Delapan belas: Orang Tua Haruto

724 90 4
                                    



Gugup adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Junghwan saat ini. Untuk menghadapi keputusan impulsifnya di kolam renang minggu lalu, sekarang Junghwan harus merelakan Elan menghabiskan waktu seharian di rumah orang tua Haruto. Terhitung sudah sekitar 15 menit mobil Junghwan terparkir beberapa meter dari gerbang rumah Haruto, karena memang sebetulnya sudah waktunya dia menjemput Elan. Tapi semakin dia memajukan roda mobilnya semakin gugup dirinya. Matanya berkali-kali melirik kesegala arah, memastikan tidak ada orang (lebih tepatnya Haruto) yang tiba-tiba nongol memergokinya dalam keadaan gugup begini.

Oh God..., Junghwan harap Elan tidak terlalu betah di rumah orang tua Haruto, jadi dia tidak perlu berlama-lama di sana nanti. Jesus,  dia tidak percaya bahwa dia sungguh bermurah hati memperbolehkan Haruto membawa Elan setelah pulang sekolah, dan lebih parahnya lagi, dia bahkan mempersilahkan Haruto untuk memperkenalkan Elan pada orangtua Haruto. Orangtua yang bahkan belum pernah dia temui dulu. Bagaimana kalau ternyata mereka tipe orangtua yang galak dan suka memukul kalau anak-anak bandel. Mengingat Elan suka tiba-tiba kumat bandelnya, Junghwan berharap bokong Elan tidak akan merah-merah nantinya.

Entah kenapa prospek bertemu dengan orangtua Haruto membuatnya panas dingin. Seluruh ketakutan ini hampir membuatnya menelpon Haruto untuk mengganti lokasi penjemputan Elan.

Get a grip young man! Junghwan mengomeli diri sendiri. Dia tidak boleh menghindar terus. Cepat atau lambat dia akan menghadapi mereka juga.

Tepat pukul 17.00, Junghwan memantapkan diri dan mulai menjalankan mobilnya kembali. Dia harus menjemput Elan sekarang juga.

Perlahan-lahan Junghwan turun dari mobil dan melangkah pelan menuju pintu depan. Rumah orang tua Haruto kelihatan biasa-biasa saja, seperti layaknya rumah berlantai dua dengan halaman luas era 90 an. Berbeda dengan rumah orangtuanya yang serba modern dan eksklusif, terkesan kokok dan dingin. Rumah orang tua Haruto memiliki kesan hangat dan mengundang.

Junghwan baru saja akan menekan bel ketika pintu rumah tiba-tiba terbuka dan menampilkan seorang laki-laki mirip Haruto hanya saja versi tuanya.

"Kamu pasti Junghwan, papanya Elan," ucap laki-laki itu dengan suara berat. Fix, Junghwan yakin dia adalah papinya Haruto.

"Betul, om." Jawab Junghwan sedikit terintimidasi. Telapak tangannya sudah basah dan jantungnya berdegup kencang. padahal dia tidak melakukan kegiatan berat apapun.

Tanpa menawarkan tangan untuk disalami, Papi haruto melangkah kesamping seakan-akan menyuruhnya masuk. Tapi karena tidak dipersilahkan Junghwan hanya bisa berdiri diam, tidak tahu harus melakukan apa.

"Ya, jangan berdiri di situ terus. Ayo masuk, Haruto sama Elan ada di dalam." ucapnya tidak sabar.

Buru-buru Junghwan melangkah masuk, dan setelah mengikuti papi Haruto beberapa langkah, dia menemukan Elan dengan wajah segar habis mandi, sedang duduk di pangkuan Haruto sambil main robot Bumblebee. Mereka terlalu fokus main robot sehingga tidak sadar dengan kedatangannya.

Rencana Junghwan yang hanya mau menjemput anaknya dan langsung pergi setelahnya gagal total ketika Elan berkata ingin main robot dulu dengan Om Haruto. Parahnya, anaknya ini bahkan tidak menghiraukannya dan memilih terus menempel pada Haruto.

"Sini, duduk dulu. Nggak buru-buru kan?" ucap papi Haruto sambil menunjuk pada sofa dimana seorang wanita setengah baya, yang Junghwan tebak adalah mami Haruto, sudah terlebih dulu duduk di sana.

"Iya, om." jawab Junghwan pasrah.

Alhasil, ia tidak punya pilihan selain duduk bersama orang tua Haruto yang sudah siap menginterogasinya. Mereka mengajukan pertanyaan A sampai Z. Awalnya mainly sih tentang Elan. Lalu setelah puas bertanya ini itu tentang Elan, orangtua mulai bertanya-tanya tentang kehidupan Junghwan sendiri.

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang