Happy reading cuy!
***
Usai melaksanakan presentasi tadi, aku dan kelompokku berkumpul di kursi penghubung antara gedung B dan C. Beberapa kali aku menghela napas pelan, sesekali memijit pangkal hidung. Merasa sedikit frustasi karena kritikan dosen pada tugas yang kami buat.
Dian duduk di sampingku, gadis itu entah mengapa bisa sibuk dengan ponsel setelah melewati banyak ocehan sang dosen. Bahkan sambil senyum-senyum. Tidak hanya Dian, Lalu dan Jaya pun sama. Ketiganya sibuk pada layar ponsel masing-masing. Seolah itu memang dapat menghibur mereka.
Aku berdecak pelan, tapi sukses membuat ketiga manusia itu menoleh ke arahku. "Kita harus perbaiki lagi ini. Saya capek, ada yang mau suka rela nambahin?"
"Aku bisa, Ya. Tapi untuk malam ini gak bisa," jawab Dian membuatku mengangguk.
"Bisanya kapan? Kalo bisa sih hari minggu ini udah kelar. Nanti aku tinggal edit sama koreksinya."
"Jumat aku bisa kerjain. Lagian udah gak ada masalah lagi kayak kemarin." Aku mengangguk lagi, kini beralih menatap ke arah dua laki-laki yang masih diam.
"Kalian nanti ikut koreksi atau nambahin ya, kirim aja ke grup. Intinya jangan kirim pas H-1, saya gak terima." Aku mengatakannya dengan penuh penekanan, karena jika tidak begini, dua orang itu akan lepas beban.
"Ya udah, saya duluan!" Aku beranjak lebih dulu dari kursi, lantas menuruni tangga hingga sampai di depan papan bertuliskan 'Gedung C'. Aku ingat ada janji dengan Alfian, katanya ingin belajar bersama tentang matakuliah Biokimia 1.
Baru ingin melangkah kembali, seseorang merangkulku dari belakang. Aku menoleh, mendapati Jaya yang menyengir.
"Ke kantin kan? Sama kitalah," ucap Jaya sembari menyingkirkan tangannya dari pundakku.
Awalnya aku kaget, tapi bersyukur karena ia segera menyingkirkan tangannya. Sebelum aku menyemburnya dengan omelan.
"Beli kopi kan, Ya?" Lalu mengambil alih atensiku. Membuat aku mengangguk dan mengekori Lalu di depan. Tentu Dian dan Jaya pun ikut menyusul.
***
Usai kejadian tadi siang, aku tidak bisa berpikir jernih. Masih kepikiran dengan tingkah Jaya yang semakin tidak dapat aku mengerti. Aku mendongak ke arah meja belajar. Di sana terdapat tumpukan buku yang belum aku rapikan. Bahkan di atas kasur pun masih berserakan. Aku menghela napas, merasa jengah dengan keadaan kamar yang berantakan, aku memilih keluar. Namun, belum sempat aku membuka pintu kamar dengan lebar, aku dikagetkan dengan keberadaan Juan di balik pintu.
Refleks aku memukul pundak Juan membuatnya mengaduh pelan, lantas berbalik menatapku yang kubalas dengan menampilkan deretan gigi pitih. Berharap ia maklum bahwa refleks ku cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Kovalent Bond✔
Romance[Campus Life 1.2] Lalu, Jaya dan Yaya adalah trionya prodi kimia. Ketiganya selalu pergi bersama, di kampus maupun di tongkrongan. Kata orang-orang, ketiganya seperti ikatan kovalen, yang berkaitan karena saling membutuhkan. Terlihat pula bagai saha...