Enam : Telepon

813 107 20
                                    


"Kamu ditanyain sama dokter Haruto kemaren." Ucap Jihoon saat menelpon untuk memberi tahu perkembangan perawatan kakinya.

Junghwan, tentu saja kaget mendengar ucapan abangnya, saking kagetnya dia sampai menyobek bungkus Oreo dengan terlalu ganas, membuat semua Oreonya berhamburan diatas meja kerja kantornya. Doyoung, teman satu ruangannya melongok, Junghwan hanya melambaikan tangan, memberi isyarat bahwa situasinya sekarang masih terkendali.

"Ngapain dia nyari-nyari aku?"

"Abang nggak bilang dia nyari kamu, abang bilang dia nanyain kamu. Beda arti tau."

Junghwan mengembuskan napas kesal sambil mulai mengumpulkan Oreo yang masih berserakan di atas meja kantornya.

"By the way, kok kamu ngga bilang kalo Dokter Haruto itu temen kuliah kamu?" lanjut Jihoon dengan nada sedikit menuduh. Hmmmm... Haruto cerita apa saja ke abang? Apa mereka ngobrol lama? Apa abang sampai menyebutkan soal Elan?

"Abang ngobrol lama sama dia?" tanya Junghwan was-was.

"Lumayan."

"Ngobrolin apa aja?"

"Ya banyak lah."

Junghwan makin panas dingin mendengar ini, "Soal Elan juga?"

"Kenapa juga abang sampai cerita soal Elan ke dokter Haruto?" balas Jihoon dengan nada keheranan.

"Bagus kalau nggak." ucap Junghwan kemudian membuang napas lega sebelum kembali berkata, "dan dia bukan temen aku, kebetulan aja kita kuliah di tempat yang sama."

"Tapi tadi  kayaknya dokter Haruto cukup deket sama kamu dulu, dia juga keliatan kecewa tuh kamu nggak ikut abang kontrol."

"Perasaan abang aja kali." balas Junghwan memasukan satu butir Oreo kemulutnya, setelah akhirnya dia berhasil mengumpulkan Oreonya ke dalam mangkuk. " Haruto ngomong apa lagi?"

"Banyak sih, tapi yang abang inget cuma tadi tanya kenapa kamu nggak ikut, terus abang jawab kamu kerja dan agak sibuk jadi mungkin nggak bakal bisa nemenin, eh wajahnya langsung berubah sedih, yaudah abang kasih aja nomor kamu ke dia."

"HAH!" teriak Junghwan, membuat kepala Doyoung sekali lagi menengok kearahnya, kali ini Junghwan bahkan tidak bisa melambaikan tangan, dia langsung memutar kursi dan membelakangi Doyoung.

"Kok kaget?"

"Abang kasih nomor aku ke dia?!" tanya Junghwan yang masih belum percaya dengan perkataan Jihoon.

"Loh kenapa emangnya? Nggak papa kan, itung-itung silaturohmi, siapa tau cocok."

Cocok gundulmu! Junghwan mendengus marah, siap melempar handphonenya sekarang juga, "nggak papa gimana sih?!?! Harusnya abang tanya dulu sama aku!"

Junghwan tidak menerima respon dari seberang, dia justru mendengar suara grusak-grusuk dari ujung saluran telepon.

"Halo?" ucap Junghwan, "Bang? Halo!"

"Duh sinyalnya jelek... udah dulu ya, abang tutup, bye." Ucap Jihoon tiba-tiba, dan sebelum Junghwan bisa melemparkan protes dan marahnya, Jihoon sudah menutup telepon. Junghwan cukup yakin bahwa abangnya itu kabur.

Junghwan menatap handphonenya gemas, seakan-akan ada wajah Jihoon yang ingin dia cakar disana.

"Ada masalah?" tanya Doyoung hati-hati.

Junghwan menghela napas kemudian memutar kursinya kembali menghadap Doyoung dan tersenyum, "Nggak ada, biasalah abang rese."
























Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang