Junghwan terbangun oleh sinar terang yang menyinari wajahnya. Kepalanya terasa berat, seperti ada yang memukulnya dengan batu bata berkali-kali. Matanya berusaha fokus untuk melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa perabot yang ada di kamar itu bukan miliknya, bahkan dekorasi kamar ini beda jauh dengan kamarnya. Dan untuk beberapa detik, Junghwan bertanya-tanya apakah sedang bermimpi, tapi rasa sakit kepalanya mengingatkan bahwa dia sedang tidak bermimpi.
Junghwan menarik napas dalam-dalam, mencium bau aneh yang familiar, seperti percampuran antara musk dan woody. terakhir kali dirinya mencium bau seperti ini adalah ketika... ketika Haruto berada sangat dekat dengannya. Junghwan menarik napasnya sekali lagi, memastikan bahwa indra penciumannya tidak sedang kacau, dan sekali lagi percampuan bau itu menyambutnya.
Dimana sih? Kenapa seluruh bau dan ruangan ini mengingatkannya pada Haruto?
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seorang wanita setengah bule dengan rambut blonde yang Junghwan ingat semalam menempel pada Haruto sedang mendekat padanya, wajahnya kelihatan khawatir. Dia menempelkan telapak tangannya pada kening Junghwan dan berkata, "Panasnya sudah turun, aku panggil Hinata dan Haruto sebentar."
Sebelum Junghwan bisa mengutarakan pertanyaan untuk mengobati rasa penasarannya, wanita itu sudah menghilang dan Junghwan bisa mendengar suara pintu ditutup.
Junghwan sedang berusaha susah payah mengangkat kepalanya yang pusing luar biasa ketika lagi-lagi pintu kamar terbuka dan langkah berat agak terburu-buru terdengar mendekat.
"Junghwan?"
Junghwan tidak perlu melihat wajahnya untuk tahu pemilik suara berat tersebut. Dua tangan besar dan kuat memintanya untuk kembali berbaring. Kalau tidak sedang merasa terlalu lelah dan pusing, mungkin dia akan memberikan perlawanan, tapi untuk saat ini dia hanya bisa merelakan tubuhnya kembali dibaringkan, disusul dengan tangan Haruto yang melingkari pinggangnya dan dengan sangat berhati-hati menyelimuti tubuhnya dari belakang. Segera Junghwan bisa merasakan kehangatan tubuh Haruto pada punggungnya.
"Kamu tidur lagi aja, nanti aku bangunin satu jam lagi buat minum obat," bisiknya kemudian menciumi rambut Junghwan sambil mengatakan sesuatu yang terdengar seperti i love you. Tapi dalam keadaan kepala Junghwan yang berputar-putar, Junghwan tidak yakin ia mendengarnya dengan benar dan memilih tidur lagi.
Haruto memang membangunkannya lagi dan memintanya untuk makan bubur agar bisa minum obat. Dengan sabar Haruto menyuapi dan menunggu kunyahan pelan Junghwan. Sambil menunggu, Haruto mulai berkata, "Maaf ya, aku bawa kamu ke rumah orang tuaku, soalnya aku bingung harus jelasin apa ke orang rumah kamu kalo aku bawa kamu pulang dalam keadaan pingsan, selain itu rumah orang tuaku jaraknya lebih dekat, aku nggak mau ambil resiko kalau kamu harus lebih lama lagi pakai baju basah. Suhu badan kamu semalam cukup tinggi."
Junghwan hanya diam saja mendengar penjelasan Haruto.
"Elan tadi sudah berangkat sekolah diantar Hinata. Nanti siang aku yang jemput."
Junghwan sedikit terenyak mengingat Elan. Apa semalam Elan menginap di sini juga? Apa Elan melihatnya basah kuyup semalam? Siapa yang mengurus Elan semalam dan juga menyiapkan sarapannya? Apa dia makan pancake bertanduk? Apa Papa dan Mama tau soal hal ini? Seribu pertanyaan muncul di kepala Junghwan tapi tidak satu pun yang bisa keluar dari tubuh lemasnya.
"Aku sudah telepon bang Jihoon. Ngasih tau kalo kamu dan Elan nginap di sini." lanjut Haruto sambil terus menyuapi Junghwan. "Apa kamu mau HP kamu?"
Junghwan menggelengkan kepala, memutuskan untuk kali ini dia terlalu pusing untuk menghandle semuanya sendiri dan percaya saja pada Haruto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Un-Stuck
FanfictionHaruto dan Junghwan memiliki rahasia yang membuat keduanya terjebak pada satu sama lain. Unstuk: to stop being stuck to something. *Deskripsi mungkin tidak sesuai dengan cerita, but deal with it* Warning!! BXB Mature Content in a few chaps Dom! Har...