya hari ini memang hari kesialanku.
Dreeet
Aku menoleh ke arah suara gerbang yang terbuka. Menampilkan cowok gondrong dengan celana selutut. Aku berdiri menghampiri cowok itu.
"Kamu yang nemuin hape saya itu kan?" tanyaku to the point.
Cowok itu mengangguk, "Ini hapenya, saya nemuin di lapangan rektor. Untung hapemu gak kekunci, saya jadi bisa hubungin semua nomer yang ada di kontakmu," katanya sambil menyodorkan ponsel itu.
Aku tersenyum tipis, agak kesal sebenarnya karena orang di depanku ini menjadi penyebab diriku dimarahi oleh teman-temanku tadi. Ya bagaimana tidak? Cowok di depanku ini pasti menelepon semua nomer yang ada di kontakku.
"Kamu ke sini naik apa?" tanya cowok itu mungkin sadar bahwa tidak ada motor terparkir di dekat ku.
"Tadi pake ojol. Sekarang nunggu temen sih, mau nemenin emang?"
Cowok itu terkekeh pelan, "Saya temenin deh. Btw, nama kamu siapa?"
Aku kembali duduk jongkok. "Saya Yaya, kamu?"
"Ibrahim, panggil Baim aja," jawabnya sembari ikut berjongkok di sampingku. "Emang kamu gak mau masuk, Ya? Di teras."
"Gak deh, di sini aja."
Setelah itu kami sama-sama diam. Tidak ada yang berniat memulai percakapan lagi hingga suara deru motor terdengar mendekat.
"Itu temenmu?" tanya Baim membuatku mengangguk, lantas berdiri menyambut motor yang kini berhenti di hadapanku.
"Ya udah, saya masuk dulu kalo gitu. Kamu hati-hati ya, Ya. Semoga kita ketemu lagi, kalo bisa jadi jodoh sih," ucap Baim yang membuatku mendelik. Cowok itu hanya tertawa sembari masuk ke dalam kosan.
Aku beralih menoleh pada orang di depanku yang kini membuka helmnya. Menampilkan raut datar. Aku hanya bisa menyengir, sambil bertanya-tanya dalam hati sebenarnya apa salahku sampai ditatap demikian. Tidak biasanya anak ini seserius ini.
"Kenapa pergi sendiri sih? Gak minta saya aja yang anterin?" tanyanya dengan nada ketus. Aku akhirnya paham kenapa dia menampilkan raut wajah seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Kovalent Bond✔
Romance[Campus Life 1.2] Lalu, Jaya dan Yaya adalah trionya prodi kimia. Ketiganya selalu pergi bersama, di kampus maupun di tongkrongan. Kata orang-orang, ketiganya seperti ikatan kovalen, yang berkaitan karena saling membutuhkan. Terlihat pula bagai saha...