Enam belas : berenang

757 93 8
                                    

Junghwan tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di parkiran kolam renang bersama Elan, tapi tanpa dia sadari, sekarang dia sudah mematikan mesin mobilnya dan menunggu Elan mengecek barang bawaannya. Merasa terlalu resah untuk hanya duduk diam memperhatikan anaknya, Junghwan mengankat Elan ke pangkuannya dan memeluk seerat-eratnya.

"Papa, aku nggak bisa napas," protes Elan dengan suara teredam.

Junghwan tertawa dan melonggarkan sedikit pelukannya, tapi dia masih enggan untuk melepaskan anak satu-satunya ini. Yang dia inginkan sekarang adalah menghabiskan waktu selama mungkin bersama Elan, tanpa mengkhawatirkan setumpuk pekerjaan yang harus dia selesaikan, lalu lintas yang menyebalkan, dan  laki-laki tinggi besar meresahkan bernama Watanabe Haruto.

"Papa kenapa kok tiba-tiba peluk?" tanya Elan setelah beberapa menit kemudian Junghwan baru melepaskan pelukannya dan hanya menatap anaknya dalam.

"Nggak apa-apa." jawab Junghwan tersenyum kemudian mencium kening Elan sebelum melanjutkan, "Papa sayaaaaaaang sekali sama Elan."

"Aku lebih sayaaaaaaaaang sama papa." balas Elan tidak mau kalah, membuat Junghwan tersenyum haru.

"Elan, dengerin papa. Seperti janji papa kemarin. Om Haruto akan ada di kolam renang sama kita hari ini. Papa nggak akan ikut berenang tapi akan ada di sekitar kolam. Jangan bandel nanti waktu diajarin renang sama Om Haruto, jangan main tindih-tindihan sama Om Haruto. Papa nggak mau kamu kelelep."

"Iya, Papa," jawab Elan semangat. "Apa Om Haruto beneran bakal ngajarin aku berenang seharian?" lanjut Elan dengan mata berbinar-binar.

"Iya, beneran." jawab Junghwan walaupun Junghwan sendiri masih tidak percaya dengan ucapannya. 

Dia tahu Haruto jago berenang. Yang tidak dia percayai adalah fakta bahwa dia sendirilah yang menawari Haruto untuk mengajari Elan berenang. Tadinya dia sempat ingin membatalkan acara berenang ini, tapi saat melihat betapa antusias Elan mendengar Haruto akan ikut berenang dan tidak berhenti membicarakan selama sisa hari menuju minggu. Junghwan jadi tidak tega.

Junghwan hanya merasa tidak cukup comfortable untuk membawa Elan menghabiskan waktu berjam-jam bersama Haruto. Bukannya dia merasa Haruto tidak kompeten untuk menjaga Elan, sebaliknya, berdasarkan interaksi Haruto dan Elan yang hanya beberapa menit di sekolah hari itu, Junghwan takut Haruto akan terlalu kompeten sehingga anaknya tidak mau pulang lagi kepadannya.

Ketika semua sudah siap dan hendak memasuki area kolam, Junghwan melihat Haruto baru saja turun dari taksi. Dia tahu Haruto memang memilih naik taksi hari ini untuk berjaga-jaga kalau dia bisa mengantar Junghwan dan Elan pulang ke rumah setelah selesai berenang nanti.

"Papa, itu Om Haruto. Ayo kesana, aku mau nyamperin Om Haruto!" teriak Elan yang kelihatan siap berlari ke arah Haruto.

"Tunggu aja di sini sebentar ya, sayang." ucap Junghwan sambil memegang tangan Elan lebih erat, takut kalau anak itu betul-betul nyelonong saja.

Setelah Haruto selesai membayar taksi dan berbalik, Junghwan harus menutup kupingnya karena suara teriakan Elan yang dia yakini bisa terdengar sampai ke Papua.

Haruto sempat celingukan mencari sumber suara dan langsung melambaikan tangan sambil tersenyum lebar lalu berlari menghampiri. Lain dari hari-hari sebelumnya, kali ini dia mengenakan celana kargo pendek selutut dan kaus polo warna putih, kakinya hanya ditutupi sendal warna hitam, tangan kanannya menggenggam tas kecil yang Junghwan tebak berisi peralatan renang.

Tak lama, kaki jenjang Haruto sudah berada di hadapannya dan Elan.

"Hai," sapanya.

"Hai." balas Junghwan, dan hanya itu yang bisa dia ucapkan karena setelahnya Elan sudah lompat-lompat minta digendong oleh Haruto. Untuk beberapa menit, Elan tidak berhenti bicara sambil sesekali diselingi oleh tanggapan Haruto.

Un-StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang