PART 19 . penyambutan

3.7K 90 1
                                    

Seperti tujuan mereka pulang kemarin, kini sekolah yang rencananya akan menumpang di sekolah Sma Lambang Negara High School selama satu bulan dikarnakan ada renovasi yang harus dilakukan. Sekolah itu adalah sekolah Sma Pancasila.

Setelah selesai melakukan penyambutan serta pembukaan yang sangat panjang, kini semua murid berada dikantin untuk mengisi perut mereka yang lapar. Bahkan kantin disetiap koridor terlihat sangat ramai sekali.

"Gilaa, cakep-cakep woy anak cewek Sma Pancasila, jadi tertarik gua," ucap Aril tertawa.

"Heh lo inget Ril, pikirin Giselle tuh yang harus lo perjuangin," ucap Althan lalu menoyor kepala Aril.

"Kalau Giselle mah harus gua seriusin, cewek yang lain mah gua permainin aja."

"Buset ngeri ahh sama abang satu itu," ujar Kenzo terkekeh.

"Bulan kemana ya? Tumben Bulan sama temen-temennya enggak pergi kekantin, apa mereka lagi ada kendala," ucap Nathan mengalihkan topik.

"Halah, paling tidur di kelas," jawab Aril yang masih setia menikmati makanannya.

"Mereka bukan lo," datar Zelvin.

"Waw, babang Zelvin ternyata peduli guys," ucap Althan tertawa dan Zelvin hanya memutar bola matanya malas

*  *  *

Disisi lain, Abel, Qilla, dan Bulan tengah berjalan menuju perpustakaan. Disepanjang jalan, Abel tak berhenti untuk terus merengek ingin pergi ke kantin dengan alasan lapar.

"Kita enggak mau kekantin aja nih? Sumpah gua laper banget, ayo kita kekantin," rengek Abel memajukan bibir bawahnya.

"Aelah, males gua kekantin, pasti rame," tolak Bulan.

Tiba-tiba mereka bertiga berpapasan dengan Andra, Afan, Mario saat ingin pergi ke perpustakaan. Tentu saja mereka tidak kaget mengapa ada ketiga laki-laki itu di sekolah mereka saat ini.

!! Yang lupa baca part 11 !!

"ehh, kalian?" ucap terkejut Abel.

"Ketemu lagi nih sama tiga cewek cantik," ucap Mario tersenyum genit.

Bulan hanya mendengus sebal, "Pulang sekolah nanti kalian berdua bisa kan anterin gua ketemu dia?" tanya Bulan kepada Abel dan juga Qilla.

Abel dan Qilla yang mendengar kata 'dia' pun hanya menganggukan kepala paham. Mereka berdua sudah tahu, jika Bulan pasti sangat merindukan 'dia'.

"Lo tenang aja, kita anterin kok," jawab Qilla tersenyum.

Lalu ketiga perempuan itu melanjutkan jalannya meninggalkan Mario, Afan, dan Andra sendirian. Bahkan ketiga laki-laki itu kaget karena sikap acuh dan cuek yang dipancarkan oleh ketiga perempuan yang baru saja mereka kenal akhir-akhir ini.

"Gua yakin sih mereka bertiga cuek ke kita karna pacar mereka yang waktu itu," tebak Andra menatap kepergian Qilla, Bulan, dan Abel.

"Udahlah, ayok pergi ke kantin," ajak Afan dan mereka pun pergi ke kantin seperti tujuan awalnya.

*  *  *

Jam pulang pun sudah tiba. Kini Abel dan Qilla menemani Bulan untuk bertemu dengan kekasih lamanya. Mereka juga sudah izin kepada Zelvin, Kenzo, dan juga Nathan dengan alasan ingin berjalan-jalan ke mall terlebih dahulu sebelum pulang ke mansion.

Tapi kini mereka sedang berada di pemakaman. Tempat dimana mantan kekasih Bulan dimakamkan.

Kekasih bulan sudah lima bulan meninggal dunia. Hal itu membuat luka yang sangat besar dihati Bulan.

Pasalnya kekasih lama Bulanlah yang mengajarkan Bulan apa itu arti cinta. Bahkan mereka dulu sudah merencanakan pernikahan dimasa depan nanti, tapi ternyata tuhan berkehendak lain.

Kelakuan Bulan yang menyukai melihat bulan dilangit sebelum tidur ialah kebiasaannya jika bersama dengan kekasih lamanya. Walau sudah tiada, tetapi kenangan bersamanya tidak akan pernah hilang dihati dan pikiran Bulan.

Setiap bulan melihat bulan dilangit, Bulan merasa tenang karna ia merasa kekasih yang dulu membuatnya menjadi perempuan paling bahagia ada didekatnya. Mungkin Bulan sudah tau mengapa Papinya menjodohkannya dengan Nathan, karna Papinya merasa Nathan bisa membuatnya melupakan masa lalu dan melanjutkan masa kini.

Bulan mendekat kearah gundukan tanah didepannya. Lalu ia pun duduk disamping makam tersebut dan mulai menaburkan setiap serpihan bunga-bunga.

"Hai, aku dateng, Bulan kamu kembali lagi, aku kangen Han. Aku kangen banget sama kamu, mengapa semesta tega Han memisahkan kita," lirih Bulan menangis dengan memegang nisan dihadapannya.

"Kamu apa kabar? Aku yakin Han, kamu pasti senengkan setelah sekian lama aku enggak kesini sekarang aku kesini, aku juga seneng tau bisa kesini lagi ketemu sama kamu."

"Aku masih sulit menerima kenyataan kalau kamu udah enggak ada lagi disamping aku, kamu udah pergi ninggalin aku, tapi aku mencoba ikhlas Han. Walau kamu udah enggak ada lagi disini, tapi kamu selalu hidup dihati aku Han. Aku sayang kamu, yang tenang ya disana." Bulan pun menangis sejadi jadinya, kedua temannya hanya bisa menatap sendu kearah Bulan yang menangisi gundukan tanah dihadapannya.

Seorang laki-laki yang selalu melukiskan senyum diwajah Bulan. Laki-laki yang tidak pernah membuat Bulan meneteskan air mata kepedihan.

Kini laki-laki itu sudah tidak ada lagi. Tuhan sudah mengambilnya kembali. Bulan pun sadar, semua itu hanya titipan yang harus dijaga, dan Bulan hanya bisa berdoa agar laki-laki yang dulu menjadi alasannya tersenyum setiap hari bahagia dialam sana. Walaupun berbeda alam, tetapi bagi Bulan, Arhannya selalu hidup dan bersinat dihatinya.

Yaa...
Lelaki yang menjadi alasan kebahagiaan Bulan bernama Arhan.

Arhan Xerqiano...

Laki-laki yang mencintai Bulan dengan setulus hatinya.

.

.

.

.

.

___________________________________

"Kisah kita memang sudah usai, tapi kenangannya tidak akan pernah hilang ataupun pudar."

- Rembulan Adiwinara
____________________________________

.

.

.

.

.




Terima kasih udah membaca sampai akhir.

uhuyy, akhirnya keungkap juga kan siapa sebenarnya yang dimaksud 'orang lama' oleh bulan

Jangan lupa vote dan komen.
Tysm 😛💕

3 pasutri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang