EXTRA PART CHAPTER II

513 13 3
                                    

Halloww readers
*
*
Vote and komen kalian. Wajib.
*
*
Follow nurkadriana
*
*
**Happy reading**















Sunyi dan kosong adalah gambaran yang menghiasi kamar seorang pria yang berpenampilan kusut seperti tak terurus.

Pria itu bagaikan orang yang tak waras menjambak rambutnya hingga beberapa helai tercabut, sesekali ia tertawa keras lalu menangis lalu tertawa dan seterusnya seperti itu.

Botol-botol minuman keras berceceran kemana-mana, kasur yang tak lagi berbentuk rapi, pisau ketter yang tertancap sempurna di bantal guling nya,jangan lupakan bahwa kedua tangan pria itu telah penuh dengan lumuran darah, mungkin darahnya sendiri atau ia telah membunuh seseorang?, Siapa lagi kalau bukan Devano aldebaron. sosok pria yang sangat terobsesi akan Anya jatuh cinta kepada Anya saat ia menolongnya di koridor sekolah, seperti para remaja sekarang Devano jatuh hati pada pandangan pertama kepada Anya.

"Lo keterlaluan Rara, gw udah peringatan Lo untuk tidak menyakiti Anya dan membawanya kehadapanku dengan selamat tanpa ada sedikitpun luka,tapi apa yang gw lihat sekarang mayat Anya yang kaku"desisi Devano sambil menatap tajam foto Rara yang tertempel di dinding kamarnya yang bertuliskan TARGET.

"Setelah Lo sakitin orang yang gw cinta, Lo pikir bisa pergi begitu saja dengan bebas? Jangan harap."tekan Devano sembari bangkit dari tempatnya dan menelepon seseorang.

"Panggil aparat kepolisian palsu lalu kepung rumah jalang itu jangan biarkan ia keluar selengkah saja dari rumahnya 5 menit saya akan menyusul ke sana" ujar Devano berbicara dengan bawahannya di sebrang telepon

" Baik" balas bawahannya kemudian telepon di putuskan sepihak oleh Devano.

" Tunggu aja Rara, seperti yang Lo lakuin ke gadis gw maka Lo juga akan dapat pelajaran yang sama"ujar Devano sembari membuka pakaiannya kemudian memasuki kamar mandi berniat membersihkan diri.

***

"Akhirnya Lo tewas juga haha, gw puas sekarang, jadi Gibran akan jadi milik gw seutuhnya tanpa ada seorang pun yang menghalangi rencana gw,"girang Rara sembari meminum jus jeruk yang disediakan oleh Irt mansionnya.

Bersantai makan dan minum adalah kehidupan yang di idam-idamkan Rara tanpa takut akan hal yang akan terjadi nanti kepadanya.

Setelah Anya dinyatakan telah tiada, tak lupa dunia televisi pun tak luput mengedarkan kematian Anya putri dari sang CEO yang perusahannya berada di atas puncak tertinggi, Rara tanpa rasa bersalah kembali ke Indonesia tanpa memakai apapun diwajahnya tanpa takut ada orang yang mengenalinya, karena apa?

Karena wajah Rara terpampang jelas dilayar dan dijelaskan bahwa gadis itulah yang telah membunuh srianya princes grande.

"Haha hahaha"tawa Rara yang menggema menghiasi mansion yang telah dibelikan oleh Devano sendiri dengan iming-iming akan menjaga Anya agar tetap aman, tapi gadis ini malah melukai sang pujaan hati Devano.

Drtt..dret..

Suara ponsel yang berdering seketika membuat Rara menghentikan tawanya dan melihat siapa yang menelepon nya malam-malam begini.

"Papa?"ujar Rara tak percaya papanya meneleponnya, bukankah papanya telah mengusirnya dan tak menganggap dirinya anaknya lagi lalu kenapa sekarang?

"Halo pah, kenapa? Apa kau menyesal mengusirku dan memintaku untuk kembali?"ujar Rara dengan percaya diri.

"Tutup mulutmu sialan, kau sudah sangat mempermalukan harga diriku dan kau berharap aku akan menyuruhku kembali kerumahku?, hanya di mimpimu"tekan papa di sebrang sana.

"C Mon pah apalagi yang kuperbuat hingga kau memanggilku sialan"tanya Rara tak lupa kini matanya telah berkaca-kaca.

"Lebih baik kau bersiap sekarang dan pergi meninggalkan kota ini karena wajahmu sudah tersebar luas, bukan aku perduli, tapi aku kasihan kepadamu, dasar anak yang malang."hina papa nya tanpa tau kini Rara yang menutup mulutnya terisak pilu.

Baru kali ini, baru ia merasakan dihina oleh papanya sebegitu menyakitkan di rongga dadanya, sungguh ini lebih menyakitkan dari pada melihat mamanya yang merenggang nyawa dihadapannya.

Rara mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan memukul dadanya beberapa kali berniat menghentikan tangisan dan sesak yang tak kunjung reda.

"Gak pah, Rara nggak akan pernah pergi dari kota ini, lagi pula polisi tak akan menemukan keberadaan ku, terima kasih atas belas kasihmu kepada ku"tekan Rara lalu memutuskan sambungan telepon mereka sepihak.

"KENAPAAA,, KENAPAA?? DUNIA SELALU JAHAT SAMA GW, GW SALAH APA HAH? GW JUGA PENGEN DAPET KASIH SAYANG SAMA SEPERTI ANAK-ANAK DI LUARAN SANA, APA ITU SUSAH UNTUK GW, GW JUGA PENGEN BAHAGIA TUHAN" teriak Rara sambil menjambak rambutnya kesetanan.

"AAAAKKHHHH GW BENCI HIDUP GW, GW BENCI BANGSAAAATTT""meraung-raung menangis dan melemparkan semua barang-barangnya






















VOTE AND COMENT KALIAN, WAJIB

SEE YOU DI NEXT EXTRA PART CHAPTER SELANJUTNYA.

BABAYY

SALAM DARI AUTHOR TITIK TERAKHIR.

TITIK TERAKHIR ! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang