²⁰A : Alergi

41 7 0
                                    

Hadiah dari akyu, ikhlas lahir batin kok☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hadiah dari akyu, ikhlas lahir batin kok☺

***

Aku diantar Lalu sampai teras depan rumah. Sebenarnya tadi ia mengajakku untuk menginap di rumahnya, dengan alasan ibu Lalu tak sabar bertemu denganku. Katanya sekalian ingin memperlihatkan kepadaku ketiga kucing yang ibu Lalu beli.

Tentu saja aku menolak. Walau memang kebanyakan temanku cowok, tapi aku masih tau batasan. Apalagi ayahku yang didikannya keras, tidak mungkin aku seberani itu untuk izin menginap di rumah cowok. Bisa kena tebas kepalaku, heh!

Namun, yang namanya Lalu Jandi Anugerah ini ya cukup keras kepala. Katanya jika aku yang tidak bisa menginap, maka ia yang akan menginap. See? Dia terlalu keras kepala.

Padahal aku sudah mengatakannya berkali-kali saat di atas motor tadi, tapi ia bersikeras akan menginap dan tidur di kamar Juan. Sebab itulah sekarang ia berhadapan dengan ayah di teras depan rumah. Dan aku kebagian menjadi penonton bersama Juan melalui jendela samping pintu. Alias mengintip.

"Kayaknya bang Al suka sama Kakak deh," celetuk Juan yang membungkuk di sampingku.

Aku berdecak kecil, mana mungkin. Lalu itu punya tipe cewek yang luar biasa. Ia suka cewek lembut, rambut panjang, langsing, dan paling penting sederajat dengannya. Maksudnya, merupakan keturunan ningrat Lombok bergelar 'baiq'. Kalau aku mana memenuhi kriteria yang kala itu Lalu sebutkan.

"Kalo gak, kenapa dia mau nginep di sini? Kalian pasti ada apa-apa 'kan?"

Aku melempar tatapan datar ke arah Juan. Anak ini niatnya apa sih? Ingin aku overthinking dengan segala kegundahan hati?

Ck, aku tidak ingin menangisi laki-laki hanya karena cinta. Tidak dulu deh. Aku tidak mau berakhir seperti Dian yang kemarin patah hati sampai tidak makan. Galau brutal pula. Duh, bukan aku banget.

"Bang Al bangun tuh, Kak!"

Refleks aku menoleh ke luar jendela lagi. Benar saja, Lalu bangkit dari duduknya. Lantas menyalami tangan ayah yang masih duduk dengan takzim.

Aku dan Juan segera keluar setelah Lalu pergi, menghampiri ayah. Begitu kami duduk di depannya, beliau terkekeh pelan. Membuat aku dan Juan saling pandang.

"Kamu suka anak itu, Ya?" Kekehan ayah membuat kumisnya bergetar-getar, setelah mengucapkan pertanyaannya.

Juan mendorong bahuku, menyuruh agar aku menjawabnya dengan cepat. Sontak aku mengggeleng, jujur. Namun, karena raut ayah yang tidak biasa membuatku bertanya-tanya. Seolah ayah telah memenangkan lotre, membuat bibirnya sedari tadi tertarik membentuk senyuman.

"Besok kamu ikut dia." Ayah berdiri. Tak membiarkan kami melayangkan pertanyaan. Berlalu pergi dari hadapan kami.

Juan menatapku, meminta jawaban. Tentu saja aku mendelik, memangnya aku tau jawabannya, heh?!

Not Kovalent Bond✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang