²K : Kok Salting?

157 23 23
                                    

Ehehehe Jan Lupa Voment😒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ehehehe Jan Lupa Voment😒




***







Kini aku sudah duduk di ¹berugak depan rumah Yura. Tentunya bersama dengan empat orang lainnya, termasuk Yura. Ada dua orang lagi, Aghin dan Jaya yang berdiri tak jauh dari kami. Aghin sih memang datang untuk menemani sang pacar, tapi kalau Jaya ya entah apa alasannya.

Aku dan teman-temanku sengaja berkumpul karena mumpung tidak ada kelas. Sesekali butuh quality time juga secara nyata, bukan hanya lewat video call seperti biasanya. Sekarang aku sedang memakan rujak sendirian. Yang lain sudah menyerah dari tadi. Hanya aku yang masih bertahan.

Aku memang suka pedas. Namun, kalau urusan mie pedas seperti ramen atau sejenisnya, aku akan mengalah. Aku itu tipe manusia yang tidak suka mengunyah mie, karena beberapa kali tersedak bila memakannya. Jadi, aku memakan mie saat sedang ingin atau memang mendesak.

Aku menoleh ke arah Dayu yang menampilkan ekspresi tak percayanya. Begitupula dengan pemilik rumah, tapi dengan kurang ajarnya si Yura kembali mengiris mangga ke nampan yang bergelimang sambal rujak. Padahal ia tau, aku sudah ber-huha kepedasan karena memghabiskan satu nampan rujak.

Chinta dan Lia juga hanya memperhatikanku yang mukbang rujak, bahkan Lia usil merekamku yang mungkin sekarang terlihat jelek dengan wajah yang sudah memerah. Sebelum akhirnya Jaya yang turun tangan menegurku.

"Udah, Ya, sakit perut ntar." Aku cemberut karena nampan itu diambil alih oleh Jaya. Yang lain mah mengompori membuat Jaya menghela napas pelan.

"Sini cuci tangan," katanya sambil meraih tanganku, lantas membawaku ke arah keran di samping berugak.

Yang duduk di berugak memang rada sinting, mereka cuit-cuitan menggoda kami. Walau cuma bercandaan, tapi berhasil membuatku salah tingkah. Berusaha sebisa mungkin aku menutupinya, fokus melihat tanganku dicucikan oleh Jaya. Mirip seperti anak kecil yang tidak bisa mencuci tangannya sendiri bila tidak dituntun.

Aku mengulum bibir ke dalam, mati-matian untuk tidak tersenyum saat itu juga. Padahal jantungku sudah berdetak tak karuan.

Aku kembali ke posisi awal tadi selesai mencuci tangan. Aku meneguk dengan rakus air botol ukuran besar itu, baru terasa pedasnya. Aku tidak peduli dengan dua cowok itu, aku rasa tidak perlu menjaga image di saat lidahku terasa terbakar.

"Astagfirullah berapa kamu pakein cabe?" tanyaku pada Lia yang tadi bertugas membuat sambal.

"Gak banyak lah, cuma 15 mungkin," jawabnya enteng.

"Anying gak banyak dari mana kalo 15!" Aku ber-huha lagi, menggeleng tidak percaya. Gila saja! Itu mau buat sambal rujak atau sambal geprek?!

"Ho'oh, pantesan tadi kita cepet nyerah. Tau bae cabenya ternyata 15," timpal Yura yang dibalas cengiran oleh Lia.

Not Kovalent Bond✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang