Kuy ke Lombok☺
***
Hari berikutnya, Jaya mempertemukanku dengan Lalu. Kami seperti biasa duduk di rerumputan taman samping gedung C. Tiga puluh menit berlalu, kami hanya sibuk pada ponsel masing-masing. Aku masih enggan untuk membuka suara. Padahal ponselku sedang tidak ada apapun. Hanya men-scroll layar tanpa minat.
Oknum yang mengumpulkan kami sedari tadi hanya berdecak. Entah apa yang membuatnya kesal, melihat ia terus memandangi benda pipih itu.
Aku mencolek lengan Jaya, membuat cowok itu akhirnya menoleh. "Bentar ya, saya masih pesen basreng."
Aku dan Lalu jadi saling tatap mendengar ucapan Jaya. Namun, kemudian saling membuang muka. Membuat aku kini hanya menunduk menatap rumput kering yang aku duduki.
"Nah, udah!" Jaya berseru, melempar ponsel itu dengan santai ke atas rumput. Lengkap dengan senyum manis kebanggaannya.
"Oke, kalian udah baikan?"
Aku melayangkan tatapan datar. Padahal kami dari tadi sedang menunggunya selesai dengan ponselnya. Kini ia dengan gamblang bertanya 'sudah baikan'?
"Oke-oke, jangan natap saya kek mau makan orang, Ya. Lebih serem dari titan," katanya membuat aku melengos. Jika meladeninya, maka tiada habisnya.
"Sekarang saya mau tanya nih, kalian saling sayang gak sih?" Jaya mulai serius. Ia menatap kami bergantian.
Aku melirik Lalu yang mengangguk pelan, membuat aku menegakkan tubuhku. Terkejut dengan jawaban singkatnya.
"Kamu gimana, Ya?" Keduanya kini beralih menatapku.
Aku mengulum bibir ke dalam, mati-matian balas menatap mereka berdua. Baru akan menjawab, Jaya lebih dulu menjentikkan jarinya.
"Dari matamu udah kelihatan kalo kamu sayang sama Al, tapi saya gak lihat ada sorot cinta di sana." Aku melirik Lalu saat Jaya mengatakan hal itu. Aku masih takut jika Lalu kembali tersinggung.
"Gak apa-apa, terima kasih udah jujur." Lalu angkat suara, tersenyum sambil menatapku.
"Jadi gimana?" tanya Jaya mengambil alih atensi kami berdua.
"Yaudin, baikanlah!" sahutku, kesal juga melihat Jaya mendadak bijak begini.
Jaya meraih tanganku membuat aku bingung, tapi sedetik kemudian mengerti saat ia juga meraih tangan Lalu. Ia menyatukan tangan kami, bersalaman layaknya anak SD yang berdamai usai bertengkar.
"Gini dong, kita kan ikatan kovalen," ucapnya membuat aku tersenyum miris.
Jujur saja, masih ada perasaan bersalah dalam hatiku. Apalagi melihat Lalu yang masih menatapku dengan lekat begini. Aku takut pertahananku runtuh hanya karena itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Kovalent Bond✔
Romance[Campus Life 1.2] Lalu, Jaya dan Yaya adalah trionya prodi kimia. Ketiganya selalu pergi bersama, di kampus maupun di tongkrongan. Kata orang-orang, ketiganya seperti ikatan kovalen, yang berkaitan karena saling membutuhkan. Terlihat pula bagai saha...