Delapan: The talk

768 101 10
                                    


"Ada apa?" tanya Junghwan datar, tangan bersedekap di depan dada seolah-olah tidak tertarik, meskipun tubuhnya mati-matian berusaha supaya tidak kelihatan gugup.

Haruto tersenyum sebelum bertanya, "Kamu gimana kabarnya?"

Mendengar nada Haruto yang sepertinya memang khawatir, Junghwan menurunkan tangan dan membiarkannya jatuh kebawah, "baik, biasa aja."

"Kamu keliatan capek... kamu nggak lupa makan sama tidur teratur, kan?"

"Aku baru pulang kerja, langsung kerumah sakit, aku kira abang aku kenapa-napa, so yeah... Aku emang capek hari ini."

Haruto menatap Junghwan sambil menahan senyum yang membuat Junghwan entah bagaiaman akhirnya ikut tersenyum, tapi senyuman Junghwan sirna setelah mendengar pertanyaan Haruto selanjutnya.

"Kamu juga kelihatan kayak lagi ngehindar dari aku."

Hening beberapa detik yang menyelimuti mereka membuat Junghwan jengah, dia kembali menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap Haruto tajam yang ternyata masih setia menunggu jawabannya.

Apa dia perlu menanyakan hal itu? Jelas-jelas Haruto tahu kenapa dia menghindarinya,  seharusnya dia cukup sadar diri untuk tidak menunjukan batang hidung dihadapannya, kan?

"Haruto," Junghwan mengatur pikiran dan emosinya untuk membentuk satu kalimat jelas dan singkat untuk menghantam telak Haruto agar tidak mengganggunya lagi.

"Ya?" balas Haruto sambil mengambil langkah maju sebelum kemudian berhenti tepat di hadapan Junghwan.

"Aku nggak ngehindar dari kamu, aku emang nggak punya urusan apa-apa sama kamu."

Haruto terlihat menggerakkan rahang bawahnya dan berusaha untuk tidak marah.

Dan kenapa pula dia marah? Harusnya aku yang marah disini, batin Junghwan.

"Oke, tapi aku punya urusan sama kamu."

"Dan aku punya kebebasan untuk tidak menanggapi 'urusan' kamu itu."

"Kamu..." Haruto menghembuskan napas kasar, kelihatan tersinggung dengan jawaban Junghwan, "Junghwan, kamu kenapa sih? Kamu masih marah sama aku?"

Junghwan harus menyipitkan mata untuk menatap Haruto, are you kidding me!!!! "Ya kamu pikir sendiri lah. Harusnya kamu malu tanya gitu ke aku."

Kata-kata Junghwan barusan membuat Haruto tersentak, dadanya sesak dan kepanikan mulai menyelimutinya. Junghwan masih marah. Dengan panik Haruto berkata tanpa berpikir, "Maka dari itu, aku mau kita ketemu dan meluruskan segalanya. Aku tahu aku salah dan aku mau menebus semua kesalahan aku sama kamu."

"Satu-satunya cara kamu bisa menebus semua kesalahan kamu adalah dengan menghilang dari hidup aku dan jangan kembali lagi."

"Junghwan, tunggu... tunggu." Haruto menarik lengan Junghwan yang hendak berbalik pergi. "Fine. Kamu nggak mau ngomong sama kau, fine. Kamu mau aku pergi dari kehidupan kamu lagi, itu juga nggak papa, kalau memang itu yang kamu mau. Tapi aku cuma mau tahu satu hal... apa yang udah kamu lakukan dengan bayi kita? Did you keep the baby or not?"

Shit, shit, shit!  Junghwan tahu cepat atau lambat Haruto pasti akan menanyakan hal ini, tapi dia bahkan belum memikirkan jawaban tepat yang akan dia berikan. Tidak mungkin dia memberi tahu Haruto bahwa dia menggugurkan Elan, itu sama saja mengakui Elan tidak pernah lahir di dunia ini. Tapi Junghwan juga tidak mau memberi tahu bahwa bayi itu lahir dan tumbuh dengan sehat.

"Did you keep the baby, babe?  Is it a boy? A girl? Siapa namanya?" cecar Haruto melihat keraguan Junghwan menjawab pertanyaannya.

Junghwan berusaha mengusir kupu-kupu yang mulai berterbangan di dalam perutnya mendengar Haruto memanggilnya babe setelah sekian lama dan kembali fokus pada percakapan mereka. "Enggak..." ucap Junghwan menggantung tanpa menatap Haruto, dia harap Haruto menangkap sinyal darinya bahwa dia mau berhenti membicarakan hal ini.

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang