Ciaaah aku mengsalting liat Laluuuu😖
***
Hari minggu menyapa pagiku lagi setelah melalui banyak tugas kuliah yang hampir membuat gantung diri. Saking banyaknya, setiap hari aku harus bolak-balik kampus untuk kerja kelompok proyek. Sehingga hari ini cocok sekali untuk me time. Membiarkan diriku rebahan seharian dan menikmati hembusan angin pagi ini.
Aku menghela napas pelan. Masih ada waktu kurang lebih dua jam lagi sampai matahari naik. Sembari menunggu, aku perlu merilekskan otot-otot tubuhku akibat bergadang semalaman.
Aku menoleh ketika kudengar suara tapak kaki keluar dari dalam rumah. Juan terlihat kesusahan membawa tiga pancing biasa di kedua tangannya. Belum lagi satu jaring dan ember terapit di lengannya.
Aku enggan bertanya, karena jawabannya sudah pasti. Aku menggeleng pelan, mendekat ke arahnya membantu membawa perlengkapan memancingnya.
"Kamu pergi sama siapa, sih?" tanyaku sambil menaruh pancing itu ke dalam plastik yang menggantung di depan motor.
"Sama gengku, sih," jawabnya dengan nada sedikit sewot. Seolah mengatakan, 'gitu aja nanya!'
Aku berdehem pelan, menahan pergerakan Juan yang tengah menyalakan mesin motor. Dia mengernyit, menatapku dengan tatapan bertanya.
"Beliin jajan ya pulang-pulang nanti," kataku sembari menyengir lebar.
"Dih, mandi sana, hari libur malah gak mandi ewh!"
Aku mendecak, bisa-bisanya bocah ini mengataiku. Aku memilih untuk tidak peduli dan kembali ke kamar guna menjalani ritual mandi pagi yang menyegarkan.
Namun, baru saja akan memasuki pintu rumah, suara lonceng sepeda membuatku membalikkan tubuh.
Aku berdecak saat melihat siapa yang datang. Yap, Lalu!
Aku lumayan bosan melihat manusia tebar pesona ini, tetapi tak terpungkiri aku puas jika bersama dengannya. Ia selalu mentraktirku apa saja, baik yang aku inginkan maupun tidak.
"Ayo, kita ke Udayana!"
"Males ah, belum mandi," sahutku membuat Lalu turun dari sepedanya.
"Jangan mandi, kamu udah cantik kok, Ya. Ayo!"
Aku mendelik tak terima. Bagaimana konsepnya tidak mandi dengan cantik?
"Bau, Jan, mau mandi," rengekku sembari melepaskan diri dari cekalan tangannya.
"Oke deh, saya tunggu 15 menit!"
Aku mengangguk cepat, lantas melipir ke dalam rumah. Jika Lalu sudah berkata demikian, maka aku tidak bisa membantah. Karena Lalu ini punya jiwa serius yang menyeramkan. Sehingga aku kadang lebih suka bila ia bertingkah bodoh saja ketimbang mengeluarkan aura kepintarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Kovalent Bond✔
Romance[Campus Life 1.2] Lalu, Jaya dan Yaya adalah trionya prodi kimia. Ketiganya selalu pergi bersama, di kampus maupun di tongkrongan. Kata orang-orang, ketiganya seperti ikatan kovalen, yang berkaitan karena saling membutuhkan. Terlihat pula bagai saha...