Tujuh belas: Menjemput Elan

694 102 12
                                    



Hari ini Haruto membawa Tomo, sopir mama untuk mengantarnya menjemput Elan pulang sekolah. Dia duduk di kursi penumpang sambil sedikit terkesima melihat banyaknya mobil yang antre, rata-rata mobil itu berisi ibu-ibu dan sopirnya. Ini adalah pertama kalinya dia menjemput Elan dan tidak menyangka bahwa proses penjemputan anak pulang sekolah akan se heboh ini.

"Anaknya kayak apa, mas?" celetuk Tomo tiba-tiba di balik kemudinya.

"Ganteng, mirip saya waktu masih SD." jawab Haruto.

"Emang mas dulu ganteng?"

Haruto mengerutkan dahi ketika melihat mata Tomo berbinar-binar meledeknya. "Gantenglah... Saya dari lahir juga udah ganteng."

Tomo tertawa ringan mendengar nada sebal Haruto, "Lah nggak tau saya, kan waktu mas SD, saya belum kerja sama Ibu."

Haruto hanya membalas dengan dengusan dan kembali memfokuskan perhatiannya pada gerbang sekolah. Dia hanya harus menunggu beberapa menit sebelum memastikan Elan keluar dari gerbang dan sampai padanya dengan selamat. Betul saja, tak lama Haruto segera membuka pintu mobil dan meneriakkan nama Elan. Elan langsung tersenyum lebar dan berlari secepat kilat menuju mobil. Haruto berjongkok untuk memeluk dan mencium anak laki-lakinya sebelum menaikkannya ke kursi belakang, memastikan sabuk pengaman terpasang dengan benar, barulah dia meminta Mir untuk membawa mereka ke rumah orang tuanya.

"Om Haruto, kata papa hari ini setelah pulang sekolah kita bakalan ngebisin waktu bareng sampai papa pulang kantor nanti." adu Elan antusias.

Haruto segera mengalihkan tatapannya dari layar ponsel, setelah memastikan pesannya pada Junghwan untuk memberitahukan bahwa Elan sudah di tangan terkirim, lalu sedikit memutar tubuh untuk menatap Elan sebelum menjawab, "Iya, kamu excited nggak bakalan main lama sama Om?"

"Om Haruto..."

"Iya, Elan?" Haruto menatap was-was anaknya yang tadi kelihatan antusias tapi setelah mendengar jawabannya justru terlihat bingung.

"Eksatid tuh apa, om?"

"Eksatid?" tanya Haruto ikut bingung.

"Yang barusan om bilang itu loh," ucap Elan sedikit tidak sabar.

Haruto memutar otak mencoba mengingat kata-kata yang tadi dia ucapkan, "Maksud kamu excited"  tanya Haruto kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Kok Om ngetawain gitu sih?" Elan bersedekap, kelihatan betul-betul tersinggung karena sudah ditertawakan, "Kata papa, kalau nggak tau harus tanya. Dan kalau ada yang tanya karena nggak tau, harus di kasih tau, bukan diledek."

Haruto buru-buru berhenti tertawa dan berkata, "Maaf, Papa kamu benar. Tadi Om ketawa soalnya gemes sama kamu." jelas Haruto sebelum melanjutkan, "Om bilang excited, excited itu artinya semacam hmmm... seneng atau gembira."

Haruto mendengar Elan menggumamkan 'Oooh' dan hal itu membuatnya tertawa lagi. Oh my god... anaknya lucu sekali, ingin rasanya dia menguyel-uyel pipinya yang membulat. Dia nggak sabar untuk memamerkan anaknya ini pada Hinata, Mami dan papi. Dia yakin mereka akan langsung gemas dan jatuh cinta pada Elan.

Dia tahu dari Hinata bahwa mami sudah menunggu dengan tidak sabar di rumah, dan beberapa kali minta kakaknya itu untuk menelpon untuk menanyakan posisinya. Sedangkan Papi ada praktek pagi, tapi akan berusaha supaya bisa pulang secepat mungkin.

Sebagai persiapan menyambut cucu pertama mereka, mami sudah menstock rumah dengan macam-macam snack yang bisa membuat orang satu kampung hyper karena overdosis gula. Mulai dari kue, biskuit, permen, puding, es krim, susu, coklat, pokoknya apapun itu jajanan yang mungkin diinginkan oleh anak-anak seusia Elan. Haruto harus mengingatkan Mami bahwa mereka adalah dokter dan seharusnya tahu kadar konsumsi gula anak-anak. 

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang