PART 23 . misi kita

3.7K 90 0
                                    

Kini sudah terdapat enam orang yang sedang duduk dimeja kantin. Mereka adalah Andra, Afan Mario, Qilla, Bulan, dan terakhir Abel.

"Kenapa pagi-pagi gini kalian manggil kita ke kantin?" tanya Mario heran.

"Lebih tepatnya kami manggil Andra doang, bukan kalian berdua," ucap Qilla membenarkan ucapan Mario.

Memang benar tadi pagi-pagi Qilla, Bulan dan Abel pergi ke ruang kelas Andra dan memintanya untuk ikut pergi ke kantin dengan mereka. Dengan alasan ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh ketiganya.

"Hehe, ya iya sih. Cumankan Andra saudara gua sama Afan, jadi wajarkan kami juga ikut," jawab Mario cengengesan.

"Terserah deh," ucap Bulan memutar bola matanya malas.

"Balik ketujuan awal, kami manggil Andra buat ke kantin tuh karna ada hal penting yang kami pengen omongin ke lo Ndra," lanjut Bulan.

"Hal penting? Hal penting apa?" tanya Andra penasaran.

"Kami mau minta tolong sama lo buat pura-pura deketin Abel supaya Zelvin cemburu," ucap Qilla membuat Andra, Afan, Mario termasuk Abel pun terkejut.

"Maksud kalian apaan sih? Gua enggak ngerti," tanya Abel.

"Iyaa, maksudnya apa? Kenapa kalian pengen buat Zelvin cemburu?" tanya Andra juga.

Sebelum mulai menjelaskannya, Bulan meneguk satu botol air mineral yang baru saja tadi ia beli. Setelah selesai minum, ia mulai menarik nafas lalu tersenyum.

"Nih gua jelasin ya, harap didengar baik-baik, khususnya Abel dan juga Andra, Kalian sadar enggak sih, perlakuan Andra kemarin yang ngiketin tali sepatu Abel buat Zelvin tuh cemburu. Nah sedangkan Zelvin gengsi buat bilang suka juga sama Abel, jadi dengan kalian pura-pura deket, gua yakin sih pasti Zelvin bakal cemburu dan ngungkapin perasaannya ke Abel."

"Abel sama Zelvin tuh pacaran? atau Abel yang suka sama Zelvin tapi Zelvinnya enggak?" tanya Mario.

"Cintanya bertepuk sebelah tangan," datar Afan.

Ucapan Afan mampu membuat Abel melebarkan kedua bola matanya. Memang benar sih yang dikatakan Afan, tapi Abel tidak ingin dianggap seperti itu.

"Enak aja lo kalau ngomong, cinta gua enggak bertepuk sebelah tangan ya, Zelvin tuh cinta juga sama gua, tapi dia gengsi aja," jawab Abel ngengas.

"Biasa aja kali, takut amat cintanya enggak dibales," ucap Afan terkekeh tapi nada bicaranya masih seperti awalnya, datar.

"Lo kalau punya mulut enggak bisa direm dulu apa, ini bukan urusan lo!" bentak Abel kesal.

"Maaf, mulut gua bukan kendaraan, jadi enggak punya rem," balas Afan tapi kali ini menatap tajam kearah Abel.

Teman-teman Abel dan Afan yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja. Seperti biasa, setiap bertemu pasti keduanya akan bertengkar.

"Udah-udah kenapa malah jadi berantem sih," lerai Qilla.

"Iyaanya, inget tempat woy, kalau mau berantem diranjang aja sono," ucap Mario yang berhasil membuat semuanya ambigu.

Tau apa yang ada dipikiran Mario, Andra pun menoyor kepala Mario membuat sang empu meringis kesakitan, "Maksud lo diranjang apa bego?" tanya Andra.

"Dasar otak mesum," cibir Bulan tak habis pikir.

"Udah-udah, Zelvin sama Abel tuh sebenarnya udah bersatu dalam ikatan pernikahan, tapi dengan dasar perjodohan. Sama halnya dengan gua dan Bulan, kami juga udah nikah tapi dijodohin, enggak tau apa alasan orang tua kami tiba-tiba jodohin kami sama mereka, tapi intinya belum ada yang tau tentang pernikahan kami ini, jadi kami harap kalian bisa menjaga privasi kami, karna kami udah percaya sama kalian," jelas Qilla.

3 pasutri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang