Sembilan: Klien baru

810 98 13
                                    

"Nama saya Elan So. Umur saya enam tahun lebih 10 bulan, saya anak pertama dari Papa So Junghwan dan..." Elan berhenti, keningnya berkerut memandangi kertas di tangannya, "Pa, ayah aku siapa namanya?"

Tangan Junghwan yang sedang memanuver mobil terhenti seketika mendengar pertanyaan Elan. Pagi ini Junghwan sedang menyetir sambil mendengarkan teks yang akan Elan gunakan untuk tugas aku dan keluargaku dari sekolahnya. Kebetulan hari ini jadwal Junghwan sedikit sengang, jadi dia bisa mengantar Elan berangkat. Biasanya Elan akan diantar oleh sopir dan eyang putrinya.

"Papa, dengerin nggak? tadi aku tanya nama Ayah, mau aku masukin ke dalam tugas juga." lanjut Elan menyalah artikan diamnya Junghwan.

"Kalau masukin nama papa, eyang kakung sama eyang putri aja, gimana?"

Junghwan memang jarang membicarakan tentang siapa Ayah Elan. Setiap Elan bertanya, dia sebisa mungkin akan mengalihkan pembicaraan ke arah lain. Untungnya Elan cukup mudah dialihkan, tapi akhir-akhir ini frekuensi bertanya Elan menjadi lebih sering, dan pertanyaannya juga bisa muncul kapan saja. Tidak jarang hal itu membuat Junghwan mati kutu.

"Nggak bagus dong nanti."

"Bagus kok."

"Tapi temen-temen yang lain nggak pakai nama eyangnya, pa. cuma orang tua aja, kadang sama kakak atau adik juga kalau punya." ucap Elan.

Dengan sedikit gelagapan, Junghwan mencoba menjelaskan selogis mungkin, "malah lebih bagus lagi, nanti punya kamu jadi beda sendiri."

"Emang beda itu baik, Pa?"

Junghwan mengangguk dengan rasa sedikit bersalah karena sebetulnya dia hanya mencari-cari alasan agar dia tidak perlu menyebutkan nama Haruto. Untung Junghwan tidak perlu mencari alasan-alasan lain untuk menghindar lagi, karena tidak berapa lama, bangunan sekolah Elan sudah terlihat.

"Nanti dijemput eyang putri, ya. Jangan nakal, dengerin kata bunda di sekolah, oke?" ucap Junghwan ketika mobilnya berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

Elan mengangguk sebelum bertanya, "Pulang sekolah, aku main ke kantor papa sama eyang kakung ya, pa?"

"Boleh, nanti papa bilang ke eyang putri."

Elan hanya menjawab oke sebelum mencium pipi Junghwan dan turun dari mobil setelah disambut oleh salah satu guru di sekolah.























Junghwan kembali menumpukan perhatiannya ke jalan raya, sekarang menuju  kantornya. Tak perlu waktu lama, karena jarak sekolah Elan dan kantornya memang tidak terlalu jauh,  sekarang Junghwan sudah memasuki area lobi.

"Pagi, Pak." sapa salah satu petugas valet parking kantor langsung sigap mengambil alih posisi di balik setir setelah Junghwan turun.

"Pagi, Lee." balas Junghwan dan melangkah masuk bangunan kantor.

Junghwan duduk di mejanya dan tak lama kemudian Jeongwoo, sekertaris Papanya melangkah masuk sambil membawa buku agenda. Yep, Junghwan memang bekerja langsung di bawah sang papa, tapi meskipun begitu dia tidak di spesialkan sama sekali, apapun yang dia capai dalam karirnya adalah usaha yang sama yang dilakukan dengan karyawan lain.

"Pagi," sapa Jeongwoo sambil mengangguk pada Junghwan dan Doyoung yang kebetulan juga sudah datang, keduanya membalas dengan anggukan dan senyuman. "Junghwan, Bapak Minho mau bertemu untuk membicarakan klien baru kamu."

"Wahhh, bau-bau tumpukan kerjaan baru nih." komentar Doyoung setelah mendengar ucapan sekertaris pimpinan mereka itu.

Jeongwoo hanya tersenyum sementara Junghwan menghela napas panjang, dia sudah cukup terbiasa dengan kedatangan klien baru yang tiba-tiba, sehingga dia hanya perlu mengangguk tanpa terlalu banyak bertanya dan segera mengikuti Jeongwoo ke kantor So Minho, Papanya.

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang