PART 10 . suami idaman

4.9K 139 0
                                    

Jam menunjukan pukul 00.00 malam. Terlihat Kenzo yang masih fokus dengan laptop nya begitu pun dengan Qilla yang sibuk menulis diatas sebuah kertas.

"Kira-kira kalau mulai bayarnya buat ke Bali dari besok gimana? Minimal paling sedikit dicicil 50rb, takutnya kalau langsung malah ngebebanin mereka," saran Qilla menatap Kenzo yang berada disampingnya.

Kenzo mengangguk, "Pengeluaran kita kesana satu orang bakal disuruh bayar berapa?"

"Dari data yang dikirim sama bendahara osis kita yaitu Maya, kira-kira sepuluh juta, dua juta buat sewa hotel selama satu minggu dengan fasilitas yang lengkap dan untuk wifi gratis disetiap kamarnya, satu juta buat biaya sewa bus dengan fasilitas yang lengkap dan juga cemilan dan minuman yang bakal dikasih setiap perjam. Dua juta buat makanan dan minuman kita selama seminggu, dua juta lagi buat bikin kaos kita dan keperluan kita dikebun teh nanti, dan satu juta buat beli makanan yang akan kita bagikan di Bali nanti, sisanya buat keperluan kita sehari-hari," jawab Qilla.

"oke semuanya udah siap, gua bakal hubungin Rania buat pesenin baju kaos untuk angkatan kita buat ke Bali nanti," ujar Kenzo dan diangguki Qilla.

Kenzo melihat wajah qilla yang terlihat pucat. Lalu ia pun melirik jam dinding dikamarnya.

"Lo tidur aja Qil, udah malem juga, besok sekolah, lagian enggak baik cewek tidur malem-malem kayak gini," tutur Kenzo lembut.

Qilla menggelengkan kepalanya samar, "Gua gapapa kok."

"Gapapa gimana? muka lo pucet gitu."

"Tapi bener gua gapapa," bantah Qilla dengan nada kelelahan.

Kenzo pun menarik Qilla kedalam dekapannya dan mengelus surai rambut istrinya, "Tidur, udah malem," ucap Kenzo.

Qilla terkejut dengan sikap Kenzo, tapi ia berusaha menutupi itu semua. Qilla hanya tersenyum tipis, nyaman sekali rasanya. Lalu ia mulai memejamkan matanya, bohong jika ia tidak kelelahan.

Kenzo terkekeh yang melihat Qilla sudah tertidur pulas didalam pelukannya, "Good night Qil," gumamnya.

*  *  *

"Lan kok lu belum tidur jam segini?" tanya Nathan lalu duduk disamping Bulan.

Bulan kini sedang duduk dibalkon kamarnya sembari menatap langit malam dengan wajah ditekuk. Bulan sudah seperti anak kecil yang ngambek karena tidak dituruti keinginannya.

"Lo masuk ke kamar orang bukannya ketuk pintu," jutek Bulan.

"Aelah, kamar gua juga kali, lagian napa muka lo ditekuk?" tanya Nathan.

"Malem ini enggak ada bulan dilangit, padahal gua setiap mau tidur pasti liat bulan dulu, sekarang bulannya enggak ada, enggak bisa tidur deh gua," ucap Bulan, terdengar isakan kecil keluar dari mulutnya.

"Ampun deh bocil, sampe segitunya,"
- batin Nathan

"Emang harus banget liat bulan?" tanya Nathan dan Bulan mengangguk.

"Hikss Nathan, masa malem ini gua enggak bisa liat bulan," ucap Bulan sesegukan.

"Besokkan bisa, mending sekarang lu tidur, udah malem," ajak Nathan dan Bulan menggelengkan kepalanya.

Nathan pun menghela nafas pelan, "Yaudah lo tunggu sini sebentar."

Tidak butuh waktu lama, Nathan kembali dengan membawa cermin ditangannya lalu memberikannya kepada Bulan. Bulan pun menerimanya dan melihat kearah cermin yang ada ditangannya, terlihat pantulan wajahnya disana.

"Maksudnya gimana?" tanya Bulan.

Nathan tersenyum, "Lo mau liat bulan kan? nahh nama lo kan Bulan, sama halnya seperti bulan dilangit, lo bulan yang ada dihidup gua Lan, lo sama bersinarnya dengan bulan yang ada dilangit, bedanya, bulan menyinari bumi setiap malam, tapi lo menyinari hari-hari gua setiap harinya."

Bulan tersenyum mendengar ucapan Nathan. Katakanlah sekarang ia sedang salah tingkah, entah mengapa ia merasa sudah jatuh dalam pesona Nathan, tapi hatinya masih ragu bahwa itu hanya sekedar rasa ketertarikan.

Ya walaupun dari awal mereka selalu bertengkar tapi semakin mengenal Nathan, dugaan Bulan salah tentang Nathan, Nathan tak seburuk yang ia pikirkan. Setiap berada disamping Nathan, Bulan selalu merasakan kenyamanan.

Bulan pun memeluk tubuh kekar milik Nathan, "Makasih Nath."

Nathan tersenyum, "Yaudah ayokk masuk, nanti lo masuk angin lagi, gua enggak mau lo sakit," ucap Nathan dan Bulan pun mengangguk patuh.

*  *  *

Abel terus saja memandangi wajah tampan milik suaminya. Saat ini Zelvin tengah duduk disofa dengan handphone ditangannya, dan Abel tengah memperhatikan Zelvin dari atas kasur. Senyuman tidak pernah luntur dari wajah Abel.

Karna merasa jenuh dengan sikap keterdiaman keduanya, Abel pun memilih untuk menghampiri Zelvin dan duduk dipangkuannya. Ia tersenyum puas melihat Zelvin yang menatapnya kaget.

"Lo apa-apaan sih bel?!" ucap Zelvin terkejut atas tingkah laku Abel.

"Ya lagian kamu aneh, aku dari tadi disini lohh, tapi kamu kek enggak sadar ada aku, kenapa kamu cuekin terus sih?" cerocos Abel.

"Hm, sekarang turun," perintah Zelvin datar.

"Enggak mau," jawab Abel tak kalah datar.

"Lo berat Bel!" sentak Zelvin.

Tidak, itu adalah kalimat kebohongan. Memangku Abel bukanlah masalah yang besar, hanya saja jika mereka berlama-lama seperti ini, bisa saja akan terjadi sesuatu yang lebih dari sekedar memangku.

"Zel, tidur berdua yuk dikasur, aku enggak tega kamu tidur disofa terus, kan kita udah sah, aturan tidurnya satu kasur," ucap Abel.

"Lo aja,"  datar Zelvin.

Abel yang mendengar ucapan Zelvin pun menekuk wajahnya, "kalau kamu enggak mau, aku enggak bakalan turun dari pangkuan kamu," ucap Abel penuh paksaan.

"Lo tau akibatnya?" tanya datar Zelvin.

Abel tersenyum smirk, "tau, gapapa aku siap, biar ada Zelvin junior nanti."

"Lo nantangin?" Zelvin menaikan satu alisnya dan Abel mengangguk tak lupa senyuman diwajahnya yang tak pernah pudar.

"Sorry gua enggak tertarik," datar Zelvin sekali lagi, sontak membuat Abel kembali menekuk wajahnya.

"MAKANYA AYOK TIDUR SERANJANG LHOO!!" ucap Abel lumayan keras.

"Hm, sekarang lo turun," titah Zelvin tapi mendapat gelengan dari Abel.

"Gendong dong ke kasur, biar romantis gitu kayak di film-film," ujar Abel.

Tak mau memperpanjang, Zelvin pun menuruti permintaan Abel dan menggendongnya ala bridal style dan menidurkannya diatas kasur. Lalu Zelvin merebahkan dirinya disamping Abel.

 Abel mencium pipi Zelvin yang berada disampingnya, "good night suami."

Zelvin hanya memutar bola matanya malas. Mengapa Abel menjadi semanja ini, tapi yasudahlah.





.

.

.

.

.
_______________________________

"Bahagia itu, ketika kita mampu mendapatkan kasih sayang dari orang yang kita sayangi dan cintai."

- Tokoh 3 pasutri
__________________________________

.

.

.

.

.



YEAYY DAUBLE UP GAES!!!
vote and komen dong xixi
tunggu kelanjutannya yah.

3 pasutri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang