Aril membenarkan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan. Sesekali ia tersenyum melihat dirinya didepan cermin.
"Ganteng banget sih gua, tapi kenapa Giselle belum cinta ya sama gua," gumamnya.
Setelah Aril merasa penampilannya sudah rapih, ia pun menuruni tangga rumahnya untuk pergi mengambil kunci motornya dan pergi kerumah sang pujaan hatinya, Giselle. Disepanjang perjalanan Aril terus memikirkan wajah Giselle yang akhir-akhir ini menjadi candu untuknya.
"Gua enggak bakal nyerah Sel buat dapetin hati lo kembali, lo cuman milik gua, mungkin lo udah enggak nganggep gua lagi, tapi gua yakin, suatu hari nanti lo pasti bakal kembali kayak dulu, Giselle kecil gua bakal kembali," gumam Aril dibalik helm full facenya.
Sebelum sampai di rumah Giselle, Aril sempat mampir ke toko kue untuk membeli cake vanila kesukaan Giselle. Saat sampai didepan rumah mewah milik keluarga Giselle dan Andra, Aril pun memencet bel terlebih dahulu.
Tak lama kemudian terlihat seorang gadis cantik membukakan pintu. Mata mereka saling bertubrukan membuat senyum terlukis diwajah indah milik Aril.
"Haii, good morning," sapa lembut Aril.
Giselle memutar bola matanya malas. "Lo ngapain ke sini? Kayak enggak ada kerjaan aja."
"Ya ini aku lagi menjalankan pekerjaan aku, buat ngapelin perempuan kesayangan aku," jawab Aril tersenyum.
"To the point, lo ngapain ke sini?" datar Giselle.
"Enggak ada alasan apa-apa, aku kesini cuman mau liat kamu. Ohh ya Sel, aku bawain cake vanila buat kamu, dimakan gihh," ucap Aril lalu ia pun memberikannya kepada Giselle.
"Cake vanila emang kesukaan gua, tapi kalau itu dari lo, cake itu jadi paling enggak gua suka," ujar Giselle lalu ia pun menutup kuat-kuat pintu rumahnya didepan Aril hingga menimbulkan suara.
Aril hanya bisa tersenyum. "Mau kamu lakuin apapun buat bikin aku benci sama kamu, itu enggak akan berhasil, nyatanya, kamu perempuan yang aku cintai dari dulu sampai sekarang," gumam Aril lalu ia pun meninggalkan rumah Giselle dan pergi ke sekolah.
* * *
Zelvin menuruni tangga dengan tas yang ada dibahu kanannya. Saat ingin melangkah pergi, terdengar suara berisik dari arah dapur.
"Abel masak lagi?" gumamnya, lalu ia pun pergi ke dapur untuk memastikan.
Sesampainya didapur, benar sekali dugaan Zelvin. Abel tengah sibuk membuat sesuatu, Zelvin menebak itu adalah kue.
"Ngapain?" tanya datar Zelvin tapi tidak digubris oleh Abel.
Zelvin pun menghembuskan nafasnya lelah. Lalu ia pun berdehem beberapa kali membuat Abel menoleh.
"Apa sih?" tanya kesal Abel.
"Ngapain?"
"Urusannya sama lo apa? Suka-suka gua lah," jutek Abel.
"Gua nanya baik-baik."
"Gua lagi bikin cake buat Andra, udah gua jawabkan pertanyaan baik-baik lo, puas?" Abel pun memasukkan cakenya kedalam wadah paperbag.
"Buat Andra? tumben," bingung Zelvin.
"Iyaa dong, gua bikinin Andra cake mau suruh dia nilai masakan gua, karna gua tau, Andra orangnya bisa menghargai. Enggak kayak lo, bisanya menghina dan menyakiti hati orang doang."
"Enggak nanya," datar Zelvin lalu pergi meninggalkan Abel yang tengah menyumpah serapahinya didapur.
"Untung sayang, kalau enggak, udah gua mutilasi mulutnya," gumam geram Abel sembari menghentak-hentakan kakinya ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 pasutri [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika tiga orang yang tak lain bersahabat dijodohkan dengan lelaki yang satu sekolah dengan mereka? Kenzo Almaraja, ketua osis di sekolah SMA LAMBANG NEGARA HIGH SHCOOL. Lelaki yang memiliki sikap friendly kepada siapa pun. Ia juga...