Tiga : Bertemu

941 111 7
                                    


Watanabe Haruto, laki-laki yang sudah membuatnya merasa aman dan nyaman, membimbingnya menjadi dewasa dan mengajarinya arti dicintai dan mencintai. 

Watanabe Haruto, laki-laki bajingan, monyet hutan, anak setan, all around bastard yang juga sudah menghancurkan hidupnya, yang sudah meninggalkannya tujuh tahun lalu setelah dia menginjak-injak harga diri dan hatinya.

What the hell is he doing here?!?!

"Junghwan?" Ucap Haruto yang berdiri di belakang meja kerja dokter. Dari wajahnya sepertinya dia sama terkejutnya dengan Junghwan, bahkan mungkin lebih terkejut lagi.

Junghwan hanya menatap Haruto sambil melongo, mencoba mengedipkan matanya berkali-kali, berharap dan berdoa agar ini semua hanya mimpi buruk, bahwa yang sedang berdiri di depannya ini bukanlah mantan paling brengsek yang pernah dia miliki. Tetapi setelah mengedip berkali-kali dan wajah Haruto malah kelihatan makin jelas, Junghwan harus menerima kenyataan bahwa dia tidak sedang bermimpi, ini semua kenyataan, pacar (koreksi!) mantan pacar brengsek yang sudah menghilang 7 tahun lamanya sedang berdiri dan tersenyum tanpa dosa di hadapannya.

"Kamu?!" Akhirnya Junghwan bicara, Jihoon langsung mengerlingkan mata pada sang adik mendengar nada yang terdengar kurang sopan, hey... mereka memang kadang tidak selalu akur, tapi mereka dibesarkan dengan ajaran sopan santun yang baik, okay. Tapi Junghwan harus maklum dengan reaksi kakaknya, Jihoon memang belum pernah sekali pun melihat tampang Haruto. Jadi dia tidak pernah tahu apa yang laki-laki brengsek ini pernah lakukan padanya.

"Kamu ngapain disini?" Ucap Junghwan dan Haruto bersamaan.

Jihoon menatap bolak-balik adik dan dokternya, bingung.

"Nganter abangku periksalah," jawab Junghwan merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan Haruto, meskipun mereka menanyakan hal yang sama. Tapi Junghwan rasa pertanyaan itu lebih masuk akal untuk diutarakan olehnya, karena jelas-jelas dia berada di ruang dokter, kaki kakaknya biru bengkak berdarah, jelas dong dia kesini mau apa. Nggak mungkin kan dia mau... memancing keributan, misalnya?

"Kamu kenal sama Pak Dokter?" tanya Jihoon pada Junghwan.

"Dokter?" ucap Junghwan bingung. Dan pada saat itu Junghwan baru menyadari kalau Haruto menggenakan mantel putih yang biasa digunakan para dokter.

Oh no! No way!

"Kamu dokter?" tanya Junghwan curiga.

Haruto hanya menunjuk pada plak ukiran kayu di atas meja kerjanya yang bertuliskan "Dr. Watanabe Haruto."

Dan Junghwan ingin menghilang saja rasanya. Apa ini ada hubungannya dengan perasaan was-was yang dari tadi dia rasakan. Beribu-ribu pertanyaan mulai bermunculan di kepala Junghwan. Kenapa laki-laki itu tiba-tiba bisa ada di sini? Dia sekarang betul-betul jadi dokter? Apa dia tahu soal Elan? Apa Junghwan harus menyiapkan pengacara?

"Silahkan duduk dulu." ucap Haruto sopan. Kelihatan tidak terpengaruh sama sekali dengan kebingungan Junghwan.

Jihoon menuruti permintaan Haruto dan duduk pada kursi di hadapan meja kerja Haruto. Dari tatapan matanya, Junghwan tahu kalau abangnya ingin menginterogasi statusnya dengan sang dokter muda, tapi untungnya kali ini dia harus menahan diri dan hanya mengangkat alis penuh curiga pada adiknya.

Junghwan masih berusaha mencerna semua informasi ini ketika ketukan pintu terdengar, seorang perawat masuk memberikan catatan formulir Jihoon pada dokter dan mendorong sebuah kursi untuk Junghwan yang langsung menghempaskan diri ke atas kursi setelah mengucap terima kasih.

Perasaan was-was Junghwan belum membaik ketika dia sadar kalau Haruto sedang melempar senyum simpul padanya. Dan Junghwan tidak senaif dulu, sekarang dia cukup pintar untuk tahu bahaya yang ada dibalik senyum itu.

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang