³⁸T : Tomi dan Permainan Kartunya

39 4 12
                                    


Pagi~

This Tomi😃

This Tomi😃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Setelah mendapat interogasi kemarin dari kelimanya, akhirnya aku diizinkan untuk bertemu dengan Baim yang berniat memperkenalkan teman-temannya padaku. Salah satunya Tomi, yang memang sudah pernah bertemu. Namun, kini ada satu lagi, namanya Soleh.

Kini aku tengah perjalanan ke kampus. Entah mengapa aku terniat sekali untuk datang waktu siang. Mana sedang terik-teriknya. Sebenarnya tadi pagi ada kelas juga, tetapi aku izin untuk berhalangan hadir. Dan baru sekarang aku ke kampus.

Aku mulai memasuki kawasan kampus melalui gerbang belakang. Hanya perlu belok kanan dan mengikuti alur jalan hingga sampai di fakultas ku. Gedung putih sejauh mata memandang dengan lantai tiga mendominasi. Setelah memarkirkan motor, aku lekas beranjak menuju tempat pertemuanku dengan Baim dan teman-temannya. Tepatnya emperan auditorium.

Sesampainya di sana, aku disambut oleh Baim dan kedua temannya. Siapa lagi jika bukan Soleh dan Tomi. Aku bertos ria dengan Tomi, walau tidak akrab dengannya, tapi ia asik juga. Begitu juga dengan Soleh, ia sepertinya memang antusias sekali bertemu denganku.

"Ya Allah Yaya cantiknya, pantesan si Baim kepincut!"

Aku tertawa renyah mendengar penuturan Soleh. Kemudian beranjak duduk di samping cowok itu.

"Yang, kenapa harus di dekat Soleh?"

"Cemburu aja gak bikin kamu jadian," ujar Soleh seraya menoyor kepala Baim.

Aku tertawa lagi, tak habis pikir dengan keduanya. Sementara Tomi hanya menggeleng-geleng pelan. Sepertinya sudah biasa menghadapi kedua temannya itu.

Aku memperhatikan cowok tirus itu. Tangannya lihai mengocok kartu. Membuat aku ber-wah pelan.

"Mau main?" tanyanya menoleh ke arahku.

"Boleh," jawabku sambil mengangguk.

Tomi balas mengangguk, kemudian membagikan kartu remi itu pada kami. Aku mengambil bagianku, melihat kartuku yang tidak bagus. Rasa-rasanya aku akan kalah karena tidak memegang kartu As.

"Ya, ada orang nelepon!"

Aku mengangguk, menutup kartu di tanganku pada lantai pualam auditorium. Beralih meraih ponsel di samping tasku.

"Apa?"

"Di mana? Aku abis ambil laporan nih, males sendirian di kampus."

"Audit nih, kamu mau ke sini?"

"Sama siapa?"

"Ke sini aja aelah, nanti lihat sendiri!"

Suara di seberang terdengar berdecak, tapi aku tidak peduli. Memilih memutuskan sambungan karena ingin melanjutkan permainan kartuku yang tertunda.

Not Kovalent Bond✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang