Sepuluh : Bertemu Elan

975 106 14
                                    


"Junghwan, ini klien baru kita, Watanabe Haruto," ucap Bobby dengan antusias memperkenalkan klien baru mereka.

Skenario bodoh macam apa ini? Kenapa laki-laki ini ada di hadapannya sekarang? Oke, mungkin harusnya Junghwan lebih waspada ketika papa menyebutkan bahwa pekerjaan klien baru mereka adalah seorang dokter, tapi dokter kan bejibun jumlahnya di negara ini, kenapa harus dia sih?!?! Sial!

"So Junghwan." ucap Junghwan sambil agak tidak rela meraih tangan yang disodorkan oleh Haruto. Biar bagaimana pun, Junghwan harus profesional di sini.

"Watanabe Haruto," ucap Haruto sambil menggenggam tangannya semakin erat, kemudian tersenyum pasti.

Melihat senyum itu, Junghwan harus mengingatkan dirinya untuk kembali bernapas. Dulu Junghwan sering melihat senyum itu dan dia selalu berpendapat bahwa senyuman itu adalah senyuman paling menarik baginya. Tapi setelah sekian lama tidak bertemu sepertinya kata 'menarik' saja tidak cukup untuk menggambarkan seperti apa senyum Haruto padanya saat ini.

"Ini Watanabe Hinata, kakak dari Watanabe Haruto, sekaligus sebagai perwakilan beliau dan ingin melihat secara langsung perusahaan kita." Bobby kembali memperkenalkan seorang wanita berambut pirang yang baru Junghwan sadari dari tadi duduk di sebelah kiri kursi Haruto.

Junghwan buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman Haruto dan menyalami satu-satunya wanita di ruangan itu sebelum kemudian duduk di samping kanan Bobby. Sedikit mengumpat ketika menyadari bahwa Haruto duduk tepat berhadapan dengannya.

"Boleh kita lanjutkan yang tadi, ya?" tanya Bobby pada haruto yang sedang memandangi Junghwan. Junghwan sendiri berusaha sebisa mungkin menghindari tatapannya dengan mengatur posisi laptopnya.

Haruto menahan senyum melihat tingkah laku Junghwan. Beberapa detik yang lalu Junghwan kelihatan hampir melongo menatapnya, dan sekarang justru mencoba sedaya-upaya untuk menghindari tatapanya. Hmm... let's see sejauh mana kamu bisa bertahan, batin Haruto, lalu mulai mengamati penampilan Junghwan.

Mulai dari ujung rambut yang tertata rapi, wajahnya yang hanya menggambarkan ekspresi ingin berada dimana pun kecuali di ruangan ini, lalu pada leher putih mulus nan jenjang, mengingatkan Haruto bahwa disitulah tempat favoritnya dulu. Kemudian ke jari-jari tangan yang panjang dan berkuku pendek. Tapi yang paling membuat Haruto bersemangat adalah jari Junghwan bebas dari cincin.

Sekali lagi, Haruto tersenyum pada diri sendiri sambil masih memakukan perhatiannya pada tangan Junghwan yang tak bercincin.

"Seperti yang di infokan sebelumnya, pihak Haruto specifically minta kamu sebagai account holder," jelas Bobby kepada Junghwan, Lalu berpindah pada Haruto sesudahnya, "tapi sebelumnya, saya ingin menjelaskan sekaligus bernegoisasi dulu soal ini, karena sejujurnya, Junghwan ini sudah memegang jumlah klien yang maksimum dan kami memiliki staf yang tidak kalah mumpuni..."

Junghwan mencoba menahan diri untuk tidak meloncat kegirangan, karena yesss! Bobby memang tidak pernah mengecewakannya, setidaknya dia punya kesempatan untuk kabur dari Haruto. Junghwan mencoba menahan senyum yang mulai terasa di sudut bibirnya karena ketika dia melirik, Bobby sedang memandangnya tajam. Membuat Junghwan segera mengatur ekspresi wajahnya agar kembali serius.

Selama Bobby menjelaskan tentang masalah ini, Haruto membisikkan sesuatu pada kakaknya, yang dengan sopan langsung memotong penjelasan Bobby.

"Maaf, Pak Bobby, tapi adik saya lebih memilih Pak Junghwan sebagai account holder-nya." potong Hinata dengan nada yang terlalu tegas, sehingga terdengar agak-agak seperti mengancam.

Junghwan sempat ternganga mendengarnya. Sebagai salah satu senior yang di hormati di perusahaan ini, Junghwan belum pernah melihat satupun orang yang berani membantah pendapat Bobby atau menggunakan nada bicara seperti itu dengan beliau.

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang